Dua Lima di Dua Satu

Kata Mama dan Ayah, gw lahir ketika azan Isya berkumandang di tanggal 21 Februari 25 tahun yang lalu, karena itulah gw dikasih nama Isyana, yang ‘na’-nya sendiri dalam bahasa Aceh bermakna ‘ada’. Jadi Isyana berarti ‘ada pada waktu Isya’.

Dulu pas gw masih kecil, gw pernah iseng baca-baca notes Ayah, disitu tertulis nama-nama perempuan yang sama sekali gak gw kenal, Nabilla dan Faradilla.
“Yah, mereka siapa?”
“Calon nama Nyanya, tapi karena Nyanya lahirnya pas Isya, yaudah diganti deh namanya.”
Gak kebayang kalo nama gw Nabilla atau Faradilla, kayaknya gak sesuai kepribadian gw yang jauh banget dari kalem dan anggun ini. Hahahaha.

Anyhoo, biasanya gw selalu excited dengan tanggal 21 Februari karena gw selalu menganggap setelah gw melalui tanggal itu gw akan memiliki kebebasan yang lebih. List hal-hal yang ‘legal’ yang bisa gw lakuin bertambah. Tapi ditahun ini, sehari sebelum memasuki tanggal 21 Februari, rasa excited itu sedikit berkurang.

Gw mulai berpikir, sebenernya apa aja yang sudah gw lakukan selama 25 tahun ke belakang.
Apa gw sudah cukup baik menjalani agama?
Apa gw udah membuat bahagia Mama dan Ayah, dan sudah mulai mencicil balas jasa gw ke mereka?
Apa gw sudah menjadi contoh yang baik untuk Nikmal?
Apa gw sudah menjadi sosok yang baik untuk sahabat-sahabat gw?
Apa gw sudah cukup manusiawi sebagai manusia?

Dan sepanjang malam itu gw gak bisa tidur, semua hal dan memori berkelebatan secara random di otak gw. Puncaknya ketika gw akhirnya memutuskan shalat Tahajud kemudian shalat Subuh dan seorang sahabat gw di Jakarta, Ade, mengirimkan ucapan ulang tahun. Gw pun menangis sejadi-jadinya. Mungkin karena hormon atau memang karena gw rindu Indonesia, atau memang perasaan insecure mengenai apakah suatu saat nanti gw bisa berkumpul lagi dengan mereka; Mama, Ayah, Nikmal, dan semua sahabat-sahabat gw. Toh umur hanya Allah yang tahu.

Terlepas dari semua itu, gw sangat bersyukur dengan apapun yang sudah terjadi di hidup gw, semua orang yang sudah menyumbangkan namanya di dalam part hidup gw, dan semua pilihan benar ataupun ‘salah’ yang sudah gw pilih.

Dan di akhir semua kegalauan itu, gw pun akhirnya berjanji untuk terus memperbaiki diri dan menekan egoisme gw sampai batas minimal. Gw juga melist apa-apa saja yang gw harap akan terjadi di tahun ini dan mencoret satu hal dari list tersebut: menikah diumur 25.

Jadi dari jaman dulu gw selalu membully umur 25 ini dengan bualan, “iyaaa, Nyanya ntar nikah diumur 25,” setiap keluarga atau temen-temen gw menanyakan tentang rencana menikah. Dulu gw anggap ketika gw sudah mencapai umur 25 berarti gw sudah 4 tahun bekerja dan berarti sudah cukup mapan untuk membangun keluarga, dan masa’ sih belum punya pasangan?

Ternyata gw sekarang masih sekolah dan masih berjuang untuk mendapatkan gelar. Dan setelah itu gw harus bekerja seenggaknya untuk mengisi tabungan untuk keluarga baru nanti. Baru kemudian gw akan siap untuk memulai chapter besar lainnya dalam hidup gw.
Maaf ya Ma, Yah, punya cucu-nya dipending dulu setahun, in-sha Allah.

Well, I only create my life plan, but at the end Allah is the one who will decide which one I should or shouldn’t do yet.

Bismillah for the upcoming good year, then :)

Happy birthday from Niken

12 thoughts on “Dua Lima di Dua Satu

  1. eh isyana juga nama naggun kalii nyaa, ih lucu ya ternyata,,ga nyangka gw nama lo ternayta dari situ.. eh btw… gw bego lho..selama ini gw nulis anywho slalu kayak gitu…ternyata anyhoo yak? -____- malu deh gw jadinya 😀

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *