It's raining outside..

Rende, 28th October 2012; 14.38 CET

It’s raining outside and I can see thin fog there, outside my window.
But unfortunately, I also feel so chilly inside and rain above my head now while I’m sitting in my room writing on my computer.

Have you ever felt someone slapped you right on your face with stone? A big one?

I just had it 20 minutes ago.

My skin isn’t bruised, but my tears are trying to push themselves to come down to my cheek.
I’m wondering why.

Maybe, what I should do to prevent myself from another strange hurt feeling is I should get going.
Not just with words, but I will really pack myself and go away.

I’m looking out my window again, the fog is still there..  and here, in my brain.

Rende, 29 October 2012; 04.14 CET

The raining has stopped and also in my room.
I feel warmth and I can see clearly now, the fog is disappear somehow.

Well, I’m still bringing my luggage but I stop here, not going anywhere or unpack it.
I just let it packed until the time is coming.

But I feel so grateful.
You know, I feel so bad I almost forgot when the rain is coming it is one of the best times I can make a prayer to Allah and there’s nothing I can be  scared about.

And some people say, “when the rain stopped, you can see rainbow.”

So now here I am, just wiped my face after talking with Allah and waiting for the rainbow to come.

Selamat Datang di Italia! (Bagian 1)

Udah setaun gw merantau di negara nun jauh disini, jauh dari Indonesia maksudnya dan jauh dari makanan Indonesia, di Italia.

Yang mungkin udah sering kalian denger, Italia selalu dibilang sebagai negara bola, negara yang cowo-cowonya super ganteng, makanannya enak-enak, dan punya bahasa yang super romantis.
Dan selama gw disini, gw bisa bilang semua itu betul.

Kalau masalah bola pastilah ya siapa yang gak kenal Juventus atau AC Milan dan masih ada lebih dari 50 tim lainnya. Dan gw gak bisa banyak komen apa-apa lebih jauh dari ini karena gw adalah penggemar bola musiman. Contohnya pas kemarin ada Piala Eropa, gw jadi penggemar tim Italia dadakan, yang ikut teriak-teriak ngebelain Balotelli, Buffon, dan abang-abang Italia lainnya pas kita lagi nonton bareng di lapangan komplek apartemen kampus (Centro Residenziale). Dan pas waktu itu semua pembela Italia dari berbagai negara berusaha bawa perlengkapan mereka yang ada Italia-Italianya, kayak bendera kecil, tato bendera Italia yang dipasang di pipi, dan kopi.

Dulu pas pertandingan Italia lawan Spanyol, kita bisa ngeliat jelas mana pembela Spanyol dan Italia. Pembela Italia lebih kalem, supportif, dan ketika ada pausa (waktu istirahat) mereka langsung kabur ke bar untuk ngopi. Sedangkan pembela Spanyol (dari pengalaman gw kemaren nobar ya), lebih agresif secara sikap dan pakaian. Wah panas deh ngeliat cewek-cewek Spanyol itu. Hahaha. Dan mereka rata-rata ngebawa botol minuman beralkohol segede botol sirup.
Setelah pertandingan yang akhirnya Italia kalah dan gw ngerasa sedih, para supporter Italia ini hanya teriak kompak “Yaaaah..” dengan tampang sedih atau yang paling kasar mereka hanya berteriak sedikit emosi, “che cazzo!” (“shit!”), tapi kemudian mereka pulang ke rumah mereka masing-masing dengan tenang.
Kalau para supporter Spanyol, mereka langsung ngeledakin petasan yang suaranya kayak bom dan langsung nyeburin diri ke kolam kecil didepan Centro Residenziale, berendem disana entah buat apaan.
Ya, emang beda-beda ya reaksi kebahagiaan atau apapun itu. Ketika Italia waktu itu menang ngelawan Jerman, para supporternya hanya ngibarin bendera Italia, loncat-locat, dan pelukan. Sudah. Hahaha..

 

Kedua, Italia adalah negara yang cowo-cowonya super ganteng. Bener banget. Dan lucunya, yang gw liat di Selatan ya, tingkat kegantengan dan kegagahan cowo akan meningkat seiring dengan semakin anehnya kerjaan mereka. Kayak misalkan tukang cat apartemen gw, beuh gantengnya subhanallah. Atau tukang gali got buat benerin kabel listrik, beuuuhhh! Temen-temen gw dan gw pastinya pas ngeliat dia jongkok-jongkok di got langsung serempak noleh dan bisik-bisik centil. Hahaha.

