Eurotrip Lagi (2): Dari Rende ke Hamburg

Bandara Galileo Galilei Pisa, Italia
23 September 2013. 03.17 CET.

Dingin.
Dingin.
Dingin.

Gila banget ini dinginnya, ya Allah!
*elap ingus*

Sekarang udah jam 03.17 waktu Eropa dan saya lagi terpaksa duduk di teras café yang udah tutup di Bandara Galileo Galilei Pisa karena bandaranya tutup.

Ternyata ada ya bandara yang tutup pas tengah malem sampe pagi dan dengan teganya nyuruh penumpang-penumpangnya yang flight pagi nunggu diluar bandara. Oke deh kalau seandainya ini masih summer, lah ini udah autumn dan walaupun kalau siang suhunya masih belasan derajat, tapi kalau malem ya suhunya jadi drop ke 5 derajat kayak sekarang.

Sejak diusir dengan santun dan senyuman manis sama pak polisi bandara jam 12 pagi tadi, saya udah pindah ke dua spot buat nyari tempat yang nyaman buat tidur. Yang pertama di teras toko, yang ngebuat saya harus duduk selonjoran di terasnya yang cuman dilapisin sama semen. Hasilnya jadi masuk angin dan makin kedinginan. Haha. Cerdas. Dan akhirnya jam setengah dua pagi tadi saya duduk di kursi rotan di café sama banyak penumpang terlantar lainnya yang berusaha tidur.

Di arah jam 11 dari saya ada nenek-nenek yang ngebungkus badannya dari ujung rambut sampe ujung kaki sama jaket. Saya tau kalau itu nenek-nenek pas jaket yang nutupin mukanya melorot dan dia bangun untuk ngebenerin si jaket dan lanjut tidur. Disebelah kanan saya ada dua cowo, satu dari Jerman dan satu dari China. Mereka sibuk minum dan ngemil sambil nonton biar hangat. Pas disebelah kiri saya ada pasangan Italia yang peluk-pelukan biar hangat, sedangkan saya malah nulis postingan ini biar lupa kalau saya lagi kedinginan dan gak ada yang bisa dipeluk.
Huhu.

Oiya, jadi hari ini adalah hari pertama (hari kedua sih karena sekarang hitungannya sudah pagi) saya ngelakuin eurotrip part 2 di tahun 2013 ini, mumpung udah lulus dan sebelum balik ke Indonesia bulan depan. Kali ini temen jalan-jalan saya ada banyak orang. Tapi pemeran utamanya adalah Kiki, sahabat / psikolog gratisan saya / mahasiswi Indonesia di Jerman dan saya akan ketemu Kiki besok di Hamburg. Sedangkan pemeran pembantunya (haha) ada Mira, Aissa, Bang Firman, Farsi, dan Tanti. Mereka semua akan muncul di cerita-cerita selanjutanya.

Nah inilah rute jalan-jalan saya:
Rende – Roma (numpang makan siang doang) – Firenze / Florence – Pisa (numpang tidur di teras bandara) – Lubeck (numpang landing) – Hamburg – Copenhagen – Gotheborg.

Saya kemarin berangkat dari apartemen jam 6 pagi untuk ngejar bus ke Roma jam 6.30. Dari Roma, saya naik kereta ke Firenze baru kemudian naik bus bandara ke bandara Pisa malemnya.  Rencananya, saya pingin naik kereta ke Firenze jam 13.05. Karena selain harganya murah, kalau naik kereta yang jadwal seperti itu, saya akan punya waktu yang lebih banyak untuk main di Firenze yang terkenal dengan arsitekturnya yang oke punya. Tapi karena bus dari Rende baru sampai terminal bus Tiburtina jam 12.55 dan saya nyasar-nyasar dulu nyari stasiun keretanya (yang sebenarnya ada pas diseberang terminal bus), saya jadi gak bisa naik kereta jam 13.05 dan harus ngambil kereta jam 15.15 yang baru sampai di Firenze jam 18.30.

Pemandangan di luar kereta menuju Firenze

Pemandangan di luar kereta menuju Firenze

Sesampainya di Firenze, saya langsung jalan buru-buru ke arah alun-alun kota. Yaaa saya sebenernya had no clue ya dimana si alun-alun itu, secara saya gak punya peta dan kalaupun petanya ada saya gak ngerti cara bacanya. Jadilah saya jalan ke arah gang yang paling ramai dan ngikutin orang-orang. Hasilnya saya nemuin beberapa jalan sempit yang bagus dengan apartemen dari batu warna abu-abu dan banyak penjual barang-barang murah.

Didepan stasiun Firenze Novella

Didepan stasiun Firenze Novella

Saya jalan terus buru-buru karena takut ketinggalan bus bandara dan akhirnya muncul di salah satu alun-alun Firenze (Piazza del Duomo). Disanalah berdiri dengan megah Basilica di Santa Maria del Fiore yang mulai dibangun di tahun 1296 dan saya langsung mangap dan ber-“Masya Allah bagusnya!”

Basilica di Santa Maria del Fiore

Basilica di Santa Maria del Fiore

Apa yang suka dari bangunan ini adalah desain dindingnya yang complicated dan cantik, apalagi waktu itu saya datangnya ketika sunset. Warna orange matahari digabung dengan warna coklat-putih dinding gereja ngebuat semuanya jadi berkali lipat lebih megah. Saya mengelilingi si bangunan (yang ternyata luas banget) sambil berdecak-decak kagum dan mendadak rada sedih, andai aja saya kesini sama temen-temen, pasti saya gak akan jadi si Heri (Heboh Sendiri) dan bisa dengan noraknya foto-foto didepan gereja dengan berbagai gaya.

Puas ngelilingin si bangunan, jam 8 malam akhirnya saya memutuskan untuk balik ke stasiun Firenze Santa Maria Novella karena saya harus mencari tahu dimana tempat tunggu bus bandara yang akan berangkat sejam kemudian.

Di print-an karcis bus, ada keterangan tambahan berupa peta. Sayangnya petanya bener-bener simple kayak peta lokasi nikahan di undangan Indonesia, cuman kotak, titik, dan label nama. Padahal stasiun Firenze ini besar dan banyak toko dan bangunan disampingnya. Akhirnya saya nanya ke beberapa orang, penjaga toko di dalam stasiun dan polisi, tentang letak si bus tapi mereka semua kasih petunjuk yang beda-beda dan gak yakin sama petunjuk mereka. Hahaha. Atuhlah. Kalian aja gak yakin, gimana saya?

Jam mulai menunjukkan waktu 20.15, saya mulai sedikit panik. Mengikuti arahan polisi, akhirnya saya jalan ke terminal bus yang ada di belakang stasiun. Saya micingin mata mencari papan nama si bus tapi nihil. Saya tanya ke salah satu petugas disana, dia malah geleng-geleng dan ngomong dengan gak yakin, “mmm, kayaknya busnya ada di depan stasiun deh.”
Saya: “Yakin ada disana?”
Petugas: “kayaknya ya.. “

Glek.

Saya jalan buru-buru ke antrian bus didepan stasiun dan nanya ke polisi lagi didepan sana, tapi pak polisi yang ganteng (teteup!) malah geleng-geleng sambil ngarahin saya ke terminal bus tadi. Saya ngeliat jam lagi dan ternyata udah nyaris jam 20.30. Saya ambil napas dan baca doa untuk nenangin diri dan pelan-pelan membaca lagi petunjuk di kertas print-an karcis yang udah mulai lecek. Karena tetep aja gak paham, saya masuk lagi kedalam stasiun dan nanya sana-sini. Beruntung, akhirnya ada Mas-mas yang tau dimana tempat si bus itu ngetem, dan katanya biasanya calon penumpang bus bisa menunggu di café X di luar terminal. Saya jalan keluar sesuai petunjuk dia dan menemukan café X rolling doornya udah tertutup setengah.

