(Mudik 1): Dari Jakarta ke Jambi

Di hostel yang mirip banget sama kosan di Jatinangor tapi sekarang lokasinya di Jambi, 25 Juli 2014

Oke, jadi ceritanya saya sekeluarga (sayangnya belum saya dan suami berikut anak-anak kami yang lucu-lucu) sedang otw mudik ke Aceh. Kita berangkat kemarin pagi naik mobil.

Iya naik mobil.
Iya Lewat jalur darat.
Iya, emang jauh. Aceh kan diujung pulau Sumatera.
Iya seru karena pemandangannya bagus.
Tapi iya ngeri juga karena saingannya bus dan truk.
Iya saya cakep.

Btw, sekitar 2 minggu lalu ketika saya woro-woro tentang niatan mulia saya mudik ke temen-temen, tanggapan nyaris dari semua temen saya adalah, “Nya, lo balik ke Aceh mau dijodohin ya???”
Yeah, I wish.
Gak ada percaya kalau saya ke Aceh mau sungkem sama nenek satu-satunya yang masih tinggal di daerah Peudada.

Di mudik kali ini selayaknya tim yang solid, kita berbagi peran:
Mama, sebagai team leader merangkap finance, dan co-driver. Yang artinya Mama yang ngatur semua, termasuk manage keuangan dan rewelnya kita (“Ma, Nyanya sariawan.”, “Ma, Ayah mau kue lagi dong.”, “Ma, kacamata Adek yang kerenan dimana?”).

Ayah, sebagai driver cadangan dan pemandu rute karena Ayah gak bisa ngeliat kalau matahari lagi silau-silaunya dan kalau gelap. Jadi hanya Tuhan yang tau kapan ayah bisa nyetir.

Nikmal, driver utama yang kerjaannya nyetir dan komenin Mbak-mbak cantik yang kebetulan papasan di jalanan.

Saya, sebagai….
*mikir*
*mikir lebih keras*
….tidak sebagai apa-apa.
Oh nggak, saya bertugas sebagai tempat senderan Nikmal dan Ayah kalau mereka kecapean. Mungkin karena saya senderable. Sebenernya saya udah mengajukan niatan tulus dan murni sebagai driver cadangan. Tapi langsung ditolak mentah-mentah sama Ayah, “gak. Daripada Ayah deg-degan terus.”
Pedih.

Oke balik lagi ke hari Kamis kemarin. Rencananya kita mau berangkat Rabu malam. Tapi karena Nikmal belum tidur malam sebelumnya, jadilah kita berangkat Kamis habis sahur.

Berangkat jam 6 pagi sampai Pelabuhan Merak jam 9 pagi karena kondisi jalan cukup lancar. Tapi begitu sampai Merak, tetot, lama bener nunggu kapalnya. Jam 12 lebih kita baru naik kapal yang mmmmm yah lumayan lah ya walaupun air dikamar mandinya menggenang ke segala arah. Jam 3 sore kita mulai turun ke geladak kapal dan masuk ke mobil buat siap-siap mendarat. Tapi ternyata karena kapalnya harus ngantri di pelabuhan, baru jam 4 kita bisa keluar kapal.

Akhirnya Lampung!
Menurut petunjuk penasehat spiritual perjalanan Ayah, kita lewat jalur Timur Sumatera yang berarti:
Lampung (tapi gak lewat Bandar Lampung), Sumsel (tapi gak ke Palembangnya), Jambi, PKU (tapi gak ke kotanya), Medan, lalu Aceh lon sayang.

Ketika di Lampung kita harus ngelewatin kebun tebu. Literally kebun yang berarti gak ada lampu dan mall.

Karena hari mulai gelap, Mama minta Nikmal buat ngikutin mobil pick up yang ternyata dengan baiknya ngeh lagi diikutin kita jadi dia kasih sign dengan lampu sen kalau ada jalan rusak atau hambatan lainnya. Tapi belum sampai ke kebun tebu, ternyata dia belok ke arah lain.

Mendadak ada mobil hitam yang ada di depan kita juga berbaik hati jadi leader perjalanan. Kita seneng banget karena kita bener-bener gak tau kondisi jalan, jalanannya kelok-kelok parah, banyak jalan yang rusak, dan gelap banget. Kita sampai mikir buat nyalimin dia kalau dia nanti berhenti di pom bensin. Tapi ternyata setelah kebun tebu dia belok kanan ke arah perumahan Gula*u yang punya kebun tersebut.

Setelah lanjut lagi selama 2 jam akhirnya kita nginep di hotel yang cukup okelah walaupun banyak nyamuk.

Besoknya, alias hari ini, kita lanjut jalan jam 6.30 pagi. Kita pelan-pelan menyusuri Mesuji lalu sampai di Sumsel baru kemudian Jambi. Dan jalanannya itu loh, bagus lalu mendadak lobang gede. Belum ditambah bus yang kadang suka mepet dan nyalip-nyalip.

Maka itulah saya chat ke temen-temen saya minta didoain. Bahkan temen yang minta oleh-oleh saya jawab, “doain duluuu!”. Iya, saya parnoan memang hahaha.

Nah target kita besok adalah keluar dari PKU dan sampai ke perbatasan Sumut. Tolong didoakan ya biar lancar selalu :)

image

Di kapal

image

Di Lampung

4 thoughts on “(Mudik 1): Dari Jakarta ke Jambi

  1. Enjoy the trip, Nya :)…jadi inget waktu SMP dulu pernah sekali-kalinya mudik naik mobil ma Ayah, Bunda, n Om yang bertugas jadi co driver Ayah…lewat jalur timur juga n nginapnya di Palembang n PKU (kalo gak salah)..kalo dulu aku pas lewat Lampung kanan kirinya perkebunan kelapa sawit :) n yang paling tak terlupakan saat itu adalah pulang dari sana, aku kena cacar yg ketularan adik sepupu…jadi pas balik Jakarta, setiap lihat ada tukang kelapa muda, berhenti dulu untuk beli kelapa muda yg katanya bisa nyembuhin cacar :)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *