(4) Eurotrip: Salzburg yang……

Rumah Kakek Hans di Freilassing (Jerman), 7 Agustus 2013
03.03 CEST

Ini mah namanya gak bisa tidur karena kepanasan, padahal diluar angin lagi berhembus kenceng. Kata Kakek Hans, tadi malem suhu diluar sekitar 18 derajat tapi didalem ruangan 25 derajat. Pantes gerah. Ditambah diruangan ini tergeletak 3 manusia yang lagi tidur dan 1 manusia yang kebangun karena kegerahan.

Jadi ini adalah malem pertama kita nginep di rumah Kakek Hans di Freilassing, Jerman, kota yang berbatasan dengan Salzburg (Austria). Udah dari kemarin pagi, subuh deng, kita sampai di stasiun central Salzburg sambil cengar-cengir dan bolak-balik ngotak-ngatik mesin beli tiket kereta. Stasiunnya cukup besar tapi karena lagi ada renovasi, sebagian bangunannya keliatan berantakan. Dan dibagian stasiun yang ada pertokoannya, banyak backpacker tidur menggunakan sleeping bed, sendirian, berdua, atau bergerombol dengan temen-temennya.

Didepan toilet stasiun Salzburg

Didepan toilet stasiun Salzburg

Kita naik kereta jam 5 kurang, dan 8 menit kemudian kita sampai di stasiun Freilassing dan Kakek Hans ternyata udah siap siaga jemput kita disana.

Jadi untuk di Austria – Jerman ini kita nginep di tempatnya Kakek Hans, temen kita dari Couch Surfing. Kakek Hans ini adalah seorang petualang sejati. Dia udah ke banyak negara dan biasanya tripnya itu adalah jenis trip dengan tujuan “mengenal penduduk asli secara dekat”. Dia pernah ke salah satu negara di Afrika dan tidur bareng satu keluarga besar disana dirumah mereka yang masih terbuat dari batu. Dia pernah juga kesalah satu negara Afrika yang banyak orang Islam-nya dan tinggal di rumah saudagar minyak yang, katanya, rumahnya besar banget. Karena dia selalu dibantu orang lain ketika trip dan disediakan tempat untuk menginap, jadilah dia mengajak saya, Niken, dan Dyah untuk tinggal di rumahnya selama kita trip ke Salzburg.

Salzburg itu.. bagaimana ya.. salah satu kota yang sangat salah dalam bayangan saya. Ekspektasi saya terlalu tinggi untuk kota yang terkenal sama film Sound of Music dan Mozart ini. Jadi, Salzburg adalah kota yang kecil, kita kemarin ngelilingin Salzburg dengan jalan kaki. Main attractionnya ada beberapa di dalam kota dan adalagi yang diluar kota. Sayangnya, yang bagus-bagus adanya diluar kota, seperti Eisriesenwelt (goa es terbesar di dunia) dan tur lembah tempat shooting Sound of Music. Dan kita cuma punya sehari untuk main di Salzburg, jadilah kita hanya jalan-jalan di dalam kotanya.

List wajib kunjungnya Kakek Hans:

1. Mirabel Garden
Salah satu tempat yang kata Kakek Hans wajib kunjung karena tamannya besar dan cantik. Dan di taman ini ada gereja yang banyak di booking orang-orang dari berbagai negara untuk menikah.
“Kalo kamu pingin menikah disana, harus booking setahun sebelumnya. Tapi cari calonnya dulu ya jangan lupa.. haha..”

Bahkan tanpa kita kasih tau, Kakek Hans tau kita jomblo. Ihik.

Mirabel Garden. Eh ada yang lagi pre-wed

Mirabel Garden. Eh ada yang lagi pre-wed

Mirabel Garden

Mirabel Garden

Berduaan di Mirabel Garden

Berduaan di Mirabel Garden

Becaknya Austria

Becaknya Austria

2. Jalan-jalan di Altstadt (Kota Tua)

Disana banyak pertokoan yang modern tapi dengan bangunan yang klasik. Nah lucunya, kadang kita nemuin gang kecil panjang yang berujung ke restoran dan toko bunga yang super cantik. Lucu, kayak nemuin tempat di dimensi lain.
Kalo jalan-jalan di Salzburg, jangan aneh kalo semua pernak-perniknya berbentuk note musik. Karena Mozart memang lahir disini. Kalo mau cari tau tentang Mozart, ada banyak museum tentang dia sampai ada juga rumahnya. Tapi bayar masuknya, jadi kita skip deh.
Nah disekitaran Kota Tua ini ada jembatan Salzach River. Dan seperti kebanyakan jembatan-jembatan di Eropa lainnya, jembatan ini juga banyak gembok cinta yang dipasang dipagarnya. Tapi masalahnya, ini jembatannya cupu banget haha. Gak besar dan bagus kayak jembatan-jembatan bergembok cinta lainnya di, misalkan, Frankfurt dan Koln (Jerman).

Ruangan di ujung gang

Ruangan di ujung gang

Altstadt (Kota Tua)

Altstadt (Kota Tua)

Altstadt (Kota Tua)

Altstadt (Kota Tua)

Gembok Cinta. Taken by Niken

3. Hohensalzburg Castle

Kastil besar di puncak gunung Festungsberg. Kata Kakek Hans, kalo mau ke kastilnya, kita lebih baik jalan kaki aja daripada naik trem dan harus bayar beberapa euro. Tapi pas kita ngeliat kepuncak gunung, kita langsung kibar bendera putih hahaha. Alesannya sih karena memang kemarin panas banget dan kita lagi berusaha buat menunaikan puasa 19 jam. Ada beberapa museum dan toko suvenir di kastil. Dan dari halamannya kita bisa ngeliat seluruh kota Salzburg.

Hohensalzburg Castle dipuncak gunung

Hohensalzburg Castle dipuncak gunung

Kota Salzburg dari Hohensalzburg Castle

Kota Salzburg dari Hohensalzburg Castle

Jam 5 sore kita bertiga udah lemah tak berdaya dan akhirnya kita memutuskan buat pelan-pelan jalan balik ke stasiun Salzburg buat naik kereta ke Freilassing. Pas udah sampe stasiun Salzburg, kita udah sama-sama kehabisan tenaga buat ngobrol. Entah kenapa jalan-jalan kemarin benar-benar menguras tenaga saya. Memanglah perpaduan puasa 19 jam dan jalan kaki keliling kota di suhu 30 derajatnya Eropa bener-bener sangat gak dianjurkan buat dilakuin.

Setelah 20 menit nunggu dan bingung dengan peron kereta api yang benar untuk menuju Frelaissing, tiba-tiba ada kereta cepat masuk kedalam peron tempat kita nunggu kereta. Tapi anehnya, ada tulisan ‘dilarang masuk’ di kereta itu.
Niken: apa bukan itu ya keretanya?
Saya: mmm.. kayaknya bukan deh, soalnya ada tulisan gak boleh masuknya..
Dyah: eh tapi ini udah dua menit sebelum schedule kereta kita, dan ini kan relnya. Eh, kita nunggu di peron yang bener gak sih?

Buru-buru kita ngecek schedule lagi.

Tiba-tiba:
Niken: eh itu keretanya! *Niken nunjuk kereta lain yang udah ancang-ancang mau berangkat*

Langsung saya lari ke kereta itu tanpa ngecek-ngecek lagi. Niken dan Dyah ikutan lari di belakang saya. Kereta udah hampir jalan tapi ngeliat kita lari-lari ke arah si kereta sambil ngelambai-lambaiin tangan, Pak Masinis akhirnya berhenti lagi.

Ngos-ngosan kita masuk ke dalam kereta dan nyari tempat duduk.

Saya: wah alhamdulillah ya.. pas ini mah kita nyampe rumah Kakek Hans. Dia katanya mau masakin kita makanan buka puasa kan.

15 menit kemudian..

Niken: kita kok gak nyampe-nyampe ya
Dyah: coba cek map relnya.
Saya: *ngecek map*telen ludah* kita salah naik kereta kayaknya hehe
Niken: Nyanyaaaa!
Saya: lah tadi lo yang bilang “Itu keretanya!” makanya gw langsung termotivasi buat lari ke kereta ini.

Akhirnya 20 menit kemudian kita turun di kota antah-berantah. Sepi. Stasiunnya cuma kayak pos siskamling di Bekasi.

Nyasar kesini

Nyasar disini

Mweee. Kita nyasar

Sekitar 20 menit kita nunggu kereta yang bener buat balik lagi ke stasiun Salzburg buat naik kereta yang tepat dan sebenar-benarnya ke Freilassing. Nah, dari stasiun Freilassing ke rumah Kakek Hans, kita harus jalan sekitar 30 menit.

Kakek: kalian kok lama banget nyampe rumah?
Kita: iya tadi salah nyari kereta bla bla bla
Kakek: seharusnya kalian nyampe 20 menit yang lalu dong, kan jalan dari stasiun ke rumah cuman 10 menit.
Kita: 30 menit buat kita hehe
Kakek: ah masa’. 10.
Kita: iya kan jalannya sambil ngobrol.
Kakek: 15 menitlah kalo sambil ngobrol
Kita: ngobrol dan nikmatin pemandangan jadinya 30 menit hehe.
Kakek: *menatap kita dengan putus asa*
Yah, Kek, Kakek kan tinggi, kakinya panjang, pantes aja jalannya cepet.

Kakek Hans ternyata udah masakin kita pasta + sosis kalkun + desert buah yang super enak dan ngebuat perut kita mendadak penuh sampai susah napas karena si Kakek setiap ngeliat kita berhenti makan selalu ngomong dengan muka datar, “Why don’t you eat it? Eat again.”

Di rumah Kakek Hans inilah pertama kalinya Dyah ditolak mentah-mentah sama Kakek-kakek. Jadi dia udah ngebeliin Kakek Hans seiket bunga di Kota Tua karena kayaknya sang Kakek suka sama bunga. Pas udah sampe rumah Kakek, Dyah alias Neneng langsung ngasih bunga itu ke Kakek.
Neneng: kita tadi ngebeliin sesuatu buat Kakek
Kakek: no no no *dengan nada suara datar*
Neneng: *sambil senyum seneng* kita beliin bunga.
Kakek: no no no *masih pake suara dan masang suara datar*
Neneng: tapi kita beli ini buat Kakek.
*kakek masih ber-no no sambil jalan menjauh dari Neneng*
Kakek: no no. I’m no woman. Man shouldn’t receive a flower.
Neneng: *mulai melas* tapi kita kira Kakek suka bunga..
Kakek: *ngeliatin Neneng* oke. But I’m no woman.
Hahahaha. Akhirnya si bunga di masukin ke vas dan dipajang sama Kakek di ruang keluarganya.

Dirumah Kakek selain kita ada satu perempuan dari China yang lagi solo trip selama 3 bulan di Eropa. Namanya Celine. Akhirnya setelah makan kita semua ngobrol macem-macem. Mulai dari bahasan agama, sampai tentang petualangannya Kakek Hans.

Dan hari ini jam 9 pagi kita bakal pamitan sama Kakek Hans dan Celine, karena kita akan lanjut ke Praha. Pertama kita akan naik kereta ke Munchen, habis itu akan lanjut ke Praha naik bus. Ah bahagianya. Akhirnya untuk pertama kalinya kita akan tidur di tempat yang bagus dan privat, kamar cuman untuk kita bertiga.

Okeh, sekarang saatnya saur untuk puasa hari terakhir.

Tschüss!

(3) Eurotrip: Swiss, dari Sungai ke Gunung

Kereta api jurusan Zurich – Salzburg, 6 Agustus 2013 00.45 CEST

Kayaknya ini adalah salah satu tempat terekstrim buat nulis blog. Karena kereta apinya goyang-goyang, saya gak bisa duduk karena bakal kepentok kasurnya Niken jadi harus nulis sambil berbaring, dan gelap karena lampu di compartemen udah dimatiin biar orang-orang disini bisa tidur.

Anyway, sejak tanggal 4 sampai kemarin malem kita main di Swiss. Tepatnya di Zurich, Luzern, dan gunung Pilatus. Dan menurut saya Swiss adalah negara yang cantik, modern, rapi, bersih, dan gak berpolusi. Mirip-miriplah kayak kebanyakan negara di Eropa.

Flashback sedikit ke tanggal 4 di pagi hari pas saya naik kereta api dari Milan ke Zurich. Itu adalah kali pertama saya naik kereta antar negara. Keretanya cakep, ada tempat buat ngecas handphone pula haha. Nah saya kira perjalanan waktu itu bakal sama aja kayak pas saya dari Rende ke Milan; ngebosenin. Jadilah saya langsung ketiduran di kereta. Tapi 1,5 jam kemudian setelah kepala saya kepentok-pentok ke jendela, saya kebangun dan langsung ber “woooh!” pas ngeliat keluar jendela. Pemandangannya super mutakhir.

Di sebelah kanan kaya ada lembah hijau yang rumputnya bener-bener rapih dan ditengah-tengahnya ada 1 sampai 2 rumah berbendera Swiss yang dindingnya kayu warna-warni. Sedangkan pemandangan di jendela sebelah kiri adalah danau biru yang luas dengan kapal-kapal putih parkir dipinggir danau. Begitu terus pemandangan yang saya liat. Jadilah saya sibuk ber-“Widih!”, “Masya Allah..”, “Ckckckck!”, sampe berdoa semoga anak saya suatu hari nanti bisa ngeliat apa yang saya liat ini.

Gak sempet ambil foto saking kagumnya sama pemandangannya. (This pic is taken from travelsupermarket.com)

Saya sampai stasiun Zurich jam 10.55, sesuai dengan jadwal yang ada di tiket dan langsung ketemuan sama Niken dan Dyah di Stasiun Central Zurich yang ternyata kalah megah dibandingin Milan. Btw, saya seneng banget jalan-jalan sama Dyah dan Niken, karena mereka gak buta arah dan bisa baca peta. Ya ampun terharu..

Di Zurich

Setelah ngecek-ngecek peta sebentar, kita mutusin buat jalan kaki ngelilingin Zurich. Hari itu adalah hari Minggu, jadi nyaris semua toko tutup kecuali tempat makan. Jadi, orang-orang Eropa nampaknya sangat menghargai makna hari Minggu sebagai hari bersantai keluarga. Makanya toko-toko banyak yang libur dan jadwal bus biasanya jadi lebih jarang dibandingin hari lainnya.

Pas kita jalan itu kita ngeliat hal yang rada unik. Jadi orang-orang yang makan di teras restoran duduk menghadap arah yang sama, yaitu jalan raya. Semua orang di semua tempat makan kompak kayak gitu, gak ada yang duduk hadap-hadapan sama temennya. Sampe-sampe saya, Niken, dan Dyah ikut-ikutan berhenti sebentar dan ngeliatin jalan raya. Hahaha.

Kita jalan terus sampe ngelewatin sungai Limat yang ternyata ujungnya danau Zurich.  Dari pinggir danau itu kita bisa ngeliat Fraumunster (gereja beratap hijau yang tinggi), St. Patrick (gereja dengan jam terbesar di Eropa), dan rumah-rumah diseberang danau. Tapi karena ngeliatnya dari jarak jauh, semuanya jadi kecil-kecil.

Danau Zurich

Danau Zurich

Di tepi danau kita ngeliat jam bunga yang gede yang katanya dibangun 1985 dan dekorasi bunganya berubah-ubah tergantung season. Nah, jalan lagi sedikit akhirnya kita ketemu sama tempat orang-orang (Indonesia) biasanya foto kalau lagi main ke Zurich: Seebad Enge yang ada air mancur di tengah danau, sedangkan di pinggir danaunya banyak orang yang sun bathing dan berenang.

Jam bunga

Jam bunga

Air mancur di tengah danau

Air mancur di tengah danau

Karena hari itu panas banget dan kita puasa, jadilah kita akhirnya merumput, alias main di rumput. Selonjoran, foto-foto, sambil make over jilbab saya dengan gaya gahul anak-anak Indonesia jaman sekarang.

Di Luzern

Sorenya kita naik kereta 30 menit ke Luzern. Kita milih untuk nginep di Luzern karena biaya hidup disana lebih manusiawi ketimbang di Zurich dan juga Luzern lebih cantik dan desa dibandingin Zurich. Di Luzern ini kita nginep di rumah Markus, temen dari CouchSurfing yang berbaik hati mengiyakan permintaan saya buat nginep semalam dirumahnya. Markus pernah ke Indonesia beberapa tahun yang lalu sambil ngelakuin trip dengan sepeda dari Singapore, Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Cambodia.

Setelah prosesi penghadiahan bumbu makanan Indonesia ke Markus

Setelah prosesi penghadiahan bumbu makanan Indonesia ke Markus

Luzern adalah kota kecil yang memang terkenal banget sama kecantikan danaunya. Karena memang lagi liburan summer, nyaris semua orang yang kita temuin disana adalah turis.. Turis China dan Jepang. Untung gak ketemu turis Indonesia haha.

KappelBrucke dan Sungai Reuss

KappelBrucke dan Sungai Reuss

Pedestrian di Luzern

Pedestrian di Luzern

Nah karena Niken dan Dyah pingin ngeliat gunung bersalju yang sayangnya adanya di Alpen, jadilah kita naik gunung.

Di Gunung Pilatus

Gunung Pilatus adalah tempat yang super wajib fardhu ain buat dikunjungin kalo kamu main ke Luzern, karena kita bisa ngeliat lembah di Swiss yang super indah yang bercampur dengan batu-batu putih, dan bahkan kita bisa melihat bagian dari gunung Alpen dari puncak Pilatus ini. Untuk ke Pilatus, kita beli tiket return-nya di information centre di Salzburg main station. Harganya kalo gak salah sekitar 70 CHF untuk 3 orang dan kita bisa milih cara ke puncak Pilatus-nya. Bisa naik kereta api lalu lanjut cogwheel atau naik bus lalu lanjut naik kereta gantung. Kita milih naik kereta api dan cogwheel yang bentuknya semacam trem buat naik ke puncak, dan turun naik kereta gantung lanjut bus.

Cogwheel gunung Pilatus

Cogwheel gunung Pilatus

Kereta gantung gunung Pilatus

Kereta gantung gunung Pilatus

Pas mendaki gunung Pilatus

Pas mendaki gunung Pilatus

Pemandangan dari puncak gunung Pilatus

Pemandangan dari puncak gunung Pilatus

Restoran di gunung Pilatus

Restoran di gunung Pilatus

Habis turun dari Pilatus kita duduk-duduk di tepi danau Luzern sambil makan gelato super besar. Jam 6 sore kita balik lagi ke stasiun Luzern untuk naik kereta ke Zurich karena kita akan lanjut naik kereta malam ke Salzburg. Nah ini pertama kalinya saya naik kereta malam yang beneran ada tempat tidurnya.Awalnya pas saya googling gambar si kereta, keliatannya ruangan compartemennya luas. Jadilah saya semangat banget naik kereta ini. Pas kita sampe ke dalem kereta dan ngeliat compartemennya, eh kok kecil.. hahaha.

Ada 2 kasur tingkat 2 dan meja kecil ditengah dua kasur itu. Saya, Niken, dan Dyah sampe harus satu-satu jalan kedalam kamar buat ngatur koper dan backpack. Pas kita udah settle dengan posisi barang-barang, tiba-tiba ada cowo yang buka kamar kita. Dia kaget ngeliat kita, kita juga ikutan kaget karena kita gak mesen kamar mix. Setelah saya cek lagi ternyata kita salah compartemen. Jadilah kita geret-geret barang-barang kita ke compartemen yang lain. Pas kita buka pintunya… jreng.. kasurnya tingkat tiga. Hahaha. Karena harganya lebihmurah’, kita dapet kamar yang lebih mini. Didalem kamar ini udah ada 6 botol air mineral dan 2 colokan untuk ngecas barang elektronik. Pas Bapak petugas kereta dateng untuk ngecek tiket, dia nanya kita mau sarapan apa. Wih, alhamdulillah banget dapet makanan saur. Ternyata pilihannya cuman mau minum kopi atau teh, sedangkan sarapannya roti dan beberapa selai. Alhamdulillah yang penting ada.

Dyah dan si kompartemen tempat tidur tingkat 3

Dyah dan si kompartemen tempat tidur tingkat 3

Yasudah disinilah saya sekarang, ngetik cerita ini di hape sambil goyang-goyang karena goncangan kereta api. Ternyata rasanya aneh tidur terlentang di kereta yah.. Oiya, beberapa tips buat kamu yang mau ke swiss:

1. Transportasi ke Swiss dan dari Swiss tuh mahal jadi lebih baik cek harga tiket kereta (kalo mau naik kereta) di sbb.ch sekitar 90 hari sampai 14 hari sebelum keberangkatan. Dan ngeceknya dibagian Super Saver karena harganya diskon 50-70%.

2. Kalo mau irit di Zurich, lebih baik bawa makanan sendiri, jangan keseringan jajan. Kalo gak kamu akan bangkrut dengan cepet.

3. Kalo mau jalan-jalan ke tempat yang ‘beda’, misalkan kayak Gunung Pilatus, lebih baik cari tau info harganya di information centre di stasiun kereta api. Karena harga tiketnya lebih murah dibandingin kalo kamu pake paket trip dari agency perjalanan.

Baiklah, saya mau coba tidur dulu karena kita akan sampai di Salzburg jam 4 pagi dan bakal lanjut jalan-jalan habis itu. Ciao!

Antara Sayang dan Benci

Rende, 20 Agustus 2013
0:38 CEST

Saya punya banyak sahabat dengan berbagai sifat yang aneh.
Kenapa aneh? Karena sahabat-sahabat saya gak ada yang normal atau kalem atau gak bisa ngebuat saya ketawa gak sampe keluar air mata.

Saya punya sahabat yang bakal ngomel-ngomel hebat kalo dia jadi orang terakhir yang tau kabar terbaru tentang saya, walaupun dia taunya cuman beda 2 menit dari sahabat-sahabat saya yang lain. Saya juga punya sahabat yang super higienis. Dulu pas jaman kuliah di Jatinangor setiap kita main ke kosannya, kita gak boleh duduk diatas kasurnya kalo pake celana jeans. Karna menurut dia celana jeans kumannya banyak. Masuk akal sih, soalnya saya biasanya nyuci celana jeans 2 minggu sekali. Itu juga kalo inget.

Ada lagi yang selalu jadi fashion police saya. Kalo saya pake jilbab bercorak padahal kemejanya juga ada gambar-gambarnya, dia pasti ngomel-ngomel. Hahaha. Dan ada juga yang cuek setengah mati tapi sebenernya perhatian, bela-belain nyetir nganterin saya ke rumah dari Bogor jam 6 pagi padahal dia rumahnya di Bogor dan saya di Pondok Gede (perbatasan Jakarta Timur dan Bekasi. Tetep gak mau dibilang orang Bekasi).

Ada juga yang sensitif, bukannya suka ngomel-ngomel, tapi gampang terharu. Kalo saya iseng ngingetin dia masa-masa indah kita main bareng pas liburan sekolah atau kuliah dulu, dia pasti langsung berkaca-kaca. Atau ada yang selalu jadi orang yang idealis dan selalu pasrah nganterin saya kemana-mana naik motor. Dan ada juga yang bisa ngebuat saya jadi orang yang super pecicilan, yang akhir-akhir ini dia selalu nyuruh saya buat nonton film seri terbaru New Girl, “lo harus nonton itu Nya, kocak bener! Dan ceweknya super annoying kayak lo. Ntar pasti pas lo ngeliat ceweknya, lo bakal bilang ‘ih ih ih, gw banget!’”

Baru-baru ini saya ngabisin full 2 minggu (kecuali pas kita ke WC) sama orang yang ngatain saya super annoying itu, Niken. Kata Niken, hubungan saya dan dia itu dilandasi (halah!) sama rasa benci tapi sayang. Dia sering bilang, “Nya, tau gak, dalam bayangan gw ya sekarang gw lagi nyucuk mata lo pake garpu! Bisa gak ngomongnya biasa aja gak pake melotot?!” atau “Nya, gw mau tidur ya.. jangan digangguin.. sebentaaaar aja..” Dan beberapa detik kemudian saya nyenggol-nyenggol kakinya atau ngedorong-dorong bahunya sampe dia nutup muka, hela napas, dan geleng-geleng pasrah.

Kasian.

Saya gak sepecicilan itu kok biasanya, cuman sama Niken aja. Entah kenapa dia hebat banget bisa ngebuat sisi gak bisa diem saya bener-bener keluar dengan sempurna sampe dia bilang, “Nya, suami lo pasti hebat banget. Dia pasti orangnya sabaaaaaar banget. Dan gw tau kenapa lo belum ketemu dia, karena dia lagi ditempa abis-abisan sama Allah.”

Saya: Ahahaha! Mungkin dia sekarang lagi hiking tapi tiba-tiba turun hujan lebat plus halilintar dan badai. Trus dia teriak, “Ya Allah, kenapa ujianku sungguh berat???”
Niken: Iya.. karena dia bakal ketemu lo yang ujiannya lebih berat.

Makasih loh Niken atas kejujurannya.

Niken dan saya kadang sama, kadang bener-bener kebalikan. Saya lebih ke arah sifat umumnya perempuan, sedangkan Niken lebih ke arah sifat cowo. Dia gak bisa multitasking, dia kalo ngomong sering buat saya ngeringis sambil bilang, “mbok ya jangan to the point banget gitu..” Tapi ada kalanya dimana saya yang jadi lebih sadis daripada dia, atau kebalikannya, demi kita balik lagi ‘ke jalan yang benar’.

Nah selama 2 tahun LDRan ini biasanya kita so(k) sweet diujung-ujung ceting atau skype. Bener-bener kayak dua sahabat perempuan normal yang so sweet. Tapi begitu awal-awal ketemuan, tetot! Awkward!

Dulu pas bulan Maret 2011 saya ke Singapore buat ngunjungin dia yang udah sebulan pindah kerja kesana. Biasanya kalo dua sahabat perempuan ketemu normalnya ya pelukan atau cipika-cipiki ya. Tapi gak buat kita. Saya pas ngeliat dia di halte shuttle bus langsung teriak manggil nama dia dan lari-lari seneng ke dia, sedangkan Niken cuman senyum cool ngeliatin saya. Pas udah hadap-hadapan, kita bingung mau ngapain.

Niken: kita harus pelukan nih, Nya?
Saya: kalo orang-orang yang udah lama gak ketemu sih gitu, Ken.

Akhirnya kita pelukan kaku, padahal biasanya juga kita sering saling ndusel-ndusel.

Seminggu sebelum kita ketemuan buat eurotrip kemarin, kita seperti biasa ceting.
Niken: Nya, aku nervous. Hiiii. Hiiii!
Saya: kenapa?
Niken: sebentar lagi ketemu lo. Ih so sweet banget gak sih gw
Saya: hahahaha. Kita harus ngapain Ken pas ketemuan?? Akkk! Aku panik!!!
Niken: harusnya ngapain Nya?
Saya: peluk?
Niken: hiiii! Gak mau pelukan sama lo
Saya: cipika-cipiki?
Niken: hiii! Apa lagi! Udah ah, gw batalin aja eurotripnya
Saya: lah kok gitu sembarangan banget
Niken: daripada awkward ketemuannya

Dan akhirnya pas ketemuan di stasiun Zurich beneran dong awakward.

Pas sampe stasiun, saya ngeliat Niken lagi senderan di depan toko roti celingukan nyariin saya sambil megang hape. Saya ngendap-ngendap ke belakangnya dan saya kagetin. Si Niken pas ngeliat saya bukannya seneng gitu, tapi malah balik badan, tutup muka, ketawa ngakak, sambil jalan ngejauh. Saya juga ketawa ngakak sampe keluar air mata sambil nyolek-nyolek dia. Si Nikennya kabur sambil bilang, “jangan sentuh-sentuh!”

Begitu terus kejadiannya sampe 5 menit kemudian dan Dyah dateng. Dyah bingung ngeliat kelakuan kita.
Dyah: kalian ngapain sih?
Saya: Niken tuh gak mau pelukan
Niken: hiiii!
Dyah: ya ampun peluk doang. Sini Nya kita pelukan. *saya dan Dyah pelukan* Kayak gitu Ken. Gampang kan..

Saya ngerentangin tangan ke Niken dan Niken maju ke arah saya sambil (masih aja) ketawa dan jalan ala robot saking gak maunya. Hahahaha. Yasudah akhirnya gak ada prosesi pelukan atau cipika-cipiki unyu diantara kita.

Begitulah sekilas tentang saya dan Niken. Dia single loh btw. Lagi nyari calon suami yang bisa jadi imam keluarga dan punya level kesabaran yang super hahaha.

Bagaimanapun ajaibnya sahabat-sahabat saya, saya bersyukur banget bisa punya mereka. Mereka sebenernya bukan cuman sekedar temen bagi saya, tapi udah jadi keluarga kedua saya :)

(2) Eurotrip: Milan 1 Hari

Stasiun kereta api Milano Centrale, 4 Agustus 2013
06.30 CEST

Pagi-pagi buta udah ngeliatin orang-orang hilir mudik di stasiun Milan, salah satu stasiun kereta terbesar di Italy. Pertama kali saya masuk stasiun ini, langsung noraknya keluar, karena bagus banget dan mewah. Adek saya, Nikmal, yang saya kirimin foto si stasiun langsung komen, “bagus bener ini sih. Lebih bagus dari bandara pesawat di Indo, Kak.” Hahaha.

Jadi pagi ini saya akan naik kereta api ke Zurich untuk ketemu Niken setelah 2 tahun kita LDR-an dan ketemu Dyah pertama kali. Dan selanjutnya kita bakal eurotrip selama 2 minggu. Yeyy!

Stasiun Milan Centrale

Stasiun Milan Centrale

Stasiun Milan Centrale

Saya berangkat dari Rende tanggal 2 Agustus malem. Buru-buru ngejar kereta seperti biasa sambil ngegendong tas 10 kg dan nenteng bekel sahur dari Edith.

Untuk bisa sampe ke Milan, saya harus naik kereta dari stasiun Castiglione Cosentino ke stasiun Paola, baru dari situ naik kereta 15 jam, saya ulangin lagi LIMA BELAS JAM, ke Milan.

Jadi ini kereta malemnya Italy yang murah. Gak ada tempat tidur tapi tempat duduknya dibagi per-compartemen. Nah saya selalu deg-degan kalau naik kereta ber-compartemen. Bukan karena takut seruangan sama orang jahat, tapi deg-degan kali aja seruangan sama yang ganteng. Hahaha.

Sambil sibuk bilang, “maaf ya..” ke orang-orang di lorong kereta api yang gak sengaja kesenggol backpack saya yang super gede, saya nyari compartemen nomor 63. Pas akhirnya udah ketemu si nomor compartemen dan saya dorong pintunya, saya langung bolak-balik ngeliat orang-orang secompartemen yang isinya 6 orang dan nomor compartemen di depan pintu, karena semua tempat duduk udah keisi.

Saya: Maaf, ini compartemen nomor 63 kan?
Nenek-nenek: Kayaknya bukan deh.. compartemen kamu diujung sana..
Saya nyocokin ulang nomor compartemen yang ada di tiket dan di pintu. Sama kok 63. Tapi biar keliatan sopan didepan sang nenek, saya pura-pura nyari nomor 63 yang lain sebelum akhirnya saya balik ke compartemen saya yang sebenernya.

Saya: Maaf, Nek, kayaknya ini deh compartemen saya..
Nenek: *nengok ke cowok disebelahnya yang mirip Bradley Cooper* Maaf ya Mas, kayaknya kamu salah compartemen, kamu duduk di bangku si Mbak ini soalnya..

Akhirnya saya dapet tempat duduk dan seruangan sama kakek-kakek dan nenek-nenek, dan harus dadahan sama mas Bradley yang kemudian tidur di lorong kereta api.

Compartemen di kereta api dan tas hijau kesayangan saya

Compartemen di kereta api dan tas hijau kesayangan saya

Setelah tidur-bangun selama 15 jam di kereta, akhirnya sampe di Milan jam 14.35. Dan tiba saatnya saya nyari alamat hostel saya disana. Nah, saya kan buta arah ya.. jadinya kegiatan nyari alamat jadi kegiatan yang super horor. Saya ngabisin sejam di stasiun kereta yang gabung sama stasiun Metro untuk nyari dan nanya cara ke alamat si hostel. Setelah akhirnya nanya ke banyak orang, saya naik metro dan turun di entah dimana. Glek.

Saya ngeliat sekeliling, gak ada polisi, yang ada cuman bapak-bapak yang berdiri didepan toko kelontong yang tutup sambil megang novel. Saya akhirnya nanya arah ke dia. Dan ternyata dia dari Prancis dan gak bisa ngomong bahasa Inggris atau Italia. Jadilah kita ngobrol pake gerakan tangan. Hahaha. Si Bapak nunjuk-nunjuk trem yang baru aja berhenti di jalan seberang dengan semangat sambil ngangguk-ngangguk. Saya lari ke trem dan duduk disana, daaan kemudian bingung lagi. Ini saya harus turun dimanaaaa?

Dilema si buta arah.

Saya akhirnya nyolek Mas-mas China disamping saya, karena keliatannya dia bukan turis dan memang tinggal di daerah ini. Untungnya dia memang turun di tempat yang sama dengan saya. Kami pun turun di perempatan dan si Mas China langsung ngeloyor pergi. Saya bingung. Lagi.

Akhirnya sambil sok-sokan baca peta (ohiya, saya punya peta Milan, gak ngerti bacanya aja hahaha) dan muterin si peta sampe 360 derajat, saya ikutin petunjuk jalannya. Ternyata butuh sejam lebih buat nemuin si hostel setelah nanya ke lebih dari 10 orang dibawah sinar matahari yang super gress.

Stasin Milano Porta Garibaldi

Stasin Milano Porta Garibaldi

Stasin Milano Porta Garibaldi

Stasin Milano Porta Garibaldi

Kata Rika, temen saya, orang-orang di hostel pasti ramah karena mereka semua backpacker jadi udah paham lah susah-susahnya kita. Dan ternyata bener. Asal ketemu atau papasan sama orang-orang di hostel, mereka otomomatis bilang “Hai!”.

Saya nyewa kamar mix dengan 7 kasur karena mau ngirit dan lagipula besok paginya saya akan keluar dari hostel jam 6 pagi. Serunya, ini adalah kali pertama saya nginep di hostel. Jadilah saya baca-baca doa semoga kamarnya kosong. Eh beneran dong kosong haha.

Setelah bersih-bersih dan ngecas hape, saya jalan-jalan ke Duomo di Milano (Cathedral of Milan) yang ternyata duomo terbesar di Italy dan nomor 5 diseluruh dunia.

Duomo Milan

Burung-burung didepan Duomo

Sedikit tips buat kamu yang mau jalan-jalan ke daerah duomo itu:

  1. Hati-hati banyak copet berkeliaran
  2. Kalau ada mas-mas yang nawarin remah-remah kue untuk makanan burung (banyak burung disekitar Duomo), jangan mau. Karena walaupun dia bilang gratis, ntar ujung-ujungnya kamu harus bayar.
  3. Begitu juga kalau ada mas-mas nawarin bantuan untuk foto kamu (kamu pasti bisa bedain mana turis yang memang berbaik hati untuk bantu motoin kamu, dan mana mas-mas yang jual jasa),mending bilang gak dengan sopan lalu minta tolong ke turis. Karena seperti biasa, mereka akan minta bayaran.
  4. Nah nanti akan ada banyak mas-mas yang mendadak ngasih gelang ke kamu. Mereka akan bilang, “regalo / gift (hadiah)..” Tapinya bohong lagi. Nanti ujung-ujungnya mereka minta bayaran juga hahaha.

Intinya di Milan harus hati-hati karena walaupun kotanya sangat kota dan berkembang, tapi copet dan gelandangan masih banyak berkeliaran.

Setelah capek keliling Duomo dan pusat perbelanjaan dan mulai laper karena udah jam setengah 8 malem tapi buka puasanya masih 1,5 jam lagi, saya duduk di deket Duomo sambil ngeliatin McD. Kesian. Tiba-tiba ada Mbak-mbak berjilbab nyamperin saya dan nanya, “Assalammualaikum, are you a moslem?”

Ternyata dia mahasiswa Turki yang lagi pertukaran pelajaran selama 3 bulan di Italy. Dia lagi jalan-jalan di Milan bareng temen-temennya, tapi dia males ikut temen-temennya itu belanja, jadilah dia hilir-mudik sendiri.

Setelah ngobrol selama sejam, akhirnya saya pulang ke hostel naik trem. Dan kali ini gak nyasar alhamdulillah. Jam 9 kurang saya buka puasa dengan ganas, minum air langsung seliter karena memang super haus, solat, dan langsung matiin lampu buat tidur.

Untung saya tidurnya sambil pake bergok dan ngumpet dibalik selimut, karena dua jam kemudian ada beberapa orang yang masuk kamar. Temen-temen sekamar saya itu alhamdulillah sopan-sopan, mereka jalannya ngendap-ngendap karena ngeliat ada buntelan orang di kasur pojok. Sekitar jam 1 pagi saya bener-bener udah gak bisa tidur lagi karena kegerahan. Pertama karena tidurnya pake bergok, kedua karena ngumpet dibalik selimut, ketiga karena Cuma ada SATU kipas angin kecil di kamar, dan keempat karena ini lagi summer. Akhirnya jam 3 pagi saya beneran bangun, buat mandi, sahur, dan siap-siap pergi. Saya beresin tas saya dan bawa semua barang-barang ke kamar mandi karena kamar mandinya bagus dan besar, dan tempat teradem se-hostel. Pas saya lagi jingkat-jingkat ke kamar mandi yang letaknya diluar kamar, ada mas-mas Vietnam yang juga menuju kamar mandi. Kita sama-sama berhenti didepan kamar mandi. Dia bingung setengah ngantuk ngeliat saya yang bawa gembolan gede dan nenteng-nenteng sepatu ke kamar mandi. Dan saya bingung ngeliat dia yang ke kamar mandi kok sambil bawa bantal.

Dia: Kamu mau ke kamar mandi?
Saya: Iya, mau mandi. Kamu mau pake kamar mandi juga?
Dia: Iya.. hehe..
Saya: emmm, sambil bawa bantal?
Dia: abisnya gerah banget, jadi saya tadinya mau tidur di kamar mandi.. tadi tidur di lorong deket tangga tapi masih kegerahan.. Tapi yaudah deh kalau kamu mau pake kamar mandinya..

Hahahaha. Kasian.

Setelah mandi, saya saur di taman ditemenin sama penjaga hostel dari Mesir. Kita ngobrol banyak mulai dari masalah politik di Mesir (berat ya topik saurnya) sampe tentang nikah beda agama. Hahaha. Yasudah akhirnya jam setengah 6 pagi saya jalan ke halte bus buat naik bus ke Stasiun Milan dan disana kenalan lagi sama Mas-mas dari Brazil. Kita ngobrol banyak tentang bagaimana dia pengen kerja di bidang yang membantu orang banyak walaupun dia sekarang udah settle di perusahaan FMCG (Fast Moving Consumer Good) di Brazil. Dia seneng ketemu saya karena kita sama-sama dari FMCG dan katanya gw adalah salah satu orang yang setuju dengan ide sosialnya.

Ternyata memang bener ya, kadang walaupun kita pada awalnya ngebayangin untuk ngelakuin solo trip, ujung-ujungnya pasti kita akan punya banyak temen baru.

Okay, kereta ke Zurich udah dateng, 3,5 jam lagi saya akan heboh-hebohan sama Niken dan Dyah di Stasiun Zurich.

Ciao!

(1) Eurotrip: Sebuah Preambul

Rende, 27 Juli 2013.
16:14 CEST.

Sekitar empat tahun yang lalu ketika saya lagi sibuk-sibuknya nyari beasiswa master ke luar negeri, Niken (sahabat saya yang sering saya gosipin di blog ini) bilang dengan sok sweetnya:
“Nya, kemanapun lo nanti kuliah in-sha Allah gw datengin!”
Dan bener aja akhirnya saya keterima di Italia dan Niken akhirnya terpaksa kesini haha.

Sebenernya ada satu sahabat saya lagi yang seharusnya ngelakuin Eurotrip bareng, Maul. Tapi sayangnya dia gagal dapetin visa schengen karena kata kedutaan Italy dan Belanda di Indonesia quota turis Indonesia ke Eropa udah maksimal untuk liburan lebaran ini. Gila ya orang-orang Indonesia, kalo saya jaman dulu liburan lebaran ke ragunan atau ancol aja udah girang, ini pada lebaran di Eropa.

Di bulan Agustus ini saya, Niken, dan Dyah akan ngelakuin Eurotrip selama kurang lebih 13 hari dari tanggal 4 agustus sampai 16 Agustus ke negara-negara ini:

Swiss – Austria – Jerman – Ceko – Italy – Vatican – Spanyol.

Saya akan berangkat dari Rende menuju Milan tanggal 2 Agustus kemudian naik kereta ke Zurich tanggal 4 Agustus pagi. Sedangkan Niken dan Dyah berangkat dari Singapore tanggal 3 Agustus. Kita akan ketemuan di stasiun kereta Zurich di peron nomor 3 jam 10.55.

Serius ya ini, Niken, Dyah, jangan lupa jemput gw disana!

jalanjalan

Jadi kenapa kita pilih negara-negara itu?

Kita ke Swiss karena Niken dan Dyah dapet promo tiket pesawatnya ke Zurich yang dulu sempet buat saya pusing nyari-nyari tiket murahnya. Jadi ya, transportasi apapun dari dan ke Swiss itu selalu mahal. Jaraaaang banget ada yang murah. Makanya dulu saya nyaris nyerah dan mikir buat ketemuan sama mereka di negara lain. Tapi alhamdulillah setelah banyak nanya-nanya dan browsing berbagai transportasi dari Italy kesana, akhirnya saya nemuin tiket murah dari Milan ke Zurich naik kereta swiss (cek di sbb.ch). Lumayan harganya 22 CHF atau sekitar 17,84 Euro buat 3 jam perjalanan. Tapi lucunya untuk rute itu, tiket yang udah dibeli cuman bisa diambil di booth karcis di Zurich atau opsi lainnya ya dikirim ke alamat si pembeli tiket (nambah 8 CHF kalau tinggal di Eropa).

Nah habis dari Zurich, nanti kita akan jalan-jalan dan nginep semalem di Luzern, kota yang kata temen saya cakeup bener. Banyak danau dan ada gunung-gunungnya. Dan juga kata temen saya yang udah pernah kesana, mendingan jalan-jalan di Luzern daripada Zurich karna lebih banyak yang diliat dan harga makanannya lebih manusiawi.

Luzern. Taken from: luzern.com

Habis itu kita akan ke Salzburg (Austria). Ini pilihannya si Niken. Dia pengen ngeliat gunung dan lembah alaala Sounds of Music disana. Dari Zurich ke Salzburg kita akan naik kereta malam yang tipenya couchette car alias ada tempat tidur tingkatnya. Lucu yah. Saya sampe terpana ngeliat foto-fotonya..dan harganya…

Couchette Car-nya kereta Swiss. Taken from: sbb.ch

Dari Salzburg kita akan ke Praha (Ceko) via Frelaissing (Jerman) yang ada diperbatasan Austria dan Jerman karena kebetulan harga tiket kereta tuh lebih murah kalo via Jerman daripada via Austria dan juga karena kita malemnya akan nginep di rumah Kakek Hans yang nemuin kita di couchsurfing.

Nah Praha ini adalah omongan ngasal saya dan Niken sejak 6 tahun yang lalu.
Niken: Eh Nya, nanti kita ngopi-ngopi di Praha yuk.
Saya: Praha dimana ya Ken?
Niken: Di Eropa sana, oneng! Cantik deh, elegan.

Dan in-sha Allah sebentar lagi kita sampe Praha juga. Dahsyat bener ya kekuatan dari ‘omongan asal’.

Praha. Taken from: czechfolks.com

Dari Praha kita ke Venezia / Venice (Italy), Roma, dan Vatican dan disana kita akan nginep di tenda (hahaha!) dan di Bed and Breakfast. Bed and Breakfast yang kita akan inepin ini adalah rumah orang yang kamarnya disewain. Jadi sejenis kosan yang murah meriah.

Habis itu lanjut deh ke Barcelona (Spanyol). Kita akan main-main disana selama 4 hari dan saya akan nyiapin sun cream 50 spf karena Spanyol di bulan Agustus pasti panasnya superrr!

Kita akan dadah-dadahan di Barcelona tanggal 16 Agustus. Niken dan Dyah akan balik lagi ke Zurich dan langsung lanjut terbang ke Singapore, dan saya akan balik lagi ke Rende naik pesawat. Dan karena di tanggal 15 Agustus Italy ngerayain Ferragosto (perayaan agama Katolik, dimana pada tanggal itu roh the Virgin Mary diangkat ke surga) yang ngebuat semua orang liburan, termasuk para supir bus, jadilah kemungkinan besar gak ada shuttle bus dari airport Lamezia Terme ke Rende. Jadi kayaknya saya akan nginep di stasiun kereta nungguin kereta pagi ke Rende untuk tanggal 17 Agustus. Lumayanlah ya ngerayain 17-an di stasiun, kali-kali aja bisa ngibarin bendera disana.

Okey dokey, semoga perjalanan 3 Dara (halah!) yang kemampuan baca petanya sangat diragukan ini bisa lancar jaya. Sampai jumpa di cerita-cerita Eurotrip selanjutnya 😀

G Day on 10.07.13

I allergic to exams, I don’t like studying to get a high grade, I hate making an essay or a thesis. In short, I hate school. But since I was a kid I fell in love with Europe and told my parents that one day I will go to one of the European countries to get my master degree and travelling. Then everything I ever hoped was granted two years ago. I got a ticket to Europe to accomplish my dream. So even though I hated school, I knew I should executed my degree in good, no, in a best way I could.

1,5 years ago.
Have you ever done “the wishing touch”? It happens when you have a wish then you touch that thing while hoping that your wish will be granted.

1,5 years ago I passed one of the biggest auditorium in my university with a friend. There were many people cheering and taking pictures. And some of them wore pretty dresses while holding a big bouquet of flower. It was a graduation day. Suddenly I touched the wall of the auditorium and said to my friend,
“Around 1,5 years from now I will be here doing my graduation..”

May 1st, 2013
At that time I was struggling and almost dying because of the thesis. And on the sunny afternoon, me and a friend just got the information about the defense and graduation schedule. It would be held in July.
Me: It’ll be great doing the graduation in July. Because it can be a birthday gift for my mom..
Friend: Wow! You will give her a really astonishing gift, then. When is your mom’s birthday?
Me: 10th of July.

July 10th, 2013. 13.44 CEST
I was dialing my mom’s phone number. I hold my breath so I wouldn’t cry.
Mom: Nyanya?
Me: Assalammualaikum. Ma, alhamdulillah, I’ve gradua….
Mom: Why are you calling? Isn’t it expensive??
Me: ..ted. Yes it’s expensive and I don’t have enough credit. I just wanna let you know that I..
Mom: How was the graduation?
Me: .. Maaa.. Listen to me, I’ve graduated with a very good grade and this is your birthday..
Mom: Alhamdulillah! Ayah, Nyanya is calling. She said, she has gradua.. Tut!

The call was ended. I hate international call.

That day was my mom’s birthday and I just finished doing my defense and graduation ceremony in the auditorium I’ve touched 1,5 years ago.

This year I gave my master degree as a gift for my mom’s birthday. And I hope I can give a son-in-law for her birthday next year :)

The big auditorium

Taken by Eka Perwitasari

Cerita Empat Hari

Di bulan Mei kemarin saya memutuskan untuk kabur sebentar dari rutinitas ngerjain tesis yang super ngebuat galau. Jadilah saya pergi selama 4 hari ke Jerman untuk ketemu A4. A4 bukan jenis ukuran kertas bukan juga saingan F4, tapi julukan empat mahasiswi rantau di Eropa yang keren abis. Haha.

Jadi A4 itu artinya the Awesome Four. Siapa yang nyiptain julukan ini? Pastinya saya. Apakah disetujui sama ketiga orang lainnya? Pastinya tidak. Mereka malu karna kok udah gede masih buat julukan ala-ala ABG kayak gini. Tapi mau dikata apa, julukan A4 cepet dikenal sama temen-temen mahasiswa Aceh lainnya, jadi yasudahlah ya..
A4 ini terdiri dari saya sendiri yang kuliah di Calabria (Italy), Mira di Bonn (Jerman), Aida di Dessau (Jerman), dan Kiki di Jena (Jerman).

A4 yang super hokeh (Aida - Kiki - Mira- Nyanya). Taken from Aida's album

A4 yang super hokeh (Aida – Kiki – Mira- Nyanya). Taken from Aida’s album

Jadi saya pertama kali kenal mereka di Frankfurt setahun yang lalu. Dan sejak itu karena jarak yang membentang, tugas yang menumpuk, dan duit yang ngepas, jadilah kita gak pernah ketemu lagi padahal hubungan kita semakin deket. Kita bahkan punya message bareng yang isinya sangat gak jelas. Mulai dari curhat mellow berat, tentang kuliah, sampe pamer, “hari ini aku makan eskrim doong.” “oh eskrim. Kalo aku hari ini cuman makan tauco + ayam sayur + nasi uduk sih.”
Krik.

Akhirnya setahun pun nyaris berlalu dan akhirnya saya memutuskan untuk trip silaturahmi ke Jerman, ke Bonn tepatnya, ke tempat Mira. Kiki dan Aida pun begitu, mereka berangkat dari desanya masing-masing menuju Bonn yang katanya untuk menyambut kedatangan saya, sang Nyonyah dari Italy. Haha.

17 Mei 2013
The D day! Akhirnya saya berangkat dari Rende ke Jerman, tepatnya ke Weeze, kota pinggirannya Dusseldorf. Maklum aja klo naik pesawat murah semacam Ryan Air pasti kedapetan airportnya di kota-kota yang entah ada dimana lokasinya. Saya berangkat dari apartemen jam 06.30 dan setelah ngalamin berbagai cerita dramatis (nanti aja diceritainnya) dan buat jantungan, akhirnya saya sampai Weeze jam 16.00. Jauh yaaa. Dari Weeze, saya lanjut naik bus airport ke Koln karna tim penyambutan udah nunggu disana.

Sampailah saya di Koln jam 19.30. Begitu turun dari bus, wusss, angin dingin langsung berhembus-hembus. Saya yang dengan cerdasnya mikir klo suhu di Jerman sama aja kayak di Italy yang udah panas, cuman bisa pelukan sama syal sambil nungguin A4. Saya SMS Mira nanya dia ada dimana tapi gak dijawab. Akhirnya saya mutusin buat nunggu mereka di stasiun kereta. Karna saya adalah orang yang panikan, jadilah kebayang gimana klo seandainya SMS ke Mira gak sampe akhirnya saya gak bisa ketemu Mira dan saya harus tidur di stasiun sambil pelukan sama backpack. Tapi, alhamdulillah, pas saya lagi ngeliatin orang-orang yang lalu lalang, tiba-tiba ada segerombolan orang yang mukanya familiar. Satu dari gerombolan itu langsung lari-lari kecil ke arah saya ala-ala Cinta di AADC, “Nyanyaaaa..” panggil si Kiki. Dan saya pun ikutan lari-lari cakep ke Kiki.

Makan di Vapiano

Makan di Vapiano. Taken from Aida’s album.

Akhirnya kita semua cari restoran buat makan malem. Jadi selain A4 ada juga Sayed, Bang Lodi, Bang Zuhra, dan Kak Sari. Ah senangnya ketemu mereka. Dan kita setelah ngobrol-ngobrol rame, beneran rame karna sampe diliatin sama Mbak-mbak Jerman sambil senyum-senyum, kita jalan-jalan ke jembatan Koln.

Jembatan Koln itu katanya adalah jembatan dengan gembok cinta terbanyak di Jerman. Jadi di Jerman ada suatu tradisi untuk menggantungkan gembok yang ditulisin dengan nama kita (mereka maksudnya. Kita siapa deh..) dengan pasangan masing-masing di jembatan dengan harapan cinta mereka akan kekunci kayak si gembok. Si kunci sendiri dibuang ke sungai. Nah lucunya gembok-gembok ini bentuknya beda-beda. Ada yang kayak gembok biasa dengan ukuran yang biasa juga, ada yang kayak lempengan seng doang, dan ada juga yang ukurannya lebay gedenya. Mungkin ada yang mikir klo semakin gede gembok, akan semakin gede juga cinta mereka kali yah haha.

Jembatan Koln

Jembatan Koln (Hohenzollern Bridge)

Sungai Rhein

Sungai Rhein

Dideket jembatan, ada gereja menjulang yang baguuuus banget. Yang kata Kiki itu adalah gereja gotik tertua di Jerman.

Koln Cathedral

Koln Cathedral

Kita sampe apartemen Mira nyaris jam 12 malem.
Mira: Aku laper, mau masak. Ada yang mau makan gak
Saya: Gak Mir, makasih.. Ntar dietnya hancur. *minta ditoyor*
Kiki: Ki laper sih tapi klo makan tengah malem…
Aida: Aida nanti cicip-cicip aja ya..
Mira: Aku ada tuna tumis asam sunti sih sama nasi anget
Lalu si Mira dengan cueknya ngeloyor keluar kamar. Gw dan Kiki liat-liatan. Jadi, Mira itu terkenal sama masakannya yang enak-enak. Mumpung dimasakin Mira masa’ sih saya masih sok-sokan diet.
Saya: Miraaa, aku mau deh.
Kiki: Ki juga..
Haha.
Dan bener dong masakannya enak. Aida yang awalnya mau icip-icip doang akhirnya jadi ngambil piring sendiri.

18 Mei 2013
Habis makan, entah karna alesan kalo abis makan itu gak boleh langsung tidur, atau karna mau nunggu waktu subuh (jam 03.30), atau karena sayang klo buru-buru tidur padahal kita udah lama gak ketemu, akhirnya kita main kartu. Kiki si Ratu Capsa ngajarin kita main capsa dan ujung-ujungnya si Kiki malah kalah terus dan permainan capsa-nya selalu dimenangin sama Aida padahal dia mainnya sambil ngerjain projek tesisnya. Saya antara kagum dan sebel Ai menang terus, akhirnya ngajak main kartu tepok yang butuh konsentrasi tinggi. Dan bener aja si Ai akhirnya kalah terus hahaha.

Siangnya kita jalan-jalan ke apartemennya Bang Zuhra dengan harapan dimasakin Bang Lodi yang katanya kemampuan masaknya sungguh membanggakan. Akhirnya kita makan siang menjelang sore dengan menu: ayam sambel ijo ala Bang Lodi, martabak mesir ala Kiki, tumis tempe dan sayur mentimun yang Aceh banget ala Mira. Senangnyaa.. Habis itu kita jalan-jalan ke taman di Bonn yang luas banget dan piknik sambil main kartu (lagi) dipinggir danau.

Nyam Nyam!

Nyam Nyam!

 

Danau di Bonn

Danau di Bonn

Taken by Aida

Taken by Aida

19 Mei 2013
Hari ketiga!
Jadi hari ini Kiki ceritanya mau masak sushi buat kita karna beberapa bulan yang lalu saya ngebujuk-bujuk Kiki buat masakin sushi haha. Kita, A4 + Bang Lodi + Bang Zuhra + Sayed, pun memutuskan buat makan siang outdoor.
Mira: nanti kita bakal ngelakuin pendakian, Nya.
Saya: ngedaki bukit gitu?
Mira: yaa.. kirakira begitu.
Karna Mira bilang ‘mendaki’ ya yang ada dibayangan saya semacam ngedaki bukit yang rada terjal, bakal ngos-ngosan, dan harus jalan hati-hati biar gak kepeleset. Begitu udah diluar apartemen Mira, Mira nunjukin tempat mendaki kita yang ternyata cuman undakan rumput yang ‘pendakiannya’ cuma butuh 2 langkah.
Krik.
Akhirnya kita dapet tempat piknik yang asyik, ditengah-tengah hamparan rumput dan dibawah pohon besar.

Sushi dan martabak telor buatan Kiki

Sushi dan martabak telor buatan Kiki

Sibuk main kartu sambil ngemil. Taken by Aida.

Sibuk main kartu sambil ngemil. Taken by Aida.

Setelah berjam-jam main kartu (lagi) sambil ngemil sushi, martabak telor, jeruk, dan coklat, kita balik ke apartemen Mira buat siap-siap makan malem. Mira masakin Mie Aceh pake udang. Yeyyyy! Setelah dua tahun gak bersua akhirnya kita jumpa lagi ya Mie Aceh *pelukan sama Mie Aceh*
Kebayang kan kegiatan tripnya kali ini cuman main, makan, main, makan. Hahaha.

Mie Aceh, Maaaak!

Mie Aceh, Maaaak!

20 Mei 2013
Hari ini saya balik lagi ke Rende. Perjalanannya dimulai jam 00.30 pagi secara dramatis dan deg-degan lagi (ceritain nanti aja karna deg-degan). Sampai bandara Weeze jam 04.30 dengan penerbangan jam 10.00. Dan akhirnya sampai apartemen jam 16.30 dengan mata berkantong karena cuma tidur sejam di bus, capek, tapi super senang karena udah ketemu temen-temen di Jerman.

Kadang, bagi saya, gak perlu trip yang harus banyak jalan-jalannya dan harus ngedatengin semua tempat. Tapi trip silaturahmi yang cuman diisi sama ngobrol, main, masak-masak, dan makan sudah lebih dari cukup dan bisa ngebuat mood saya naik lagi.
Terima kasih ya A4, Bang Lodi, Bang Zuhra, Sayed, dan Kak Sari :)

Kista yang Nakal

Rende, 16 Juni 2013.

Pernah nonton film Test Pack yang diangkat dari novel karya Ninit Yunita? Film itu bercerita tentang sepasang suami istri yang saling menuduh satu sama lain ketika sang istri gak kunjung hamil. Dan saya cuman mau bilang kalau aktingnya Reza Rahardian keren di film itu. Hehe.

Anyway, masalah reproduksi memang sangat krusial, apalagi buat perempuan. Gak sedikit perempuan yang panik kalau haidnya gak teratur atau tiba-tiba mogok di jalan padahal dia belum menikah dan memang bukan pelaku seksual aktif. Saya salah satunya.

Dulu, di tahun 2009 ketika saya sedang menyelesaikan skripsi, mendadak haid saya tidak teratur, dan sempat selama beberapa bulan si H itu gak kunjung dateng. Saya panik, Mama juga ikutan panik. Akhirnya saya dan Mama berangkat ke ginekolog RS Pasar Rebo. Setelah saya di USG dan di’ketok-ketok’ perutnya sama Dokter, dia bilang semuanya baik-baik aja, gak ada yang perlu dikhawatirkan.

Dokter: Kamu lagi ngelakuin suatu hal yang  buat stres gak?
Saya: Lagi ngerjain skripsi sih.
Dokter: Naaah, yaudah kamu gak teratur H-nya karna lagi skripsi. Makanya jangan stress-stress atuh, Neng, santai aja..

Hih. Dokter enak udah lulus kuliah, diterima di Fakultas Kedokteran lagi. Saya nyoba SPMB 2 kali di FK gagal terus.

Akhirnya saya disuruh mengonsumsi pil KB yang katanya bisa membereskan hormon yang berantakan. Akhirnya setelah beberapa kali minum pil-pil mini itu, si H datang. Dan bener kata Dokter, setelah saya akhirnya sidang si H langsung lancar jaya.

Setahun berlalu dan saya saat itu sudah bekerja di perusahaan biskuit, disitulah si H mendadak ngambeg lagi. Gak total berhenti tapi datengnya jarang-jarang. Akhirnya karena saya penasaran dan juga punya asuransi dari kantor, saya dateng ke ginekolog dan akhirnya di USG lagi. Pas lagi di USG itu, Bu Dokter mengangguk-ngangguk sambil ngeliat monitor USG. Saya deg-degan dong. Dia akhirnya ngeprint hasil USG.

Dokter: Kamu punya Kista..

APAAAAAH???

Saya: Oh gitu Dok. Terus gimana?
Dokter: Ya gak gimana-mana.. Kistanya ada di saluran sel telur makanya kamu susah haidnya. Kista kamu sekarang ukurannya 7,5 mm.
Saya: *panik tapi sok cool* itu sebabnya apa Dok? Sembuhnya gimana?
Dokter: Nasib aja kamu punya kista.. Jadi setiap perempuan memang punya kista ketika sel telurnya gak dibuahi. Ukuran kistanya gak lebih dari 4mm tapi akan mengecil dengan sendirinya. Kamu aja yang nasibnya kurang bagus karna kistanya malah membesar.

Etdah, si Dokter.

Dokter: Kita tunggu aja ya sampe 3 bulan kedepan bagaimana kista kamu. Kalau makin besar ya operasi.
Saya: gak ada cara lain Dok?
Dokter: Biasanya kista juga bisa luruh ketika perempuan melahirkan. Jadi kamu nikah aja..

Ya kira-kira aja Dok nyari suami buat nyembuhin kista.