Nah tapinya, yang gw dan temen-temen gw perhatiin lagi, tinggi badan cowo-cowo ini semakin menyusut semakin ke Selatan. Mungkin karena orang-orang di Italia bagian utara gennya masih nyampur sama ras Eropa yang besar-besar, sedangkan di Selatan gen mereka banyak nyampur sama imigran dari Turki, Tunisia, dan negara Arab lainnya.
Nah tapi bagi gw dan satu temen gw disini, kita sependapat klo muka cowo-cowo bagian Selatan ini yang udah nyampur antara Eropa dan Arab lebih menarik daripada bagian Utara yang kebanyakan sangat bule.

Untuk urusan makanan enak, pastinya udah banyak yang tau lah ya. Malah pasta, lasagna, dan pizza udah jadi kegemaran banyak orang-orang didunia.

Yang terakhir, bahasanya romantis.
Nah, pas awal-awal gw disini, gw bener-bener bingung sama orang-orang yang bilang Italia bahasanya romantis. Romantis dari mana? Ngomong aja bentak-bentakan.

Jadi orang-orang disini punya kecenderungan untuk bicara dengan nada tinggi yang jadi kesannya kayak ngebentak-bentak terus walaupun sebenrnya gak, dan banyak banget gerakan tangannya. Awalnya gw ngerasa, “kenapa gw dibentak-bentak terus?? Apa salah gw???”
Tapi akhirnya gw ngeh, itulah cara mereka ngobrol. Dan lucunya, kadang ketika ada mahasiswa debat sama dosennya, si mahasiswa sampe berdiri saking emosi dan semangatnya. Bentak-bentakan tuh mereka. Tapi ujung-ujungnya biasa aja, gak ada adegan drama si dosen ngusir mahasiswa dari kelasnya.

Tapi pas gw punya semakin banyak temen dari Italia dan negara lainnya (yang mau gak mau kepengaruh budaya Italia), gw akhirnya bisa liat sisi romantis mereka.
Dari sisi bahasa misalkan, mereka suka banget nulis TVB atau Ti Voglio Bene di akhir chat atau SMS atau yang langsung diomongin ke gw pas kita pisah dari kelas.

Jadi ‘ti voglio bene’ artinya I love you tapi biasanya kita ngomong ini ke keluarga, sahabat, atau pacar baru. Hahaha. Kata temen gw yang udah cukup lama disini, orang Italia gak murahan ngumbar kalimat ‘ti amo’ (I love you). Jadi once they sure about the feeling, then they will say that ‘TA’ sentence.

Romantisnya dari ‘ti voglio bene’ ini adalah walaupun artinya I love you, tapi kalo diliat secara perkata, artinya adalah ‘ I want you so well.” Co cwit yaaa.. hahaha..

Nah kalimat lain so sweet lainnya adalah “Mi manchi” atau I miss you. Karena sebenernya klo diartiin berdasarkan grammar umum, artinya adalah “you make me miss you.” Ahay!

Selain dari segi bahasa, kelakuan mereka sebenernya juga sangat romantis, bahkan ke sahabat-sahabat mereka.
Temen-temen Italia gw selalu nulis ‘baci’ (kiss) atau ‘grande abbraccio’ (big hug) di akhir kita sms-an atau chat atau message. Dan kalau ketemu langsung, pasti kita saling mencium pipi (kalau gw untuk cewek-ceweknya). Untuk cowonya, mereka cenderung bilang ‘abbraccio’ aja dan kalau ketemu ya minimal nguwel-nguwel kepala dengan sayang.

Begitulah sekilas tentang Italia. Mungkin kapan-kapan gw share lagi hal-hal unik tentang Italia, terutama bagian Selatannya.

Buon fine settimana!

What songs you tend to repeat over and over again?

What songs you tend to repeat over and over again currently?

And these are my list:

1. Tulus – Sewindu

He’s a singer from Indonesia and has such a really good voice. And just now my room mate was screaming again, “Oh no, this song again!” And then she was singing along with this song ahahaha.. I found the song around 5 days ago after wandering around on youtube. When I heard his voice it’s like, “Whoa! What a lovely voice and sad song..” Yes, it tells about a man who already liked a woman for 8 years but suddenly the woman falls with another man. No, it’s not my story. But what so funny about this song is my room mate and her reaction toward this song because I repeat the song more than 20 times a day.

1st day: “Nyanya, who sing the song? It’s so sad, come on play another song.”

2nd day: “Oh gosh! Could you stop playing that song???”

3rd day: “8 years waiting for the same person? it’s so pity. Within 8 years you can graduate from master degree, Phd, and do your job for 2 years!”

4rd day: “Don’t be like that song ya, Nya.. I know you can find other men..” And I just looked her and said, “Come on Mia, I’m not that stupid.”

5th day: She starts singing the song. Hahaha!

2. Katherine McPhee ft. Zachary Levi – Terrified

I knew this song almost a year a go when I was struggling to move on from someone. I listen to this song again now because I just realized this song has a really good lyrics and a handsome actor. Hahaha.

Yesterday I asked ASFERadio’s broadcaster (my favorite online radio) to play this song. And he said, “Are you okay? What are you terrified of?”
When I heard another broadcaster at night played this song I said, “Wow, I shouldn’t ask you to play this song but you already played it! Thanks!” And he replied, “there’s a formal letter from this radio management that this song becomes the compulsory song in every program. Besides Laura Pausini’s songs of course.” Yey!

3. Maher Zein – Number One for Me

About Mother. No need other explanations. Or I will cry again like a baby.

4. Mindy Gledhill – All About Your Heart


Seriously this song has magic on the lyric and the voice of the singer. And probably, maybe, perhaps, it represents a lil bit of my story now.

These are 4 videos I tend to repeat over and over again. And sometimes I do like the song not because I face the same problem with the song. Mostly it just because the lyric, the melody, or the the voice of the singer.

So guys, please don’t judge a person by their song list.

Mengirim Rindu

Kumpulan rindu itu tiba dan membuncah di siang ini ketika aku duduk mengumpulkan tenaga kembali setelah berjalan jauh di kampus.

Rindu itu muncul satu persatu dimulai di pagi hari ini ketika aku melihat seorang bayi dalam rengkuhan seorang Ibu, dan seketika itu aku mengirimkan rindu kesana, ke Belanda untuk Isabella, bayi yang pernah aku asuh selama 2,5 bulan, yang selalu membuatku lupa kalau dia adalah bayi bukan boneka, yang selalu membuatku tertawa bahagia, atau tersenyum simpul penuh lega ketika melihatnya tertidur dipelukanku.

Rindu selanjutnya kutemukan di Bank ketika aku membayar uang administrasi kampus di bank. Sosok besar bapak-bapak teller bank dengan bentuk dagu cameh mengingatkanku dengan seorang sahabat yang juga bertindak sebagai abang tersayang, Rifky, yang masih saja berada di Indonesia dan akan kembali di akhir bulan ini.

Dan sepanjang jalan dari bank menuju taman di komplek apartemen kampus, semua rindu itu pun tumpah dan berceceran. Kepada Mama, Ayah, Nikmal yang mungkin sekarang sedang bersama-sama menuju rumah setelah lelah beraktivitas. Kepada beberapa teman yang telah lama naik pangkat tidak hanya menjadi sahabat, tapi juga keluarga. Dan kepada beberapa orang lainnya yang membuatku banyak tersenyum selama ini.

Siang ini, di taman kampus, aku mengirimkan rindu-rinduku beserta sepenggal doa kepada kalian yang berada di 4 negara berbeda. Semoga kalian dapat merasakannya.

Nyanya.

Quarter-life Crisis

One morning Niken (my best friend) texted me: Nya, do you think we ‘already’ 24 or we ‘just’ 24?

Then I re- read her text, thinking, because those words implied big different meaning.

When I think I just 24, I can say that I have my freedom as a teenager. Hahaha. I can play a lot, I don’t want to think about working or all my responsibilities, and no need to think about my future. I just live my life as it is.

But somehow, there’re times when I say that I already 24. I know I have responsibilities as a daughter, sister, best friend, student, and as a good woman.
Thinking about those things sometimes makes me have a big power, I’m an adult, I have my own life.

But most of the times, I freak out.
So many things to think about, to do, to accomplish.
What if I failed?
What if I couldn’t make my parents proud of me?
What if I couldn’t find a good job after graduation?
What if my best friends hated me? (oh this thing is totally impossible, I know they love me. Haha!)

See! Now I’m freaking out!

Today I talked with ummm.. just call her Rose, she was confused about her relationship.
She said that sometimes whether you will get married with your partner or not is not determined by the number of years of the relationship.
And sometimes the feeling can fade away, feeling has an expiration date if it’s not maintained by both of them. Or if it’s maintained very well, there’s still a chance that the uncertainty will come. Either about the person, job, place to stay after they settle down, or maybe because of a new person who’s better than their partner.

“I don’t know, really, maybe I’m just confused, maybe I’m scared, maybe I’m not ready to get married yet, or maybe I just need to think about this. About my future with him. Oh gosh I need sleep!”

Hahahaha!

But, for sure, my biggest quarter-life crisis is about my education. Can I pass those exams? Can I graduate soon? Can I make my parents proud of me?

This time I think I ‘already’ 24 and I don’t know what will happen next in my life.
But I believe, inshaAllah, I, Niken, and Rose can pass our quarter-life crisis smoothly.
And I do think that we need to have a-freak-out moment in our life, so we can learn how to calm down.
By the way, life without crisis and freaking out will be bored, doesn’t it?

Don't be so envy..

Almost all my friends who just heard about where I am, would respond like this: Isyana, I’m so envy! You’re now in Europe!.

Yes I am, and now I’m struggling with some kind of skin allergic because of the weather change, summer to autumn.

Anyway, what I want to tell you is, my condition as student in abroad is not that special, so you don’t need to envy. Seriously.

For example, the weather change effects for my health condition. This is the 2nd time I experience nose bleeding and skin-itchy because (maybe) my body system is (still) shocked with the temperature change. The bleeding is not that serious, by the way, please don’t imagine I need a roll of tissue to cover the nostrils.
Ohya I will have the super dry skin or lips in winter which make me should put body cream or lip balm regularly or the skin and the skin will be wounded and bleed.

Or the extreme temperature in summer. I live in Rende, South Italy, so the temperature was soooooo high in summer. The sun was shining so bright and we couldn’t feel wind. I couldn’t sleep at night because the heat and I don’t have AC, and some of my friends got heatstroke.

Ohya, almost forgot to mention the fasting time. This year I did my Ramadan in Holland, and the longest fasting time I’ve done was 18, 45 hours and the shortest was 15 hours! Hahahaha.

Not to mention the language-shock when I just woke up, when I’m hungry, or too tired to speak but there’s someone who wants to speak with me in English or Italian. I will not respond immediately, all I can do is just blinking and thinking, processing the question to Bahasa Indonesia, processing the answer in Bahasa Indonesia and translating it to English or Italian. And the worst part is, the person should repeat my answer because he/she doesn’t understand. Hahaha.

Ohya, and the price. You know the Euro’s rate is still so high compare to Rupiah, so it makes the number so small. So whenever I want to buy something I will convert the amount of money to Rupiah. Because, you know, the first time I saw for example the food is 7 euro, my first impression was, “oh gosh it’s so cheap! In Indonesia this food will cost around Rp100.000!” Can you see the different of the number, right? And if I lost control, I would buy the food and other things which are ‘cheap’.

So friends, please don’t be so envy, I do miss my skin when I was in Indonesia, the food, and the prices and its ‘real’ number.
Yes, I’m in Europe now and maybe you’re in Indonesia, but there’re a lot of things you can be proud of and make me envy.

Bandara punya Cerita

Bandara selalu punya cerita tersendiri buat gw. Entah cerita dimana gw harus lari-lari di airport karena nyaris telat check-in sampai gw yang sok-sokan bergaya eksmud biar terkesan lebih elegan dan terlihat lebih ‘serius’ sehingga setara dengan eksmud lainnya ketika lagi menunggu boarding di lounge salah satu maskapai terbaik di Indonesia.

Dulu ketika gw masih kecil, gw selalu melihat bandara dengan tatapan Wow! Gw selalu mengganggapnya sama dengan pintu ajaib doraemon. Once you get there you’ll find another amazing place after that. Dan setelahnya gw selalu melambaikan tangan dengan semangat ke arah pesawat, mengirimkan ‘mimpi’ untuk pergi ke tempat penumpang-penumpang pesawat tersebut menuju.

Ketika gw akhirnya kerja di perusahaan biskuit, gw ditempatkan di divisi marketing yang ngebuat gw beberapa kali harus terbang ke beberapa kota di Indonesia. Senangnya bukan main ketika akhirnya Mbak Bos mengajak gw pergi ke Medan untuk monitor event. Akhirnya naik pesawat lagi! Dan setelah itu, gw cukup sering pergi keluar kota sendirian, dan rasanya… kayak orang penting. Pagi-pagi sampai bandara sambil gerek koper kecil dan kemudian duduk di ruang tunggu bareng orang-orang berblazer. Dan ketika gw melihat pakaian gw yang biasanya cuman kaos dan jeans, dan yasudahlah dari segi pakaian gw udah kalah, tinggal gaya aja sok eksmud biar disangka orang penting, bukan anak kecil nyasar di bandara.

Bandara juga pernah jadi tempat gw nangis kejer, sebenarnya kejadiannya di bus bandara ketika menuju bandara. Dan itu bukan terjadi di hari perpisahan gw dan Jakarta ketika gw akan berangkat ke Italy, tapi terjadi tanggal 18 February 2011, ketika sahabat gw, Niken, pindah kerja ke Singapore.

Hari itu, gw ‘berusaha’ sekuat dan secerdas mungkin agar bisa keluar dari kantor jam 15.30 sore dan langsung segera menuju bus bandara di Bekasi, karena Niken akan terbang di pukul 19.00. Gw sadar sesadar-sadarnya kalau hari jumat adalah hari paling macet se-Jakarta dan Bekasi. Dan benar aja, stuck! Sekitar pukul lima sore Niken dan gw mulai panik di BBM (Blackberry Messenger), “Nya, lo dimana? gw udah nyampe bandara..”

“Iya Ken, dikit lagi.. kayaknya.. gw ga tau ini udah dimana..” balas gw.

Akhirnya di jam enam sore Niken bilang, “Nya, gw harus check in..” dan gw menghela napas, antara sedih dan kesal. Bukan kesal dengan Niken, tapi kesal dengan kondisi lalu lintas Jakarta yang menghalangi gw untuk dadah-dadahan dengan sahabat gw yang sudah selama 5 taun terakhir ini selalu bareng gw.

Jadilah Niken langsung nelpon gw, yang entah kenapa pas gw angkat teleponnya gw langsung nangis, “Ken.. harus masuk sekarang ya?”

“Nyanya, jangan nangis.. aku sedih jadinya.. iya harus masuk, kan harus check in. Lo masih jauh ya?”

“Udah keliatan sih gerbang bandaranya tapi didepannya stuck lagi..” jawab gw sambil berusaha ngapus air mata dan air hidung (hahaha) diiringi backsound uni-uni disamping gw yang daritadi sibuk teleponan dengan pacarnya dengan pake bahasa Padang manja.

Setelah Niken ngebujug-bujug gw untuk berhenti nangis, yang klo gw pikir-pikir sekarang kok ya gw bisa-bisanya nangis kejer gitu pisah sama dia buat ke Singapore doang ya, gw tutup teleponnya dan masih lanjut nangis sesenggukan di bus.

Ibu-ibu yang duduk di bangku seberang nyolek bahu gw, “Aduh, sabar ya Dek, pesawatnya udah berangkat ya?” Gw ngangguk sambil (tetap) sesenggukan.
Ibu: Ditinggal pacarnya ya?
Gw: Bukan, sahabat, Bu..
Ibu: Oh, cowok ya?
Gw: Cewek, Bu..
Ibu: (mulai ngeliat gw dengan tatapan aneh) Jauh banget ya perginya?
Gw: Ke Singapore..
Ibu: (terdiam dan mengerjap beberapa kali ke gw) Dek, tenang aja, Singapore kan deket, tiketnya juga banyak yang murah..
Gw: Iya sih Bu. Bulan depan saya juga kesana.
Dan akhirnya Ibunya cuman bisa mempukpuk gw tanpa ngomong apa-apa lagi.

Cerita lainnya gw di bandara adalah perpisahan keluarga dan sahabat ketika gw akhirnya berangkat ke Italy. Semua berlangsung lancar, tanpa air mata karena sudah gw tahan abis-abisan selama di mobil, lagipula mana bisa gw mendadak nangis kalau ngeliat kelakuan Rifky, sahabat gw yang juga berangkat ke Italy bareng yang panik karena kelebihan bagasi seberat 23 kg. Tapi begitu akhirnya tiba saat harus check in dan memeluk Mama, tumpahlah tangis itu. Tapi cuman 5 menit kayaknya karena Rifky masih ngiter-ngiter dibelakang gw bingung sama kelebihan bebannya. Hahaha.

Cerita bandara di Eropa buat gw lebih banyak dikuasai oleh rasa excited menuju negara baru, tempat baru, dan deg-degan karena gw selalu naik R*anAir, maskapai murah di Eropa yang pilotnya mungkin mantan metromini Jakarta yang hobinya nabrak awan sehingga ngebuat pesawat oleng ke kanan dan kiri.

Dan inilah cerita gw di bandara Eindhoven tanggal 20 September kemarin ketika gw akan kembali ke Italy setelah ‘lulus’ sebagai au pair di Belanda selama 2,5 bulan kebelakang. Sebelum gw berangkat ke Bandara, gw ngerasa ga enak badan, sehingga gw minum parasetamol dari keluarga au pair gw dan ajaibnya setelah itu gw ngerasa lebih ‘enteng’. Tapi sejam kemudian kelopak mata gw bengkak, tapi ketika gw di kereta menuju bandara gw ngerasa bengkaknya sudah reda. Jadilah ketika di bandara gw mulai pede lagi keliling-keliling bandara dengan muka sumringah. Ketika gw ngantri toilet, gak sengaja gw ngeliat mbak-mbak berjilbab dengan muka besar dan mata sipit. Kita berpandang-pandangan selama beberapa detik. Sampai akhirnya gw sadar, “itu gw??? Kenapa muka gw???” Ternyata efek parasetamolnya ngebuat mata, pipi, dan hidung, dan dagu gw bengkak. Yasudahlah, untung gw gak ketemu siapapun yang kenal sama gw, karena mungkin mereka akan ketawa, bukannya kasian.