Saya nunduk dan manggil mbak-mbak yang lagi beresin kursi didalam café, “Mbak, permisi.”
Mbak: *tanpa nengok ke arah saya* Kita udah tutup.
Saya: iya, tapi saya mau tanya, tempat nunggu bus X dimana?
Mbak: *gak ngejawab pertanyaan saya dan tetep sibuk dengan kursi*
Saya: *tetep keukeuh ngejelasin kalau saya harus naik bus ke bandara Pisa jam 9 malam ini*

Mendengar suara saya yang setengah ngomong bahasa Inggris dan Italia dengan tone panik dan melas, seorang Mas-mas yang baru keluar dari arah belakang café langsung datang ke arah saya dan nanya dengan sopan, “bisa saya bantu?”

Setelah membaca tiket bus saya, dia senyum dan nunjuk ke arah lapangan disamping stasiun dengan undakan tangga, “kamu tunggu disana ya. Saya beres-beres disini dulu. Nanti saya kesana 20 menit lagi.”

Akhirnya setelah dia ngeyakinin saya kalau dia gak bohong dan akan kesana 20 menit lagi, saya duduk di tangga. Saya melihat sekeliling dan banyak anak-anak muda dengan berbagai macam tindikan dan baju bolong-bolong ditambah botol minuman keras mengumpul bergroup di beberapa spot. Saya perhatiin lagi, ternyata mereka bukan orang Italia, tapi imigran dari Romania, Arab, dan Africa. Merasa sedikit takut, saya mulai baca doa semoga selamat dan gak ada preman yang ngedatengin saya untuk malak atau iseng ngerekrut saya jadi anggota geng mereka. Baru selesai saya ngucapin aamiin, mendadak bahu saya ditepuk.

Siaaaal!

Saya nengok dan mas-mas yang tadi ada disalah satu group yang saya perhatiin langsung senyum dan duduk disamping saya.
Mas: Hai, saya duduk disini ya.
Saya: Eh?
Mas: Kamu orang Palestina ya?
Saya: Bukan.
Mas: Pakistan?
Saya: Bukan.
Mas: Tunisia? Turki?
Saya menggeleng sopan. Harus sopan daripada dia ngelakuin hal yang ekstreme.

Mas: dari mana dong?
Saya: Indonesia.
Mas: Oh Indonesia. Negaranya indah banget itu!
Saya: Iya.

Si Mas nanya saya mau kemana dan dengan siapa. Saya mengarang cerita kalau saya akan ke Pisa untuk ketemu teman (perempuan) saya disana.

Mas: Disini ngapain?
Saya: Nunggu teman (teman dalam bahasa Italy bisa ‘amico’ untuk teman laki-laki dan ‘amica’ untuk teman perempuan. Saya bilang itu karena agar seakan-akan saya gak luntang-luntung duduk sendirian disini).
Mas: *kaget* orang Italia?
Saya: Iya.
Mas: *megang pundak saya dan ngeliat saya dengan tatapan menasehati* kamu hati-hati ya sama cowo-cowo Italia. Mereka itu banyak yang gak bener. Maunya ngajak tidur bareng doang.
Saya: *rada ngejauh, risih bahu saya dipegang*
Mas: Seriously, because you are a nice girl. A really nice girl. I hope God will protect you. Okay, I’m going now. Take care, okay.

Saya mengerjap kaget ngedenger nasehat si Mas dan bingung ngeliat dia yang ujug-ujug pergi setelah ngomong itu ke saya. Alhamdulillah ternyata saya masih dilindungi Allah, mungkin salah satu bentuk perlindunganNya adalah melalui si Mas random itu.

Mas-mas café akhirnya muncul beberapa menit kemudian dan gak beberapa lama si bus bandara akhirnya datang. Setelah sekitar 1,5 jam di bus, jam 22.30 saya sampai bandara Galileo Galilei. Sebenernya dari awal saya sudah sedikit was-was kalau jangan-jangan bandara ini akan tutup tengah malam, karena bandara Lamezia (yang ada di dekat tempat saya tinggal) tutup mulai tengah malam sampai sekitar jam 4 pagi.

Jam 12 kurang, bandara mulai sepi. Yang tersisa cuman petugas bandara yang sibuk bersih-bersih, beberapa polisi, dan penumpang early flight termasuk saya. Iseng, saya nyolek Mas-mas Italia disamping saya dan nanya tentang jadwal buka tutup bandara. Dengan yakin dia bilang kalau bandaranya akan tetap buka sampai pagi. Alhamdulillah. 10 menit kemudian, tiba-tiba terdengar pengumuman dalam bahasa Italia dan Inggris kalau bandara akan tutup jam 12 malam dan buka lagi jam 4 pagi. Saya langsung nengok ke arah Mas disamping saya dengan pandangan kata-lo-bandaranya-gak-tutup-gimana-deh. Dan si Mas ngeliat saya dengan bingung dan nanya, “eh ini bandara tutup?”

Atuhlah, Mas. Huhu.

Beberapa saat kemudian dua orang polisi mendatangi kami dan bilang dengan sopan kalau bandara akan tutup, jadi kami dimohon menunggu diluar bandara.

Akhirnya kita berdua (saya dan Mas, bukan dengan polisi), jalan ke arah bandara dan nyari spot untuk menunggu jam 4 pagi. Saya memilih duduk selonjoran di teras toko yang cuma dilapisi semen karena waktu itu udaranya masih belasan derajat dan saya dengan cerdasnya berpikir kalau suhunya gak akan drop setelah itu. Sedangkan si Mas duduk di bangku taman 3 meter dari tempat saya duduk. Dan entah kenapa saya sempat menangkap si Mas beberapa kali nengok ke arah saya, seakan-akan memastikan saya aman-aman saja disana, gak mendadak disamperin sama preman, atau kejang-kejang karena kedinginan duduk diatas semen.

Spot pertama saya tidur. Yang rebahan itu bukan saya ya.

Spot pertama saya tidur. Yang rebahan itu bukan saya ya.

Jam 1 pagi suhu mulai drop. Saya mulai nutupin muka saya dengan syal tebal dan memakai sarung tangan kulit. Masih aja dingin, akhirnya saya tutup kaki saya dengan sweater tebal dan mencoba untuk tidur. 1 menit, 5 menit. Gagal. Hidung saya malah mulai kesumbat karena kedinginan. Akhirnya saya berdiri dan joget-joged ala erobik sambil ngedengerin music di mp3 player saya. Si Mas Italia langsung nengok ngeliat kelakuan saya. Dan kayaknya setelah dia consider kalau kegiatan joget-joget saya tidak mebahayakan nyawa saya, si Mas balik tidur. Sejam bolak-balik berdiri dan duduk lagi, akhirnya saya memutuskan untuk jalan-jalan dan nyari tempat yang lebih hangat. Si Mas nengok lagi begitu melihat saya jalan dan saya langsung bilang, “saya mau cari tempat yang lebih hangat,” dia mengangguk dan lanjut tidur.

Dan disinilah saya, di café yang penuh penumpang early flight lainnya dan sekarang udah jam 4. Saya mau ngecek pintu bandara dulu. Harusnya udah buka.

Oke, saya akhirnya udah di dalam bandara yang hangat. Pintu bandara buka jam 4.15, padahal para penumpang udah berdiri didepan pintu dengan muka desperado dan kedinginan dari jam 4. Sedangkan didalam bandara, beberapa polisi bolak-balik sambil ngobrol santai, seakan-akan gak ngeliat kita dibalik pintu kaca. Meh!

Yasudah saya sekarang mau sholat Subuh dulu lalu mulai check in untuk penerbangan jam 06.30. Hamburg, I’m coming!

Eurotrip Lagi (1): Jalan-jalan Lagi dan Lagi

Rende, 5 Oktober 2013
23.03 CEST

Kalau kata orang bijak, ketika kamu melakukan perjalanan (trip) selain kamu akan belajar banyak dari tempat yang kamu kunjungi, kamu akan lebih mengenal dirimu sendiri. Dan itulah salah dua penyebab kenapa saya suka jalan-jalan, selain kalau (alhamdulillah) jalan-jalannya gratisan atau dapet promo. Karena setelah saya beberapa kali jalan-jalan murah alias backpackeran, saya jadi tau kalau saya adalah orang yang cukup cuek dan gak takutan berada di tempat asing dan dengan orang asing sendirian. Contohnya pas saya pulang menuju Rende (Italy) dari Spanyol bulan Agustus kemarin.

