“… kayaknya buku Indonesia Mengajar 2 dari lo bakal jadi the gloomiest book I’ve ever read.”
“Hahaha.. liat nantilah pas penempatan.. ya kalo kadang galau ya biasa. Tapi gw semangat banget nih Nyah, sebentar lagi!”
Percakapan yang gak nyambung.
Memang gitu kalau ngobrol sama Mas-mas yang akan melakukan hal yang akan gw baca di buku itu. Dikala gw galau membaca cerita-cerita tentang petualangan teman-temannya, dia super excited dengan pengalaman yang akan dia mulai 3 bulan lagi.
Semua rasa galau, terharu, dan bangga ini sebenarnya sudah muncul dari bertahun-tahun lalu, ketika gw membaca tentang Butet Manurung yang bersedia untuk pergi ke daerah pelosok Indonesia untuk membagi ilmunya kepada anak-anak yang haus ilmu pengetahuan tapi tidak dapat memperoleh pengajaran yang layak. Yang bahkan, mungkin, banyak penduduk yang berdomisili di sekitara daerah tersebut enggan mengajar anak-anak itu karena masalah finansial, masa depan, dan lainnya.
Dan pada akhirnya muncul beberapa gerakan, yang sebut aja salah satunya Indonesia Mengajar, yang ternyata banyak sekali anak muda Indonesia yang mendaftar yang membuktikan bahwa sebenarnya anak-anak Indonesia masih saling peduli dengan satu sama lain.
Yasudahlah gak perlu gw sebut-sebut pemerintah yang entah kemana, yang dengan cerdasnya banyak ngebiarin sekolah nyaris rubuh dimana-mana tapi banyak dari mereka yang sibuk studi banding keluar negri dengan anggaran yang super besar.
Tadi gw iseng blogwalking dan sampai ke beberapa blog para pengajar muda yang menceritakan keseharian mereka dengan siswa-siswa mereka. Dan mulailah rasa terharu dan cengeng itu muncul lagi. Mereka, anak-anak itu belajar dengan semangat dengan kondisi yang pas-pasan dan bahkan sangat terbatas, tapi banyak anak-anak sekolah di kota yang memiliki fasilitas yang sangat menunjang untuk belajar malah gak terlalu excited dengan belajar.
Dua tahun yang lalu, Bunda (tante) gw datang ke rumah dan cerita tentang anaknya.
Bunda: Tia lagi sebel sama temen-temennya di sekolah..
Gw: Kenapa, Bun?
Bunda: Kan temen-temen sekolah Tia kebanyakan anak orang kaya, mereka selalu beli gadget-gadget terbaru dan suka saling pamer di sekolah. Tia kan hapenya gak begitu bagus. Gak mau juga Bunda beliin yang bagus-bagus ntar malah dicopet..
Gw: Terus?
Bunda: Tia dikata-katain sama temen-temennya karna hapenya gak bagus, jadinya dia sebel sama temen-temennya deh sekarang.
Gw: ……………………….
Gak paham apa yang terjadi sama anak-anak sekolah di kota dan orang tuanya.
Dulu pas SD gw masih seneng-senengnya main karet, lompat-lompatan, dan hal-hal kotor (memang kotor sampe seragam gw kuning haha). Intinya waktu itu gw suka bermain dengan temen-temen gw. Tapi sekarang anak-anak ini lebih suka main dengan barang mati yang modern. Tolong jangan bilang, “sekarang kan jamannya beda Nya. Jaman lo sih memang belom modern, hape aja dulu masih segede bata.”
Menurut gw, dengan seorang anak yang dimanjakan dengan teknologi seperti itu akan membuat mereka acuh gak acuh dengan kehidupan sosial mereka yang sebenarnya. Mereka memang terlihat banyak teman, tapi apa iya mereka benar-benar bermain dengan teman-temannya itu dan membangun hubungan sosial yang pantas? Dan juga si teknologi ini akan jadi ajang pembully-an baru bagi anak-anak yang terlihat ‘gak mampu’ memiliki gadget sebagus mereka.
Berbeda sekali ketika gw membaca apa yang terjadi dengan anak-anak yang berada dan bersekolah di pelosok daerah, iya mereka terbatas, tapi mereka gak manja, mereka bersosialisasi, mereka bermain, mereka belajar. Paket lengkap yang menyenangkan.
Gw gak akan menyia-nyiakan rasa gloomy gw ini hanya sebatas postingan ecek-ecek di blog, tapi gw berjanji akan membantu anak-anak sekolah yang bersemangat itu untuk tetap semangat belajar melalui cara apapun. Karena kalau bukan kita, anak-anak Indonesia, yang saling membantu lalu siapa lagi?
Dan teruntuk kalian, guru-guru, calon guru, dan anak-anak sekolah yang selalu bersemangat, saya hanya ingin bilang,
“Saya bangga, dan akan selalu bangga dengan kalian.”
Salam hangat dan sedikit berangin dari Rende, Italia Selatan.
30 Maret 2013.
17.35 CET
Sekarang lebih banyak anak2 yg betah dirumah, sibuk dg gadgetnya, ya ga heran klo byk anak2 yg kelebihan berat badan krn mereka ga bergerak, cuma duduk, main sambil makan keripik ;).
iya banget Mbak.. makanya serem juga ya punya anak di jaman2 sekarang.. serem gimana cara ngebesarinnya, tanpa ngejadiin dia sasaran bully di sekolah tapi bisa jd anak kecil ‘normal’ kyk kita dulu hahaha..
duh anakku di masa depaan..mudah2an emakmu bisa menjadi emak yang baik bisa mendidik kamu dengan normal sesuai jaman tapi tanpa kehilangan penghargaan tertinggi dari peninggalan jaman dulu yaa..Aamiin 😀
eh gw ga tau apa2 lo ttg kehidupan anak sekolah sekrang, mereka belajar apa aja di sd, ga punya sepupu/ ponaan yang di sd
wahahaha peninggalan jaman dulu. Gw ngebayanginnya lo lahir di jaman pra-sejarah tau ai jadinya.. 😀
X_X*•..Hä Ðέêüû♓.•*X_X
Jadi kepikiran.. Anak gw nanti masa sekolahnya seperti apa ya nya…
hayo loh mbak tinaaaa…hati2 mbaak *malah nakut2in* 😀