Tentang Menjadi Seorang Istri

Rende, 19 April 2013.
19:17 CEST

Hal pertama yang mau gw mau lurusin tentang postingan ini adalah, ini bukan kode ya, Sodara-sodara. Atau udah kebelet banget pingin nikah.
Gw nulis ini karena gw habis baca prolognya buku Habibie & Ainun dan langsung ngerasa pingin peluk Pak Habibie *loh*.

Jadi setelah nonton filmnya kemarin gw gak ngerasa sedih atau galau seperti temen-temen lain alamin, tapi senyum-senyum sendiri, karena gw suka banget sama sosok Pak Habibie yang jail tapi perhatian itu. Dan ketika tadi pagi-pagi buta gw iseng buka buku Habibie & Ainun, dan baca prolognya, gw langsung nanya ke diri sendiri, “bisa gak ya, suatu saat nanti bisa jadi istri yang baik seperti Ibu Ainun atau Mama?”

Jadi ini adalah surat untuk si calon suami dan diri sendiri, tentang bagaimana gw (berharap) untuk menjadi seorang istri yang baik suatu saat nanti.

Hai kamu calon suamiku yang entah masih ada dimana,
tadi aku iseng uji nyali baca buku Habibie & Ainun di pagi-pagi buta.
Kamu tau kan, klo dalam keadaan gak bisa tidur, semua hal menjadi galau. Nah ini lagi aku malah iseng buka buku yang menjadi sumber galau putra-putri (jomblo) Indonesia di tahun 2012-2013.
Dan disitulah aku membaca bagaimana Pak Habibie sangat kehilangan Ibu Ainun, dan bagaimana beliau merasa kalau Ibu Ainun bukan sekedar istri atau pelengkap tulang rusuknya, tapi telah menjadi bagian dari jiwanya sendiri,

“… antara saya dan Ainun, adalah dua raga tetapi dalam satu jiwa.”

Dan kemudian dilanjutkan dengan beberapa kalimat yang membuat aku makin mikir dan meluk erat-erat bantal, kalau menjadi istri yang baik adalah bukan sekedar menjadi istri secara status atau fisik, tapi banyak hal lebih besar lagi dibaliknya.

Menjadi istri yang baik adalah sikap dimana ketika seorang perempuan bisa menerima dengan ikhlas apapun yang diberikan oleh suaminya, dalam keadaan susah atau senang.

Menjadi istri yang baik dibuktikan ketika kita tidak menjadi penuntut bagi suami, tapi ketika perempuan menjadi ‘rumah’ sang suami, tempat dia kembali, tempat dia merasa paling nyaman.

Menjadi istri yang baik tidak saja cukup dengan perkataan yang halus, tapi juga harus menjadi sosok yang tegar dan kuat, bahkan akan ada masa-masa dimana sang istri harus jauh lebih kuat dari sang suami.

Dan bila tiba saatnya ia sudah diberikan kesempatan menjadi seorang Ibu, perannya menjadi berkali lipat lebih menantang.

Dan aku disini gak punya bayangan bagaimana aku akan memperlakukanmu kelak.
Aku cuman bisa membuat rencana untuk menjadi seorang istri yang baik, yang akan berusaha menjadi orang yang paling memahami kamu bahkan ketika tidak ada lagi orang yang paham kamu.

Aku akan menjadi rumah bagi kamu, menjadi tempat kamu ingin sekali kembali setelah kamu seharian capai beraktivitas.

Aku sangat berharap (dan berjanji), secapai apapun aku nanti setelah pulang kerja (oiya, aku akan bekerja pastinya), aku gak akan menjuteki atau memasang tampang bete di depan kamu walaupun hari itu adalah hari yang sangat buruk. Aku hanya akan menceritakan uneg-unegku, dan aku harap kamu akan mendengarkan, mempuk-puk kepalaku, dan memelukku. Karena aku akan menganggap kamu adalah rumahku juga, sumber kenyamanan nomor satu bagiku.

Aku akan mengikuti kamu kemanapun kamu pergi. Bukan semacam stalker atau istri posesif ya, tapi kalau kamu ditugaskan jauh sampai waktu yang lama, aku (in-sha Allah) akan ikhlas melepaskan pekerjaan yang aku punya agar aku bisa menemani kamu kemanapun itu. Kamu juga mau kan ya ditemenin? Mau kaaaan? Awas kalo gak.

Dan aku akan menjadi istri yang kadang manja tapi kuat, yang jujur, yang gak akan membuat kamu jadi semacam ‘suami takut istri’, yang akan membantu kamu untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi. Aku pun berharap kamu akan memperlakukan aku seperti itu.

Suatu hari nanti, ketika kita sedang bertengkar dan saling kesal, aku harap kita tidak akan saling meninggalkan, tapi kita akan berdiskusi, saling mengakui dan memaafkan kesalahan masing-masing. Toh kita adalah rumah bagi satu sama lain kan? Jadi tolong usahakan agar kita gak lari dari rumah ya.

Tau gak, ketika aku menuliskan ini aku selalu bilang ke diriku sendiri, “bismillah, semoga bisa, semoga aku gak ingkar janji nantinya.” Hahaha.

Nanti ketika aku lupa, kamu cari lagi ya postingan aku ini dan minta aku untuk baca ini lagi.

Yasudah, selamat siang / sore / malam, Calon Suami kebanggaan sepanjang masa, sampai kita ketemu nanti ya..

10 thoughts on “Tentang Menjadi Seorang Istri

  1. Hehehe.. Jd inget diri sendiri…
    Gw belum bisa tuh yg bagian ‘kemana engkau pergi, I’ll always be right there…’ By phone aja dulu d ya mz ku sayang (҂’̀⌣’́)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *