Memori Hujan

Rende, 27 April 2013.
12.50 CEST

Aku nyaris selalu menyukai hujan, kecuali disaat-saat hujan membuat banjir jalan yang kemudian lanjut membuat macet lalu lintas ibu kota.

Hujan bagiku selalu membawa turun semua kenangan, semua memori secara acak dan tak berunut antara satu sama lain yang kadang membuatku tersenyum kecil atau menghela napas.

Mama pernah bilang dulu, dulu sekali ketika aku berada di rumah duduk bersampingan dengannya sembari menonton kuis ‘Bawa Aku Keluar’, “jangan keseringan menghela napas, nanti keburu tua.”

Aku pun tidak ingat apa yang membuatku menghela napas berkali-kali disamping Mama. Mungkin masalah kerjaan yang menumpuk atau bos, atau seseorang dimasa itu.

Dan sekarang aku disini, beribu kilometer jauhnya dari Mama dan setiap aku secara tak sadar menghela napas berkali-kali dengan muka datar, mendadak selalu terdengar suara Mama yang membuat aku berhenti menghela napas agar aku tidak cepat tua. Alasan yang kurang logis tapi seenggaknya cukup buatku.

Aku tahu, ketika aku menghela napas berulang-ulang aku sedang memaksa membuang jauh-jauh memori buruk. Biar dia menghembus bebas keluar dari otakku dan terbang melayang menjauh dari diriku.

Tapi kali ini ditemani hujan dan lagu Ingrid Michaelson, aku tidak menghela napas. Aku tersenyum untuk entah apapun itu. Mungkin untuk hal baik yang aku harapkan akan terjadi sebentar lagi.

Taken from: s2.favim.com

7 thoughts on “Memori Hujan

  1. hehehhe karena chat sama aku kan kamu senyum *gombaaal ;p

    foto nya, idenya baguuuus :D, oiya katanya pas hujan waktu yang bagus buat doa. kalimat terakhir itu adalah doa 😀 sesuatu yang bagus setelah hujan

    • karna ngobrol sama kamu aku jd seneng, bebih.. *pukul2 manja*

      iyaaa, aku suka hujan karna doa kita lebih mudah dikabulin pas saat itu, ai 😀

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *