Fenomena yang cukup sering terjadi akhir-akhir ini di sosial media adalah pemberian hastag (#) kode atau nomention setelah kalimat yang dituliskan di media tersebut. Dan setelah saya perhatikan, penggunaan #kode cenderung digunakan pada kalimat yang merujuk pada hal romantis. Sedangkan untuk #nomention, either romantis ataupun kalimat negatif (marah-marah, mengutuk, dan lainnya). Tapi uniknya, banyak juga pengguna sosmed yang menggunakan #kode atau #nomention di sosmed dimana si subjek yang ingin dia #kode atau #nomention-kan tidak berada disana.
Menurut saya pribadi, ketika kita menggunakan hastag tersebut sebenarnya ada kecenderungan dimana kita benar-benar ingin mengungkapkan kalimat berkode tersebut kepada si subjek, tapi karena malu, ingin lebih misterius, atau tidak ingin menciptakan hubungan buruk dengan subjek yang dituju jadilah si hastag digunakan.
Sehingga, menurut saya lagi, bila ada pengguna sosmed yang menggunakan hastag, misalkan di Twitter, tapi ternyata si subjek yang dikodekan tidak memfollow Twitternya, sama aja dengan nonsense, berarti komunikasi kamu tidak tepat sasaran dan efektif.
Melalui penggunaan kode tersebut saja si subjek belum tentu menangkap isi pesan kamu, apalagi kalau kamu menggunakan kode ditempat yang tidak sesuai?
Dan setelah saya sedikit observasi lagi, ada 3 macam maksud #kode:
1. #kode untuk banyak orang. Misalkan: Cowo-cowo yang solat Jumat sesungguhnya tingkat ketampanannya meningkat 80% (Maksud: dia mengodekan kepada semua pria bahwasanya pria yang solat rajin solat Jumat lebih menarik baginya),
2. #kode untuk satu orang. Misalkan: kangen deh sama kamuuu #kode (Maksud: ya dia kangen sama satu orang yang seharusnya ada didalam lingkungan Twitter atau Facebook atau di sosmed yang dia kodekan).
3. #kode bukan untuk siapa-siapa. Ini jenis kode yang dia sampaikan di sosmed yang tidak di follow atau digunakan oleh subjek yang dia kodekan.
Sebagai anak komunikasi (lulusan Universitas Padjadjaran angkatan 2005, sekalian promo haha), saya akan berusaha untuk membuat komunikasi saya efektif, efisien, dan tepat sasaran. Bila saya menggunakan kode di blog, mungkin karena subjek yang saya kodekan sering membaca blog saya. Atau ketika saya membuat #kode di Twitter, itu ditujukan untuk salah satu follower saya.
Singkat kata, penggunaan #kode atau #nomention tentu bukan contoh komunikasi 2 arah yang efektif, jadi gunakanlah dengan seefisien dan sejelas mungkin agar sang subjek setidaknya merasa di kodekan.
kalo “Sono fiero di te :)” kode jg kah? 😛
ummm.. maybe hahahaha
ato kadang pingin pamer aja ke org lain kalo kita ada yg di kode in meski kenyataannya nggak hihihi
Bisaaa… tapi kok kasian ya.. hahahaha