Waktu itu saya harus naik pesawat malam yang baru mendarat di airport Lamezia Terme sekitar jam 21.30. Dari situ saya harus naik kereta atau bus airport atau mobil sewaan ke Rende, tempat saya tinggal. Tapi karena saat itu adalah tanggal 17 Agustus yang masih dalam rangkaian liburan besar keagamaan disini (bukan, bukan 17 agustusan), perusahaan mobil sewaan juga ikut libur. Bus airport juga udah gak ada karena saya sampai kemaleman. Opsi yang tersisa berarti naik kereta dari stasiun Lamezia Terme sampai ke Rende. Yang saya tahu, kereta ke Rende sudah gak ada lagi jam segini, baru ada besok hari jam 7 pagi. Akhirnya saya nekat tidur di stasiun Lamezia Terme yang menurut gosip tempatnya kurang aman dan memang nyeremin. Sampai-sampai pas saya udah cari posisi yang nyaman di bangku ubin di deket rel kereta, temen saya message nyuruh saya untuk pindah nginep ke stasiun Paola, yang jaraknya 30 menit dari Lamezia Terme.

Tapi karna saya juga udah beli tiket kereta dari Lamezia untuk besok pagi dan saya ngerasa aman-aman aja disana, walaupun ternyata memang banyak bener abang-abang dari Afrika dan Bangladesh yang bawa karung besar hilir-mudik di stasiun, saya akhirnya mutusin buat nginep disana.

Berbekal bismillah, saya masuk ke ruangan tunggu buat tidur yang entah kenapa baunya kayak terasi. Ternyata di ruangan itu udah ada beberapa abang-abang besar itu yang tidur disana dan satu nenek-nenek. Nah, disana saya baru sadar ternyata saya bukan tipe orang yang bisa tidur dimana aja. Saya ngeliat sekitar, si abang-abang udah banyak yang mendengkur tidur di kursi atau di lantai dengan alas kardus. Si Nenek juga mulai tidur sampai kadang buang gas (plis deh, Nek!) di tempat tidur panjang. Nah sebelnya, kalau aja posisi tidur si Nenek rada kepinggir, mungkin saya juga bisa berbaring di tempat duduk panjang itu dan tidur, bukannya malah ngejagain si Nenek dan Abang-abang itu tidur sampai pagi. Bah!

Jam 1 pagi, saya mulai nutup buku bacaan saya dan berusaha tidur sambil duduk di bangku besi. Gak berhasil. Saya pangku backpack 10 kg saya biar kepala saya bisa saya taro diatasnya dan mungkin akhirnya saya bisa tertidur, tetep gak berhasil. Akhirnya saya baca ulang buku saya. Begitu saya ngeliat ke arah luar waiting room yang terbuat dari kaca tebel ternyata ada Bapak-bapak yang melintas dan langsung berhenti didepan ruangan. Si Bapak ngeliat ke arah saya, saya langsung pura-pura serius baca. Dari ujung mata saya ngeliat kalau si Bapak melambai-lambaikan tangannya memanggil saya. Saya tetep pura-pura gak lihat. Setelah sekitar 2 menit, si Bapak akhirnya pergi tapi dia balik lagi sekitar 5 menit kemudian dan mulai memanggil-manggil saya lagi. Hiii. Saya makin khusyuk baca doa. Karena kalau misalkan dia memang polisi, seharusnya dia langsung aja nyamperin saya kan dan bilang dengan sopan, “Mbaknya, ini ruangannya kayaknya kurang oke buat istirahat, kamu tidur di pos polisi aja.” Lah tapi ini si Bapak keukeuh ngelambai-ngelambai sambil ngerokok dan ngeliatin saya setiap 5 menit dan bolak-balik terus sampai setengah jam kedepan.

Setelah berjam-jam yang panjang banget, jam 5 pagi saya keluar dari waiting room dan langsung nyari kopi dan croissant biar gak pingsan karena saya udah beneran cape waktu itu. Habis sarapan, saya duduk di bangku marmer panjang di pinggir rel dan iseng rebahan sambil tidur-tiduran sebentar. Ternyata saya ketiduran sekitar setengah jam dan kebangun karena ada petugas kebersihan berdiri di depan saya. Yasudah akhirnya saya berusaha tetep sadar sampai akhirnya kereta api ke Rende dateng jam 7 pagi.

Hasilnya, saya tepar sampai 3 hari kemudian dan gak mood buat jalan-jalan kemana-mana setiap temen saya ngajakin ke pantai disekitar Rende. Si backpack juga baru saya unpacking seminggu kemudian haha.

Tapi walaupun udah tau kalo backpackeran pasti cape, penuh petualangan, dan kadang rada serem, dua minggu habis saya Eurotrip Agustus, saya mulai merencanakan Eurotrip September karena uang beasiswa udah turun. Hehe.

Setelah saya beli tiket pesawat dan perintilannya untuk pulang ke Indonesia tanggal 8 Oktober, saya ngitung-ngitung sisa duit dikurangin kebutuhan selama sebulan di Rende. Ternyata masih cukup buat jalan-jalan ke beberapa negara walaupun hasilnya harus super irit. Akhirnya setelah mengumpulkan semua opsi rute termurah dan cara terefisien survive selama trip, saya mutusin buat jalan-jalan ke Jerman (lagi), Denmark, dan Swedia. Dan karena saya gak suka solo trip, saya ngajak salah satu sahabat saya yang lagi sekolah di Jerman, Kiki, buat Eurotrip (irit) bareng selama seminggu.

Hasilnya?

Saya disamperin Abang-abang Romania karena dia pingin ngingetin kalau saya adalah anak yang baik, saya tidur di emperan toko di Pisa sampai menggigil kedinginan, ketemu banyak temen di Jerman dan Goteborg, akhirnya tau kalau orang-orang Scandinavia ramah banget, dan…..

Kasih tau gak ya… hahaha.

Tunggu di cerita selanjutnya ya.

Ciao.

Si Ijo Kesayangan

Si Ijo Kesayangan

Yuk, Kita Nesis lalu Lulus

Rende, 20 September 2013
20.23 CEST

Hai temen-temen sebangsa, setanah air, senasib, dan sepenanggungan di Rende,
Saya mau share sedikit tentang apa aja yang harus dipersiapin sebelum tesis dan sebelum sidang.

Sebelum tesis:

  1. Biasanya topik tesis bisa mulai kamu pikirin 9 bulan – setahun sebelum kamu lulus. Catet aja kira-kira ide menarik apa yang mau kamu jadiin bahan penelitian. Disaat itu kamu juga jangan lupa liat-liat dan cari tau dosen mana yang bahasa inggrisnya jago, jarang menghilang dari kampus (bisa sering kamu ketemuin dan hubungin buat diskusi), yang kira-kira juga mendalami topik yang kamu akan pilih, dan yang asyik. Disini peran dosen pembimbing akan sangat penting buat nentuin cepet atau gaknya kamu lulus.
  2. Cari tau bulan kapan aja ada wisuda di kampus. Bisa dicari tau di website unical, tanya ke mentor di kampus (manager jurusan), atau langsung ke segretaria.
  3. Nah pas idenya udah ada dan dosen yang kira-kira mau ‘dilamar’ udah ketemu, kamu buat aja proposal penelitian atau garis besar ide penelitian kamu. Lalu kamu ajak deh sang dosen buat diskusi. Di diskusi itu, jangan lupa kasih tau kapan kamu rencana lulus dan tanya ke Bapak / Ibu dosen bisa gak beliau bantu kamu buat lulus tepat waktu sesuai rencana kamu.
  4. Kalau udah sama-sama oke, silahkan dimulai perjuangan tesis yang berdarah-darah deh.

Sebelum wisuda:

  1. Sambil ngerjain tesis, jangan lupa dicek terus bulan kapan ada wisuda di jurusan kamu. Sekalian cari tau tanggal berapa deadline untuk daftar wisuda dan ngumpulin tesis. Biasanya deadline daftar wisuda sekitar 2 bulan dari tanggal wisuda. Sedangkan ngumpulin tesis biasanya sekitar sebulan dari tanggal wisuda.
  2. Kalau kamu punya Manager jurusan, jangan lupa terus di follow up perkembangan tesis kamu ke beliau, karena beliau ini akan sangat membantu kamu dalam mengurus masalah administrasi wisuda.
  3. Untuk bisa daftar wisuda, kamu akan diwajibkan untuk: 1) bayar uang registrasi sebesar 50 euro ke Bank, 2) ngumpulin piano di studio (bisa diminta ke segretaria / manager jurusan / kayaknya print sendiri dari web unical), bukti pembayaran uang kuliah terakhir, dan print bukti dari pengisian kuesioner almalaurea. Semuanya ini harus dikumpulin ke Segretaria.
  4. Apa sih Almalaurea? Almalaurea sebenernya adalah sebuah situs ‘penampungan’ alumni-alumni universitas di Italia dan mereka akan secara berkala mengirimkan lowongan pekerjaan sesuai bidang kamu ke email yang kamu register. Nah, Almalaurea ini pingin tau kita sebenernya bagaimana sih ketika kuliah, jadi kita diwajibin untuk mengisi kuesioner yang banyaknya Masya Allah di alamat: http://www.unical.it/portale/orientamento/exitunical/servizi/almalaurea/ .
    Nah setelah itu, nanti kamu akan dapet notifikasi ke email bahwa kamu udah teregister dan sukses mengisi si kuesioner. Notifikasi itu yang harus kamu print dan dibawa ke Segretaria.
  5. Kira-kira sebulan sebelum wisuda, kamu harus nyiapin 2 print-an lengkap dengan hardcover tesis kamu + 2 CD tesis dengan covernya (judul tesis, nama kamu dan pembimbing, dan lambang fakultas). Tesis dan CD harus ditanda tangan oleh dosen pembimbing. Gak ada format khusus lembar pengesahan tersebut. Sang dosen akan tanda tangan di bawah namanya. Nah seperangkat CD + tesis ini kamu kasih ke segretaria dan dosen pembimbing.
  6. Oiya, kalau mau keren ya sok atuh sekalian print 1 tesis hardcover buat kamu sendiri haha. Biar kesannya gaya gitu pas nanti sidang. Kan sidangnya terbuka didepan ribuan penonton.
  7. Nah nanti sebelum ngeprint jangan lupa observasi dulu harga ngeprint dan hardcover di fotokopian-fotokopian terdekat ya. Untuk CD dan covernya saya saranin untuk buat sendiri aja biar irit. Karena biasanya biaya ngeburn + print sampul CD itu 5 euro per CD.
  8. Setelah semuanya ke-submit, silahkan banyak berdoa dan belajar biar semuanya lancar. Jangan lupa banyak berbuat baik kepada semua makhluk hidup agar sidangnya lancar.

Oke deh itu aja. Silahkan tambahin yah kalo ada yang mau nambahin. Semangat tesisnya!

keep-calm-cause-graduation-is-coming-7

(6) Eurotrip: Dari Venezia sampai Vatican

Roma, 12 Agustus 2013

7 hari Eurotrip dan kita udah nginep diberbagai macam tempat; hostel isi 8 orang sekamar, numpang nginep di rumah Mas-mas dan Kakek-kakek, pension, hotel beneran, sampai tenda. Memang begini hasilnya kalo peserta tripnya satu mahasiswi ngepas dan dua mbak-mbak yang bergaji.

Well, pas kita di Venezia kemarin lusa, kita nginep di tenda yang alhamdulillahnya selevel lebih bagus dibanding tenda di Cibubur. Jadi tempat ini saya yang nge-booked dengan pertimbangan harga murah pastinya dan kok kayaknya si perkemahan ini terkenal dikalangan anak muda. Jadilah jiwa anak muda saya terpanggil buat ikut-ikutan nginep disana.

Begitu kita sampai sana, beneran tempatnya kayak tempat wisata perkemahan anak muda. Sebelah kanan dari pagar utama ada kolam berenang besar dan sebelah kirinya ada supermarket semacam Sev*l Jakarta yang banyak anak-anak muda ngobrol sambil makan didepannya. Tipe penginepannya macem-macem, ada yang di karavan, rumah kayu, tenda besar, sampai tenda pramuka beneran. Dan kita nginep di tenda besar warna abu-abu yang didalemnya ada 3 tempat tidur, 1 steker, dan 1 lampu remang-remang. Untuk kamar mandi, si perkemahan nyediain kamar mandi bersama yang shower dan bilik toiletnya dipisahin, Beneran kayak lagi nginep di Cibubur haha. Tapi lumayanlah ya buat harga 11 euro permalem perorang. Bahkan si Neneng yang awalnya skeptis sama si perkemahan, “Nyanya, ini kalo tendanya rubuh gimana? Ada lampu gak di tendanya? Aman gak?” Akhirnya malah pingin ngadain pesta nikahan disana hahaha.

Tenda tempat kita nginep

Tenda tempat kita nginep

Kolam berenang

Kolam berenang

Jadi tempat wisata Venezia (yang banyak kanal-kanalnya), terpisah sama lokasi perkemahan kita. Beda pulau ceritanya, karena harga penginepan di daerah wisatanya super mahal. Setelah sekitar 30 menit naik bus yang harga tiketnya cuman 1,2 euro, kita mulai menyelusuri Venezia yang padat banget sama turis.

CIMG5231

Grand Canal

Grand Canal

Grand Canal Venezia

Grand Canal Venezia

Topeng khas Venezia

Topeng khas Venezia

Kita terus jalan masuk-masuk kedalam gang, dan alhamdulillahnya gak sengaja nemuin spot foto yang bagus tapi kosong saking banyaknya gang disana. Oiya, konon, semua rumah di Venezia punya perahu sebagai alat transportasi mereka. Bahkan mereka punya garasi untuk perahu di basement rumah mereka.

CIMG5253

Mas Gondola + penumpangnya

Mas Gondola + penumpangnya

CIMG5266

Setelah beberapa jam jalan kaki muter-muter, kita sampai ke ‘terminal’ gondola. Mulailah para Mas-mas pendayuh gondola manggil-manggil sambil muji-muji kita biar mau naik gondola mereka. Akhirnya karena tawaran lumayan oke (30 euro per orang buat 30 – 60 menit naik gondola + dinyanyiin sama si Mas supir), kita berangkat naik gondola.

Alhamdulillah banget kita dapet si Mas Supir yang gak bisa diem. Sepanjang perjalanan dia gerak terus. Kalo gak nyanyi, joged, ya cerita tentang sejarah Venezia. Pas kita papasan dengan gondola lain, kita ngeliat Mas supirnya diem anteng dan tampang penumpangnya bosen. Beda banget sama gondola kita yang kalo gak teriak kesereman karna si Mas supir sok-sokan mau jeburin kita ke kanal, atau kita lagi nyanyi bareng sama si Mas. Haha.

Si Mas Supir Gondola yang gak bisa diem

Si Mas Supir Gondola yang gak bisa diem

Grand Canal. Disini selain ada gondola, juga ada water taxi dan water bus

Grand Canal. Disini selain ada gondola, juga ada water taxi, dan bus taxi.

CIMG5436

Setelah puas jalan-jalan, kita naik kereta ke Roma dan sampai disini sekitar jam 11 malem. Check in hotel, lalu kegirangan karena akhirnya ketemu AC, kasur empuk, dan kamar mandi bagus.

Roma adalah kota yang (menurut saya) berantakan, tua, tapi cantik. Apalagi ketika saya berdiri di salah satu jalanan yang entah apa namanya di deket Colosseo, seperti mendadak kelempar ke abad pertengahan. Karena dijalanan tersebut ada beberapa bangunan abad Romawi seperti Altare della Patria.

Piazza di Spagna

Piazza di Spagna

Piazza Garibaldi

Piazza Garibaldi

Colosseo

Colosseo

Colosseo tampak luar

Colosseo tampak luar

CIMG5591

Altare della Patria

Altare della Patria

Fontana di Trevi

Fontana di Trevi

Sorenya kita main ke Fontana di Trevi dan lempar-lempar koin disana. Nah ternyata ada beberapa mitos tentang tradisi lempar koin ini. Pas ngelempar koin kita harus memegang koin dengan tangan kanan dan si koin dilempar ke belakang lewat bahu kiri. Katanya, kalau si koin sukses mendarat ke kolam, berarti kita akan balik lagi ke Roma suatu saat nanti. Ada juga yang bilang kalau kita harus ngelempar 3 koin, karena 2 koin mengartikan kalau kita akan menemukan kisah cinta (hayah!) di Roma dan 1 koin lagi melambangkan pernikahan. Nah, saya cuman ngelempar 1 koin, huhu. Semoga saya bisa balik lagi ke Italia suatu saat nanti. Btw, koin-koin dikolam ini akan digunakan untuk membelikan makanan bagi orang-orang yang membutuhkan di Roma.

Nah tadi pagi kita jalan-jalan ke Vatican dan masuk ke museumnya yang ngantri masuknya lebih dari sejam. Musium Vatican ini adalah kompleks musium terbesar di dunia dengan 1400 ruangan. Pas kita masuk satu ruangan ke ruangan lainnya, kita seperti diceritain tentang sejarah agama Kristiani dan Italia sendiri.

Salah satu bagian langit-langit Musei Vaticani

Salah satu bagian langit-langit Musei Vaticani

Vatican City

Vatican City

Okeh sekarang kita bertiga udah di Bandara Ciampino karena sebentar lagi kita akan naik pesawat menuju Barcelona.

Ciao!

Dalam 32 Hari

Rende, 6 September 2013
21.50 CEST

Well, in 32 days I’ll leave this small town.
Kota kecil yang bahkan mallnya kalah besar dengan PGC (Pusat Grosir Cilitan).
Kota dimana kita bisa narik napas dalam-dalam tanpa takut batuk-batuk karena polusi udara.
Kota yang ngebuat saya gak bisa jalan-jalan hari minggu, karena jadwal busnya sangat jarang dihari itu.
Kota yang ngebuat summer jadi super panas-nya subhanallah dan ngebuat saya jadi makin males makan tapi anehnya tetep ngebuat saya makin tembem.
Kota yang ngebuat saya harus jalan kaki nyaris setengah jam buat ke supermarket kalau mau irit dan gak naik bus.
Kota dimana saya memulai semua cerita baru 2 tahun yang lalu.

2,5 tahun yang lalu saya cuman seorang mbak-mbak kantoran yang heboh dengan meeting disana-sini, ngoceh-ngoceh di telepon sama agency dan banyak orang, selalu nyaris lari-lari setiap denger panggilan “Isyana..” dari Ibu Bos 1 dan 2, dan selalu naik taxi kemana-mana untuk ngecek event. Saya suka semua kerjaan dan kesibukan saya tapi demi mimpi masa kecil untuk sekolah ke Eropa dan hasrat besar pingin jalan-jalan, jadilah saya mengajukan aplikasi beasiswa ke beberapa institusi. Salah satunya ke Universita della Calabria ini. Dan setelah beberapa bulan, akhirnya email sakti dari salah satu profesor kampus pun datang. Sejak saat itu setiap saya duduk di taxi sendirian dan ngeliat ke luar jendela sambil ngedengerin lagu One Republic – Good Life, yang terbayang adalah betapa serunya cerita baru saya nanti selama 2 tahun ke depan. Negara baru, teman baru, pengalaman baru.

Alhamdulillah ternyata semua mimpi saya diijabah Allah, bahkan lebih yang dari saya bayangkan. Disini saya gak cuman mendapatkan teman baru tapi keluarga baru. Yang ada ketika saya senang, sedih, kecewa, pusing, takut, sakit beneran, atau sakit hati haha. Saya gak pernah merasa sendiri. Bahkan saya selalu ngerasa nyaris gak pernah punya rahasia disini. Haha.

Nyaris 2 tahun yang lalu, ketika pertama kali saya bertemu dengan orang-orang ini di bandara Qatar, saya seperti biasa sok-sokan langsung ‘membaca’ orang. Ah yang ini pasti sukanya tidur dan gak pedulian. Yang ini anaknya asik. Yang ini cewek banget. Yang ini bawelnya, ya Tuhan. Haha. Ada yang bener ada yang salah ternyata. Tapi mereka semua sama-sama berbakat ngebuat saya selalu ngerasa senang dan ketawa sampe ngeluarin air mata.

Saya dan mereka udah ngelewatin banyak sekali momen. Noraknya ketika salju pertama turun, sampai kita foto tiduran dipinggir jalan raya dan diliatin orang banyak. Atau ketika masa-masa salah satu teman saya hamil dan betapa hebohnya kita ngejagain si ibu hamil yang suka kepeleset itu. Haha. Atau ketika akhirnya kita kedatangan bayi yang menjadi pertanyaan banyak orang disini, “sebenernya bayi ini anaknya siapa sih?” Haha. Atau ketika akhirnya saya akan sidang dan wisuda.. Saya yang awalnya udah pasrah akan cuman pakai blazer seadanya dengan make up sebisanya (karena saya memang gak bisa dandan), mendadak saya dapet tawaran untuk pakai baju kurung yang sebenernya temen saya siapkan untuk wisudaannya dan juga kebaya, daaaaan perintah (haha) untuk didandanin.

Dan ditahun 2012 saya menemukan banyak sahabat baru di belahan negara lain, yang ngebuat saya gak bosen-bosennya untuk dateng ke negara itu; keluarga Aceh di Jerman. Dimana orang-orang ini membuat saya ngerasa sangat diterima diantara mereka walaupun saya gak sekolah dan tinggal di Jerman, atau walaupun saya belum pernah bertemu dengan beberapa dari mereka secara langsung. Mereka ini yang membuat saya yang dulunya selalu penasaran dengan hal baru ketika baru sampai di Italia, jadi mengerem banyak hal dan ‘kembali ke jalan yang benar’. Haha.

Dan juga tentang perjalanan-perjalanan saya disini yang selalu disponsorin oleh tiket murah, yang nyenengin, ngeselin, cape, seru, dan ngebuat saya jadi lebih banyak kenal orang, budaya lain, dan diri saya sendiri yang ternyata beneran buta arah.

Semua hal itulah yang ngebuat saya cuman bisa senyum bingung setiap ada temen yang nanya, “jadi gimana, seneng gak mau pulang?”

Saya akan sangat super kangen dengan banyak hal.
Mereka-mereka itu, internet cepet yang bisa download film 320-an MB cuman dalam waktu semenit, jalan-jalan murah tapi mahal di Eropa, sampai semua rutinitas mahasiswa saya. Saya yang selalu bangun semaunya kalau gak ada kelas, makan semau saya, mandi juga kadang lupa kadang inget, bersihin kamar kalo mood, dan rutinitas LDRan dengan sahabat-sahabat saya.

Well, 32 days to go.
And two years indeed run like rabbits, while I left my memories here and there.
But there should be an end for every chapter, right?
Then I’ll start a new chapter full with new hopes, new people, new dazzling experience, and new challenges.
And for you, yes you.. Who’s reading this post right now.. I’d like to say thank you very much for the stories, the kindness, the happiness, and everything. You’ve made my two years feel just started yesterday :)

Salju Pertama

Cucina Indonesiana

Harlem Shake!