Setiap bandara punya masing-masing cerita bagi gw, entah sedih, senang, sok keren, deg-degan, ataupun ngos-ngosan. Dan gw sangat tidak sabar menunggu cerita bandara di tahun depan, ketika (insya Allah) Niken dan Maul mengunjungi gw ke Italy, dan pastinya cerita di bandara Soekarno-Hatta ketika pada akhirnya gw kembali ke Indonesia.

Sweet Summer Escape

Back to August 2012, I did sweet summer escape with my au pair family to France for 2,5 weeks. Why we should did that? Simply because there was no summer for Holland. We experienced wind and a lot of rain during summer, and I should always brought my jacket everywhere so I didn’t feel cold.

First Destination: Ogny

Located in central of France, 7 hours (not good) driving (because of the screaming kids) from Blaricum. It’s a really small village. You just need 15 minutes of walking to see the entire village. The people there? Ah, most of them are grandpas and grandmas. Hahaha. I didn’t see teens or someone with the same age with me when I was there. But because of the small village, as you expected, they know and always help each other.

The entrance road surrounded by bushes and trees. The houses look old and medieval made by grey stone (I don’t know how to call it), but in the inside they have modern equipment.

In there we shouldn’t scare of bad people. They said, “no thieves here.. we know each other.. so It’s safe..” Ohya, if you visit Ogny for vacation, for example if you like a really peaceful environment, you still can go to the town near Ogny just 10 minutes driving.

Second Destination: Bourgogne

Another small and mideval village! Just 2 hours driving from Ogny. We lived in the house that my au pair parents rented from British. The house is beautiful! Mostly made by wood, looks so old from outside but modern inside. And also so comfy. The house is sorrounded by forest and farming fields. We could see cows and also deer from the house. The nearest village? 15 minutes from the house. Hahaha.

We went to lake the Laives, and it was so crowded. Seemed like everyone wanted to swim because of the heat (it was around 25 – 27 degrees). And no need to go to nude beach if you want to see topless women (Women: from teenage to elder), they laid around the lake for reading or taking a nap.

Third destination: Bargemon

My first impression when we got there was: “Gosh, is it Italy??”

The city (or village again, I think) is near to Italy so the design of the house and the little street have some similarities with Italy. The houses are colorfull and located on a hill. It was super HOT! (the temperature, I mean). It reached 33 degrees when we were there. But the good thing was, we have a private swimming pool. Actually almost the houses there have their own pools. Don’t expected for rain there, even for the wind was really rare there. Sigh.

3 villages for summer escape? Yes, it was so exhausting but also fun! I think I’d like to try with my family and best friends someday.

21 September 2011

Ini adalah kisah gw dan beberapa mahasiswa Indonesia yang pertama kalinya (dan pada akhirnya) menjejakkan kaki di Italy pada tanggal 21 September 2011.

Kami, mahasiswa baru Universitas della Calabria (Unical) pada awanya cuma kenal via grup FB dan pada akhirnya kita janjian untuk berangkat bareng ke Italy untuk memudahkan agar tidak nyasar dan memudahkan yang wanita untuk minta tolong angkat koper ke kereta kepada para pria hahaha.

Pesawat kami transit di Doha setelah entahlah berapa belas jam perjalanan yang diisi dengan gw yang ga bisa tidur sama sekali dan Rifky (sahabat gw) yang selalu ketiduran kecuali pas Mbak-mbak pramugari dateng nawarin makanan. Rifky ini ya, setengah jam duduk di pesawat langsung ketiduran, tiba-tiba dia bangun dan ngotak-ngatik mini LCD di kursi pesawat, “gw bosen tidur, nonton aaah..” Tapi semenit kemudian dia ketiduran lagi. Dan pernah juga dia tiba-tiba bangun kayak kaget dan langsung ngambil Ipad-nya, “yaudah, mau main games, Nya, gw kali ini..” tapi semenit kemudian dia ketiduran lagi sambil megang Ipad. Zzzzz.

Kebetulan saat itu gw dan Rifky belum kenalan secara langsung dengan anak-anak Indo lainnya dan kita cuman kasak-kusuk mengomentari first impression kita ke temen-temen yang lain ketika secara ga sengaja ngeliat mereka melintas di bandara Soekarno-Hatta, “kayaknya yang itu tajir Ki, masa’ dianterin keluarganya sampe bener-bener di dalem bandara.” “Wah kalo yang itu kayaknya bawel bener, Nya..” “Wah kalo yang itu kayaknya tukang tidur..” Silahkan ya bagi yang ngerasa, temen-temen hehe. Dan baru pas di bandara Doha-lah kita semua bener-bener kenalan dengan muka ngantuk.

Kita sampai di bandara Fiumicino Rome sekitar pukul 06.30 pagi dan langsung, “wowwww Roma! wowww, ngantuk dan laper.” Dan jangan salah, perjalanan kita masih sangat panjang untuk mencapai kampus. Kita butuh naik kereta lagi dari stasiun Roma Termini ke Paola sekitar 5-6 jam kemudian lanjut lagi dari Paola ke stasiun CastiglioneCosentino selama sekitar 15 menit. Nasib banget emang sekolah di ujung Italy.

Sebelum lanjut naik kereta, kita silaturahmi dulu ke KBRI Rome untuk mengenalkan diri dan registrasi. Penting banget agar pihak KBRI ngeh ada tambahan mahasiswa Indonesia disana, jadi kita masih terus ada dalam pantauan dan tanggung jawab’ pemerintah Indonesia.

Akhirnya kita sampai di Roma Termini untuk naik kereta ke Rende. Dan kalau kalian kesana, harus waspada ya, karena banyak copet dan muka-muka mencurigakan, mulai dari orang negro sampe bule. Kita sempet didatengin sama Bapak-bapak yang menawarkan jasa angkat tas tapi dari cara dia nawarin jasanya bener-bener mencurigakan, lagipula kita punya 5 cowo gagah yang bisa angkat koper. Hahaha.

Akhirnya kita sampai Rende sekitar pukul 17.30 dan langsung dijemput sama tim kampus. Setibanya di kampus, kita dikasih tau nomor apartemen dan kamar. Gw dapet apartemen di blok 14. Dan bareng salah satu mahasiswa Italy yang tadi termasuk tim penjemputan, kita menuju si rumah. Gw udah pingin banget mandi, minum, makan. Pakaian udah lecek, muka udah kucel, jilbab udah miring entah kemana, dan pingin rebahan. Begitu sampai di apartemen yang berbentuk rumah itu, gw deg-degan, takut para mahasiswa lamanya ga menerima gw atau jutek-jutek, atau skenario terburuknya gw diusir. Dan semuanya jadi kenyataan.

Pas si mahasiswa Italy ngetok pintu, ada Mbak-mbak bule yang duduk di meja makan. Mereka ngobrol pake bahasa Italy dan ekspresi si Mbak berubah jadi tampang ga setuju. Dia ngomong cepet dengan suara kesel sambil nunjuk-nunjuk ke gw. Walaupun gw ga paham bahasa Italy, gw tau dia ga mau gw ada disitu. Si Mas Italy tetep keukeuh bilang kalau inilah rumah gw. Dan si Mbak jawab. “disini udah penuh penghuninya! Lagian dia ga bisa bahasa Italy. Dan kita ga bisa bahasa Inggris, kita mau komunikasi kayak gimana?”

Mas Italy makin kesel dengan si Mbak karena kampus pasti udah memperhitungkan jumlah maksimum penghuni apartemen dan pasti tau siapa aja yang ada disana. Ga mungkin kampus nempatin gw di tempat yang emang ga bisa ditempatin, “pokoknya dia tinggal disini!” Si Mas nengok ke arah gw yang dari tadi cuma mematung karena capek fisik dan capek hati (ceilah) karena ngerasa ga diharapkan sama orang yang seharusnya jadi temen serumah gw, “yuk kita liat kamar kamu..”

Akhirnya gw taruh barang-barang disana dan ketika keluar kamar, si Mbak nengok ke arah gw dengan muka desperado, “kamu harus bilang ke pihak kampus untuk segera pindah dari sini.”

“Tenang aja, saya juga ga mau tinggal disini,” jawab gw dalam bahasa Inggris yang ngebuat si Mbak bengong dan ga ngomong apa-apa lagi karena dia SAMA SEKALI ga bisa bahasa Inggris. Kasian banget sih lo, Mbak, jaman sekarang ga bisa bahasa Inggris.

Gw keluar dari rumah dan menuju parkiran untuk ketemu temen-temen Indonesia dan langsunglah gw curhat sama mereka, gw ga mau tinggal disana, gw mau nginep di salah satu kamar mereka. Salah satu anak Indo, Mia, nyeletuk, “kamu tinggal bareng aku aja.. aku tinggalnya bukan kayak rumah tapi perkamar, dan kayaknya aku belum ada temen sekamar.”

Alahmdulillah! Langsulah gw minta tolong Rifky buat ngembil barang-barang gw di rumah si Nenek Sihir (haha!) untuk dibawa ke kamar Mia. Untuk urusan formal pindah-pindahannya akan gw urus esok harinya.