Ciao Indonesia

Pasukan nyaris lengkap :)

2,5 hari di Bonn

A4, bukan jenis ukuran kertas dan bukan saingan F4

Eurotrip / My Graduation Celebration / Kabur dari pertanyaan “kapan nikah?” -nya tiap lebaran

 

Cantiknya Calabria

Gak cuman Roma, Milan, Venice, atau Florence tempat-tempat cantik di Italia. Kalau kamu mau turun sedikit ke daerah Selatan, banyak sekali tempat yang bener-bener cantik dan wajib kunjung.

Sebenernya saya dari kemarin berusaha re-blog dari situs PPI Italia, tapi entah kenapa re-blognya gagal terus. Haha. Maaf ya..

Ini link salah satu postingan PPI Italia mengenai Calabria:

http://ppiitalia.org/info-kota/calabria/

Enjoy :)

(2) Eurotrip: Milan 1 Hari

Stasiun kereta api Milano Centrale, 4 Agustus 2013
06.30 CEST

Pagi-pagi buta udah ngeliatin orang-orang hilir mudik di stasiun Milan, salah satu stasiun kereta terbesar di Italy. Pertama kali saya masuk stasiun ini, langsung noraknya keluar, karena bagus banget dan mewah. Adek saya, Nikmal, yang saya kirimin foto si stasiun langsung komen, “bagus bener ini sih. Lebih bagus dari bandara pesawat di Indo, Kak.” Hahaha.

Jadi pagi ini saya akan naik kereta api ke Zurich untuk ketemu Niken setelah 2 tahun kita LDR-an dan ketemu Dyah pertama kali. Dan selanjutnya kita bakal eurotrip selama 2 minggu. Yeyy!

Stasiun Milan Centrale

Stasiun Milan Centrale

Stasiun Milan Centrale

Saya berangkat dari Rende tanggal 2 Agustus malem. Buru-buru ngejar kereta seperti biasa sambil ngegendong tas 10 kg dan nenteng bekel sahur dari Edith.

Untuk bisa sampe ke Milan, saya harus naik kereta dari stasiun Castiglione Cosentino ke stasiun Paola, baru dari situ naik kereta 15 jam, saya ulangin lagi LIMA BELAS JAM, ke Milan.

Jadi ini kereta malemnya Italy yang murah. Gak ada tempat tidur tapi tempat duduknya dibagi per-compartemen. Nah saya selalu deg-degan kalau naik kereta ber-compartemen. Bukan karena takut seruangan sama orang jahat, tapi deg-degan kali aja seruangan sama yang ganteng. Hahaha.

Sambil sibuk bilang, “maaf ya..” ke orang-orang di lorong kereta api yang gak sengaja kesenggol backpack saya yang super gede, saya nyari compartemen nomor 63. Pas akhirnya udah ketemu si nomor compartemen dan saya dorong pintunya, saya langung bolak-balik ngeliat orang-orang secompartemen yang isinya 6 orang dan nomor compartemen di depan pintu, karena semua tempat duduk udah keisi.

Saya: Maaf, ini compartemen nomor 63 kan?
Nenek-nenek: Kayaknya bukan deh.. compartemen kamu diujung sana..
Saya nyocokin ulang nomor compartemen yang ada di tiket dan di pintu. Sama kok 63. Tapi biar keliatan sopan didepan sang nenek, saya pura-pura nyari nomor 63 yang lain sebelum akhirnya saya balik ke compartemen saya yang sebenernya.

Saya: Maaf, Nek, kayaknya ini deh compartemen saya..
Nenek: *nengok ke cowok disebelahnya yang mirip Bradley Cooper* Maaf ya Mas, kayaknya kamu salah compartemen, kamu duduk di bangku si Mbak ini soalnya..

Akhirnya saya dapet tempat duduk dan seruangan sama kakek-kakek dan nenek-nenek, dan harus dadahan sama mas Bradley yang kemudian tidur di lorong kereta api.

Compartemen di kereta api dan tas hijau kesayangan saya

Compartemen di kereta api dan tas hijau kesayangan saya

Setelah tidur-bangun selama 15 jam di kereta, akhirnya sampe di Milan jam 14.35. Dan tiba saatnya saya nyari alamat hostel saya disana. Nah, saya kan buta arah ya.. jadinya kegiatan nyari alamat jadi kegiatan yang super horor. Saya ngabisin sejam di stasiun kereta yang gabung sama stasiun Metro untuk nyari dan nanya cara ke alamat si hostel. Setelah akhirnya nanya ke banyak orang, saya naik metro dan turun di entah dimana. Glek.

Saya ngeliat sekeliling, gak ada polisi, yang ada cuman bapak-bapak yang berdiri didepan toko kelontong yang tutup sambil megang novel. Saya akhirnya nanya arah ke dia. Dan ternyata dia dari Prancis dan gak bisa ngomong bahasa Inggris atau Italia. Jadilah kita ngobrol pake gerakan tangan. Hahaha. Si Bapak nunjuk-nunjuk trem yang baru aja berhenti di jalan seberang dengan semangat sambil ngangguk-ngangguk. Saya lari ke trem dan duduk disana, daaan kemudian bingung lagi. Ini saya harus turun dimanaaaa?

Dilema si buta arah.

Saya akhirnya nyolek Mas-mas China disamping saya, karena keliatannya dia bukan turis dan memang tinggal di daerah ini. Untungnya dia memang turun di tempat yang sama dengan saya. Kami pun turun di perempatan dan si Mas China langsung ngeloyor pergi. Saya bingung. Lagi.

Akhirnya sambil sok-sokan baca peta (ohiya, saya punya peta Milan, gak ngerti bacanya aja hahaha) dan muterin si peta sampe 360 derajat, saya ikutin petunjuk jalannya. Ternyata butuh sejam lebih buat nemuin si hostel setelah nanya ke lebih dari 10 orang dibawah sinar matahari yang super gress.

Stasin Milano Porta Garibaldi

Stasin Milano Porta Garibaldi

Stasin Milano Porta Garibaldi

Stasin Milano Porta Garibaldi

Kata Rika, temen saya, orang-orang di hostel pasti ramah karena mereka semua backpacker jadi udah paham lah susah-susahnya kita. Dan ternyata bener. Asal ketemu atau papasan sama orang-orang di hostel, mereka otomomatis bilang “Hai!”.

Saya nyewa kamar mix dengan 7 kasur karena mau ngirit dan lagipula besok paginya saya akan keluar dari hostel jam 6 pagi. Serunya, ini adalah kali pertama saya nginep di hostel. Jadilah saya baca-baca doa semoga kamarnya kosong. Eh beneran dong kosong haha.

Setelah bersih-bersih dan ngecas hape, saya jalan-jalan ke Duomo di Milano (Cathedral of Milan) yang ternyata duomo terbesar di Italy dan nomor 5 diseluruh dunia.

Duomo Milan

Burung-burung didepan Duomo

Sedikit tips buat kamu yang mau jalan-jalan ke daerah duomo itu:

  1. Hati-hati banyak copet berkeliaran
  2. Kalau ada mas-mas yang nawarin remah-remah kue untuk makanan burung (banyak burung disekitar Duomo), jangan mau. Karena walaupun dia bilang gratis, ntar ujung-ujungnya kamu harus bayar.
  3. Begitu juga kalau ada mas-mas nawarin bantuan untuk foto kamu (kamu pasti bisa bedain mana turis yang memang berbaik hati untuk bantu motoin kamu, dan mana mas-mas yang jual jasa),mending bilang gak dengan sopan lalu minta tolong ke turis. Karena seperti biasa, mereka akan minta bayaran.
  4. Nah nanti akan ada banyak mas-mas yang mendadak ngasih gelang ke kamu. Mereka akan bilang, “regalo / gift (hadiah)..” Tapinya bohong lagi. Nanti ujung-ujungnya mereka minta bayaran juga hahaha.

Intinya di Milan harus hati-hati karena walaupun kotanya sangat kota dan berkembang, tapi copet dan gelandangan masih banyak berkeliaran.

Setelah capek keliling Duomo dan pusat perbelanjaan dan mulai laper karena udah jam setengah 8 malem tapi buka puasanya masih 1,5 jam lagi, saya duduk di deket Duomo sambil ngeliatin McD. Kesian. Tiba-tiba ada Mbak-mbak berjilbab nyamperin saya dan nanya, “Assalammualaikum, are you a moslem?”

Ternyata dia mahasiswa Turki yang lagi pertukaran pelajaran selama 3 bulan di Italy. Dia lagi jalan-jalan di Milan bareng temen-temennya, tapi dia males ikut temen-temennya itu belanja, jadilah dia hilir-mudik sendiri.

Setelah ngobrol selama sejam, akhirnya saya pulang ke hostel naik trem. Dan kali ini gak nyasar alhamdulillah. Jam 9 kurang saya buka puasa dengan ganas, minum air langsung seliter karena memang super haus, solat, dan langsung matiin lampu buat tidur.

Untung saya tidurnya sambil pake bergok dan ngumpet dibalik selimut, karena dua jam kemudian ada beberapa orang yang masuk kamar. Temen-temen sekamar saya itu alhamdulillah sopan-sopan, mereka jalannya ngendap-ngendap karena ngeliat ada buntelan orang di kasur pojok. Sekitar jam 1 pagi saya bener-bener udah gak bisa tidur lagi karena kegerahan. Pertama karena tidurnya pake bergok, kedua karena ngumpet dibalik selimut, ketiga karena Cuma ada SATU kipas angin kecil di kamar, dan keempat karena ini lagi summer. Akhirnya jam 3 pagi saya beneran bangun, buat mandi, sahur, dan siap-siap pergi. Saya beresin tas saya dan bawa semua barang-barang ke kamar mandi karena kamar mandinya bagus dan besar, dan tempat teradem se-hostel. Pas saya lagi jingkat-jingkat ke kamar mandi yang letaknya diluar kamar, ada mas-mas Vietnam yang juga menuju kamar mandi. Kita sama-sama berhenti didepan kamar mandi. Dia bingung setengah ngantuk ngeliat saya yang bawa gembolan gede dan nenteng-nenteng sepatu ke kamar mandi. Dan saya bingung ngeliat dia yang ke kamar mandi kok sambil bawa bantal.

Dia: Kamu mau ke kamar mandi?
Saya: Iya, mau mandi. Kamu mau pake kamar mandi juga?
Dia: Iya.. hehe..
Saya: emmm, sambil bawa bantal?
Dia: abisnya gerah banget, jadi saya tadinya mau tidur di kamar mandi.. tadi tidur di lorong deket tangga tapi masih kegerahan.. Tapi yaudah deh kalau kamu mau pake kamar mandinya..

Hahahaha. Kasian.

Setelah mandi, saya saur di taman ditemenin sama penjaga hostel dari Mesir. Kita ngobrol banyak mulai dari masalah politik di Mesir (berat ya topik saurnya) sampe tentang nikah beda agama. Hahaha. Yasudah akhirnya jam setengah 6 pagi saya jalan ke halte bus buat naik bus ke Stasiun Milan dan disana kenalan lagi sama Mas-mas dari Brazil. Kita ngobrol banyak tentang bagaimana dia pengen kerja di bidang yang membantu orang banyak walaupun dia sekarang udah settle di perusahaan FMCG (Fast Moving Consumer Good) di Brazil. Dia seneng ketemu saya karena kita sama-sama dari FMCG dan katanya gw adalah salah satu orang yang setuju dengan ide sosialnya.

Ternyata memang bener ya, kadang walaupun kita pada awalnya ngebayangin untuk ngelakuin solo trip, ujung-ujungnya pasti kita akan punya banyak temen baru.

Okay, kereta ke Zurich udah dateng, 3,5 jam lagi saya akan heboh-hebohan sama Niken dan Dyah di Stasiun Zurich.

Ciao!

(1) Eurotrip: Sebuah Preambul

Rende, 27 Juli 2013.
16:14 CEST.

Sekitar empat tahun yang lalu ketika saya lagi sibuk-sibuknya nyari beasiswa master ke luar negeri, Niken (sahabat saya yang sering saya gosipin di blog ini) bilang dengan sok sweetnya:
“Nya, kemanapun lo nanti kuliah in-sha Allah gw datengin!”
Dan bener aja akhirnya saya keterima di Italia dan Niken akhirnya terpaksa kesini haha.

Sebenernya ada satu sahabat saya lagi yang seharusnya ngelakuin Eurotrip bareng, Maul. Tapi sayangnya dia gagal dapetin visa schengen karena kata kedutaan Italy dan Belanda di Indonesia quota turis Indonesia ke Eropa udah maksimal untuk liburan lebaran ini. Gila ya orang-orang Indonesia, kalo saya jaman dulu liburan lebaran ke ragunan atau ancol aja udah girang, ini pada lebaran di Eropa.

Di bulan Agustus ini saya, Niken, dan Dyah akan ngelakuin Eurotrip selama kurang lebih 13 hari dari tanggal 4 agustus sampai 16 Agustus ke negara-negara ini:

Swiss – Austria – Jerman – Ceko – Italy – Vatican – Spanyol.

Saya akan berangkat dari Rende menuju Milan tanggal 2 Agustus kemudian naik kereta ke Zurich tanggal 4 Agustus pagi. Sedangkan Niken dan Dyah berangkat dari Singapore tanggal 3 Agustus. Kita akan ketemuan di stasiun kereta Zurich di peron nomor 3 jam 10.55.

Serius ya ini, Niken, Dyah, jangan lupa jemput gw disana!

jalanjalan

Jadi kenapa kita pilih negara-negara itu?

Kita ke Swiss karena Niken dan Dyah dapet promo tiket pesawatnya ke Zurich yang dulu sempet buat saya pusing nyari-nyari tiket murahnya. Jadi ya, transportasi apapun dari dan ke Swiss itu selalu mahal. Jaraaaang banget ada yang murah. Makanya dulu saya nyaris nyerah dan mikir buat ketemuan sama mereka di negara lain. Tapi alhamdulillah setelah banyak nanya-nanya dan browsing berbagai transportasi dari Italy kesana, akhirnya saya nemuin tiket murah dari Milan ke Zurich naik kereta swiss (cek di sbb.ch). Lumayan harganya 22 CHF atau sekitar 17,84 Euro buat 3 jam perjalanan. Tapi lucunya untuk rute itu, tiket yang udah dibeli cuman bisa diambil di booth karcis di Zurich atau opsi lainnya ya dikirim ke alamat si pembeli tiket (nambah 8 CHF kalau tinggal di Eropa).

Nah habis dari Zurich, nanti kita akan jalan-jalan dan nginep semalem di Luzern, kota yang kata temen saya cakeup bener. Banyak danau dan ada gunung-gunungnya. Dan juga kata temen saya yang udah pernah kesana, mendingan jalan-jalan di Luzern daripada Zurich karna lebih banyak yang diliat dan harga makanannya lebih manusiawi.

Luzern. Taken from: luzern.com

Habis itu kita akan ke Salzburg (Austria). Ini pilihannya si Niken. Dia pengen ngeliat gunung dan lembah alaala Sounds of Music disana. Dari Zurich ke Salzburg kita akan naik kereta malam yang tipenya couchette car alias ada tempat tidur tingkatnya. Lucu yah. Saya sampe terpana ngeliat foto-fotonya..dan harganya…

Couchette Car-nya kereta Swiss. Taken from: sbb.ch

Dari Salzburg kita akan ke Praha (Ceko) via Frelaissing (Jerman) yang ada diperbatasan Austria dan Jerman karena kebetulan harga tiket kereta tuh lebih murah kalo via Jerman daripada via Austria dan juga karena kita malemnya akan nginep di rumah Kakek Hans yang nemuin kita di couchsurfing.

Nah Praha ini adalah omongan ngasal saya dan Niken sejak 6 tahun yang lalu.
Niken: Eh Nya, nanti kita ngopi-ngopi di Praha yuk.
Saya: Praha dimana ya Ken?
Niken: Di Eropa sana, oneng! Cantik deh, elegan.