Ngerasa udah bebas dari Nenek Sihir, gw langsung siap-siap buat makan bareng mahasiswa Indonesia yang lebih senior diluar kampus, karena kartu mensa (kantin) baru aktif besoknya. Ketika kita turun bukit dari kamar Mia (komplek apartemen kita berbukit-bukit), kita papasan dengan dua mahasiswa China dan mereka kebetulan nanya nomor kamar ke kita, “excuse me, do you know where is blocco 11?”

“Oh yes, I live there.. just go up there.. by the way, in which room do you live?” tanya Mia.

“Room number 16..” jawab salah satu mahasiswi China itu,

Mia: well, it’s my room..

Mahasiswi China: Really? So you’re my room mate. I slept with my friend since 2 days ago because I don’t like to sleep alone

Dan gw pun cuman bisa menelen ludah panik.

Akhirnya setelah bernegoisasi dan membuat berbagai macam rencana untuk ga serumah sama Nenek Sihir, jadilah pada hari itu gw nginep di kamar Mia dan Laura (mahasiswi China). Dan secara gw sadari, perjuangan gw untuk mendapatkan kamar dan temen serumah yang ‘bener’ akan sangat panjang.

Malem itu gw tidur di atas sajadah dan selimut yang gw tumpuk-tumpuk karena kasur di kamar sangat kecil untuk berdua sambil berdoa semoga semuanya akan segera berubah menjadi lebih baik di Italy ini.

Love Stories I Know

Mom and Dad

They met when my Mom was around 19 years old in the wedding of their friends. My mom helped her friend there to be the ‘receptionist’ of the wedding party (in Indonesia, we have some friends to welcome the guests, and after the guests write their names on the book and take the little gift from the receptionist, they can enter the party room).

My Dad said, it was the love at the first sight. Hahaha! “your Mom was so pretty and then I asked her name and then we talked a lil bit that night.. and then we went out together after that.. Then, we had relationship.”

“Your Dad just had his early salary back then, he was poor. Hahaha! If we bought a food, we would order 2 plates of rice and one Rendang (traditional food from Indonesia made from cow meat), then we share that Rendang together. It was so pity but also sweet. Then after 6 years we decided to buy a house, our house, then we got married, and we have you now. I know your Dad is not the most handsome or the richest man I ever met or proposed me, there were some richer and more handsome guys who proposed me but I ran away.. hahahaha.. then I met your father.. But I feel so grateful with that. Without him, I wouldn’t have you.. The most precious things in my life..”

“And your Mom, even sometimes she’s fussy, but she has a very kind heart. She loves us with every breath she has. I love her, and I will always try my best to make you proud of me as a father.”

Opa and Oma

This is a story about the grandparents of my au pair children. One day Oma came to the house and while she was cooking, I asked her how she met Opa. And she was giggling  a lil bit, smiling, and told me this story.

“Oh Opa.. hahaha.. We met because of our friends. And from the first time we met, I felt that he liked me already, but I rejected him because I wasn’t sure with my feeling.. And then one day he asked me to go to the wedding party of our friends, but I didn’t wanna go just with him so I came with my girl friend, and he was with his boy friend.
From the wedding party we went to another party, me and Opa talked and danced a lot there. And my friend came to me and said, ‘I think both of you have the same feeling, you like each other..’ And I just couldn’t resist the feeling.. But after that I have to go to USA for student exchange for a month.. While I was there, Opa came to my family to meet them and introduce himself. Couple months after that, we got engaged but he got a job in Belgium. So my Mom came to me and asked me whether I really sure about this or not, if it’s serious it’ll be good if I also find a job in Begium so I can make sure about this love thingies. Then I went there, and after that Opa got a job in Holland, then we came back and we got married. All the process just took a year. And now we had 47 years of happy marriage..”

Mrs. Y and Mr. X

“Well, my husband said he fell in love with me at our first phone call. He fell in love with my voice first actually. Hahahaha.. And on the next day we met because of our job. When I saw him came to the room, I fell in love with him. And until now I still can remember the way he walked and smiled when he was entering the door couple years ago. After our first meeting at office, we went out in the next days. It happened in September. Then in the end of November he said that he fell on me. And in the early of December we started our relationship, February we engaged, and we got married in July.. It happened so fast, but when you met the right person, then there will be no boundaries on your way, it will go smoothly.”

There are 3 love stories I know.. I mean I know a lot of love stories, but they are the best until now.

And mine?
It hasn’t written yet. And all I know, Allah is preparing one good story for me with I don’t know whom. But it’s totally okay because I have other more important priorities to do, to graduate soon with a good GPA for example. And ohya, to do Europe trip with my best friends.
Aww! the sun is shining now in Blaricum..
Bismillah for the upcoming days.. I bet they will be more beautiful than I already had :)