Dan in-sha Allah sebentar lagi kita sampe Praha juga. Dahsyat bener ya kekuatan dari ‘omongan asal’.

Praha. Taken from: czechfolks.com

Dari Praha kita ke Venezia / Venice (Italy), Roma, dan Vatican dan disana kita akan nginep di tenda (hahaha!) dan di Bed and Breakfast. Bed and Breakfast yang kita akan inepin ini adalah rumah orang yang kamarnya disewain. Jadi sejenis kosan yang murah meriah.

Habis itu lanjut deh ke Barcelona (Spanyol). Kita akan main-main disana selama 4 hari dan saya akan nyiapin sun cream 50 spf karena Spanyol di bulan Agustus pasti panasnya superrr!

Kita akan dadah-dadahan di Barcelona tanggal 16 Agustus. Niken dan Dyah akan balik lagi ke Zurich dan langsung lanjut terbang ke Singapore, dan saya akan balik lagi ke Rende naik pesawat. Dan karena di tanggal 15 Agustus Italy ngerayain Ferragosto (perayaan agama Katolik, dimana pada tanggal itu roh the Virgin Mary diangkat ke surga) yang ngebuat semua orang liburan, termasuk para supir bus, jadilah kemungkinan besar gak ada shuttle bus dari airport Lamezia Terme ke Rende. Jadi kayaknya saya akan nginep di stasiun kereta nungguin kereta pagi ke Rende untuk tanggal 17 Agustus. Lumayanlah ya ngerayain 17-an di stasiun, kali-kali aja bisa ngibarin bendera disana.

Okey dokey, semoga perjalanan 3 Dara (halah!) yang kemampuan baca petanya sangat diragukan ini bisa lancar jaya. Sampai jumpa di cerita-cerita Eurotrip selanjutnya 😀

G Day on 10.07.13

I allergic to exams, I don’t like studying to get a high grade, I hate making an essay or a thesis. In short, I hate school. But since I was a kid I fell in love with Europe and told my parents that one day I will go to one of the European countries to get my master degree and travelling. Then everything I ever hoped was granted two years ago. I got a ticket to Europe to accomplish my dream. So even though I hated school, I knew I should executed my degree in good, no, in a best way I could.

1,5 years ago.
Have you ever done “the wishing touch”? It happens when you have a wish then you touch that thing while hoping that your wish will be granted.

1,5 years ago I passed one of the biggest auditorium in my university with a friend. There were many people cheering and taking pictures. And some of them wore pretty dresses while holding a big bouquet of flower. It was a graduation day. Suddenly I touched the wall of the auditorium and said to my friend,
“Around 1,5 years from now I will be here doing my graduation..”

May 1st, 2013
At that time I was struggling and almost dying because of the thesis. And on the sunny afternoon, me and a friend just got the information about the defense and graduation schedule. It would be held in July.
Me: It’ll be great doing the graduation in July. Because it can be a birthday gift for my mom..
Friend: Wow! You will give her a really astonishing gift, then. When is your mom’s birthday?
Me: 10th of July.

July 10th, 2013. 13.44 CEST
I was dialing my mom’s phone number. I hold my breath so I wouldn’t cry.
Mom: Nyanya?
Me: Assalammualaikum. Ma, alhamdulillah, I’ve gradua….
Mom: Why are you calling? Isn’t it expensive??
Me: ..ted. Yes it’s expensive and I don’t have enough credit. I just wanna let you know that I..
Mom: How was the graduation?
Me: .. Maaa.. Listen to me, I’ve graduated with a very good grade and this is your birthday..
Mom: Alhamdulillah! Ayah, Nyanya is calling. She said, she has gradua.. Tut!

The call was ended. I hate international call.

That day was my mom’s birthday and I just finished doing my defense and graduation ceremony in the auditorium I’ve touched 1,5 years ago.

This year I gave my master degree as a gift for my mom’s birthday. And I hope I can give a son-in-law for her birthday next year :)

The big auditorium

Taken by Eka Perwitasari

Teruntuk: Ibu Dosen Pembimbing Tesis

Rende, 5 Juni 2013
Kepada YTH Ibu Dosen Pembimbing Tesis
Di Tempat

Halo Ibu,
Saya menuliskan surat ini dalam Bahasa Indonesia karena setahu saya Ibu tidak paham dengan bahasa ini. Karena kalau Ibu mendadak paham surat ini mungkin Ibu akan ngambeg dan gak akan mau email-emailan lagi dengan saya.

Ibu, saya ingat pertama kali saya melamar Ibu sebagai dosen pembimbing saya. Saat itu masih musim dingin dan selepas kelas saya mendatangi Ibu dan mengajukan proposal tesis saya yang Ibu respon dengan muka sumringah.

Bulan demi bulan berlalu. Diawali di bulan Desember ketika saya mengirimkan bab 1 saya dan sampai bulan Februari saya masih saja menerima ajuan revisi dari Ibu. Hati saya waktu itu koyak dan bahkan nafsu makan saya hilang. Sampai akhirnya di awal bulan Maret Ibu mengatakan saya bisa lanjut ke bab 2. Mendadak hari-hari kelam menjadi berwarna dan nafsu makan saya balik lagi seperti semula (ah tidak). Bab 2 dan 3 berjalan lancar hanya dengan satu revisi Ibu meminta saya terus maju ke bab berikutnya.

Yang saya kagum dari Ibu adalah semangat Ibu dalam merespon mahasiswi Ibu yang semangat ingin lulus di Bulan Juli-nya sedikit kelewatan.

Dulu saya sengaja mengirimkan revisi ke Ibu hari Jumat malam karena saya pikir saat itu Ibu pasti sudah mulai menikmati weekend dan akan merespon saya di hari Senin pagi. Dan saya pun akhirnya memiliki beberapa hari bebas tanpa teror tesis. Tapi Ibu ternyata sungguh rajin, email saya langsung di balas setengah jam berikutnya berikut dengan revisi. Saat itu juga saya mengucapkan alhamdulillah karena memiliki dosen yang responsif dan terpaksa harus melambai dengan pasrah ke hari Sabtu dan Minggu yang tidak akan sempat saya nikmati dengan bahagia.

Akhirnya saya merubah metode pengiriman tesis menjadi hari Minggu malam dengan pikiran bahwa ya hari Minggu gitu, dosen kan juga pasti liburan. Tapi ternyata tidak, Ibu dengan segera membalas email saya dan memberi tahu mana saja bagian yang kurang dari tesis saya.
Saat itulah saya paham, Ibu layaknya toko Seven-Eleven yang aktif 24 jam. Dan saya bersyukur telah memilih Ibu sebagai dosen pembimbing saya.

Waktu terus berjalan dan Ibu pun mengamini keinginan saya untuk sidang tanggal 9 Juli depan yang berarti saya harus mengumpulkan tesis paling lambat tanggal 17 Juni ini.

Tapi Ibu dosenku tersayang, mengapa siang ini saya menerima revisi bab 1 lagi yang dilengkapi dengan kalimat ‘the revision for the following chapters will be sent in the short time‘, dan sekarang saya deg-degan gak karuan menanti revisi bab 2 sampai bab 5.

Ibu, dalam hidup kita harus selalu move on. Yang lama biarkan menjadi kenangan. Bab 1 yang sudah saya revisi sampai 4 kali dalam waktu 3 bulan kenapa harus diubah lagi isi dan strukturnya? Kenapa Ibu belum berhasil move on? Saya saja sudah.

Tapi yasudahlah, Ibu tahu yang terbaik.
Saya akan berusaha mengerjakan semua revisinya dengan bismillah.
Semoga pada akhirnya apa yang Ibu dan saya aminkan, yaitu lulus di bulan Juli, bisa tercapai dengan gemilang.

Terima kasih banyak Ibu atas semua bantuan dan email-emailan tengah malamnya.

Mahasiswimu yang selalu banyak maunya,
Isyana