Yasudah karna gak mau operasi, akhirnya saya cari-cari pengobatan alternatif dan alhamdulillah ketemu. Jadi pengobatan ini dijalanin sama dokter yang memang dia lebih mendalami pengobatan herbal setelah dia seminar ke Cina dan Belanda dan juga setelah tau betapa bagusnya efek obat-obatan herbal dibandingkan obat-obatan kimiawi.
Disitu saya disetrum. Hahaha.
Jadi perut saya ditusuk jarum akupuntur yang dihubungin ke mesin setrum. Aliran-aliran listriknya yang kemudian membuat si kista mengecil. Selain itu saya juga dikasih pil herbal dan beberapa pantangan, kayak: coklat, susu sapi, keju, gorengan, soda, makanan ber-MSG, dan fast-food. Hasilnya? Saya kurus. Horee! Dan kistanya alhamdulillah hilang dalam waktu dua bulan, si H akhirnya datang dengan lancar sampai bulan Januari 2013 kemarin.

Bulan-bulan pun berlalu tanpa si H dan saya makin panik. Akhirnya saya konsultasi ke dokter kampus dan dirujuk ke lab untuk USG. Selama perjalanan ke USG saya berdoa terus semoga gak ada kista karna biaya untuk nyembuhin kista memang cukup mahal dan saya sekarang cuma seorang mahasiswi rantau bersahaja yang harus nabung mati-matian kalo mau traveling.
Dan ternyata alhamdulillah hasilnya normal. Gak ada buletan kista di rahim ataupun bayi disana. Haha. Si Dokter bilang, mungkin saya stress karna tesis.

Serius ya, ini skripsi sama tesis kok ya bisa-bisanya buat sistem reproduksi saya ikutan stress.

Yasudah, bulan demi bulan berlalu, akhirnya kemarin lusa saya berhasil ngedapetin approval tesis dari profesor dan si tesis sekarang udah ada di fotokopian untuk proses penjilidan. Dan bener kata dokter, semua itu karna tesis, karna si H udah dateng. Alhamdulillah hore!

Jadi intinya temen-temen, sebisa mungkin jauhin makanan dan minuman yang tadi dokter saya sebutin. Dan juga kalau bisa jangan terlalu sering kepapar polusi udara, karna itu bisa jadi salah satu penyebab kista. Kalau kamu sekarang lagi kena kista, jangan langsung operasi dulu ya, karna posisi kista itu beragam, dan rada serem kalo ada di saluran ovarium dan kamu malah operasi. Jadi ya mending cari-cari pengobatan herbal dulu aja.

Okey, sampai jumpa tesis, selamat datang H yang teratur.

Oiya, kalo kamu pingin baca-baca tentang kista bisa disini:
http://pengobatankistaovarium.blogspot.it/2013/01/penyebab-dan-jenis-kista-ovarium.html

Teruntuk: Ibu Dosen Pembimbing Tesis

Rende, 5 Juni 2013
Kepada YTH Ibu Dosen Pembimbing Tesis
Di Tempat

Halo Ibu,
Saya menuliskan surat ini dalam Bahasa Indonesia karena setahu saya Ibu tidak paham dengan bahasa ini. Karena kalau Ibu mendadak paham surat ini mungkin Ibu akan ngambeg dan gak akan mau email-emailan lagi dengan saya.

Ibu, saya ingat pertama kali saya melamar Ibu sebagai dosen pembimbing saya. Saat itu masih musim dingin dan selepas kelas saya mendatangi Ibu dan mengajukan proposal tesis saya yang Ibu respon dengan muka sumringah.

Bulan demi bulan berlalu. Diawali di bulan Desember ketika saya mengirimkan bab 1 saya dan sampai bulan Februari saya masih saja menerima ajuan revisi dari Ibu. Hati saya waktu itu koyak dan bahkan nafsu makan saya hilang. Sampai akhirnya di awal bulan Maret Ibu mengatakan saya bisa lanjut ke bab 2. Mendadak hari-hari kelam menjadi berwarna dan nafsu makan saya balik lagi seperti semula (ah tidak). Bab 2 dan 3 berjalan lancar hanya dengan satu revisi Ibu meminta saya terus maju ke bab berikutnya.

Yang saya kagum dari Ibu adalah semangat Ibu dalam merespon mahasiswi Ibu yang semangat ingin lulus di Bulan Juli-nya sedikit kelewatan.

Dulu saya sengaja mengirimkan revisi ke Ibu hari Jumat malam karena saya pikir saat itu Ibu pasti sudah mulai menikmati weekend dan akan merespon saya di hari Senin pagi. Dan saya pun akhirnya memiliki beberapa hari bebas tanpa teror tesis. Tapi Ibu ternyata sungguh rajin, email saya langsung di balas setengah jam berikutnya berikut dengan revisi. Saat itu juga saya mengucapkan alhamdulillah karena memiliki dosen yang responsif dan terpaksa harus melambai dengan pasrah ke hari Sabtu dan Minggu yang tidak akan sempat saya nikmati dengan bahagia.

Akhirnya saya merubah metode pengiriman tesis menjadi hari Minggu malam dengan pikiran bahwa ya hari Minggu gitu, dosen kan juga pasti liburan. Tapi ternyata tidak, Ibu dengan segera membalas email saya dan memberi tahu mana saja bagian yang kurang dari tesis saya.
Saat itulah saya paham, Ibu layaknya toko Seven-Eleven yang aktif 24 jam. Dan saya bersyukur telah memilih Ibu sebagai dosen pembimbing saya.

Waktu terus berjalan dan Ibu pun mengamini keinginan saya untuk sidang tanggal 9 Juli depan yang berarti saya harus mengumpulkan tesis paling lambat tanggal 17 Juni ini.

Tapi Ibu dosenku tersayang, mengapa siang ini saya menerima revisi bab 1 lagi yang dilengkapi dengan kalimat ‘the revision for the following chapters will be sent in the short time‘, dan sekarang saya deg-degan gak karuan menanti revisi bab 2 sampai bab 5.

Ibu, dalam hidup kita harus selalu move on. Yang lama biarkan menjadi kenangan. Bab 1 yang sudah saya revisi sampai 4 kali dalam waktu 3 bulan kenapa harus diubah lagi isi dan strukturnya? Kenapa Ibu belum berhasil move on? Saya saja sudah.

Tapi yasudahlah, Ibu tahu yang terbaik.
Saya akan berusaha mengerjakan semua revisinya dengan bismillah.
Semoga pada akhirnya apa yang Ibu dan saya aminkan, yaitu lulus di bulan Juli, bisa tercapai dengan gemilang.

Terima kasih banyak Ibu atas semua bantuan dan email-emailan tengah malamnya.

Mahasiswimu yang selalu banyak maunya,
Isyana

Jadi, adakah yang salah?

Rende, 2 Juni 2013. 19.46 CEST.

Kalimat yang sering banget saya dengar dalam seminggu ini adalah ‘berubah’.
“Kamu udah berubah..”
“Dia sekarang udah gak kayak dulu, berubah.”
“Iya, aku memang udah berubah..”

Semua tentang perubahan. Dan satu sama lain saling menuduh kalau dialah yang berubah.

Dan saya?

Iya, saya mungkin sudah banyak berubah sejak kuliah di Jatinangor dulu dan banyak juga berubah beberapa bulan belakangan ini.

Tadi sahabat saya baru saja menuduh saya sudah berubah karena saya bosan ketika menonton Rectoverso,
“@cutisyana no wonder lo merasa sdkit bosen dgn #rectoverso, karena lo udah berubah, makanya gw yakin lo bakal suka #supernova :)))”

Yah apapun itulah, tapi memang saya gak sama dengan Nyanya 3 tahun yang lalu atau 2 bulan yang lalu. Banyak hal yang membuat saya gak sama seperti dulu, karena pengalaman, orang lain, keinginan diri untuk menjadi lebih baik, atau untuk menjaga diri agar tidak melakukan kebodohan yang sama.

Untuk saya, ada perubahan yang memang terjadi secara permanen atau hanya temporer.

Perubahan kontemporer seperti contohnya yang terjadi 5 bulan belakangan ini, ketika saya lebih suka mengurung diri di kamar daripada jalan-jalan ke rumah teman, demi merenungi tesis. Haha.
Sampai-sampai ketika saya bertemu dengan teman-teman saya, kalimat pertama yang mereka ucapkan adalah,
Isyana, where have you been?”
“Oh my, you’re still alive,” dan
“ni anak, gak pernah keliatan dimana-mana deh!”

Sampai-sampai ada beberapa teman yang bela-belain ke kamar saya demi melihat saya. Makasih buat usahanya ya.

Tapi perubahan jadi ‘anak kamar-an’ itu cuman sementara. Sehabis tesis ini selesai, saya pasti kembali jadi Nyanya yang selalu ada dimana-mana.

Tapi juga beberapa bulan terakhir saya mengalami perubahan yang saya harapkan permanen. Berubah menjadi lebih skeptis terhadap satu hal, lebih kuat, dan lebih logis dalam memandang apa yang sedang dan akan terjadi.

Perubahan bagi saya bukan trend. Tapi kalau kita bisa melihat sedikit saja mengapa orang didekat kita berubah sikapnya terhadap kita, kemungkinan alasannya ada dua: karena kita atau karena dia memang sedang ingin berubah.

Pertanyaannya, adakah yang salah bila saya berubah? Bila kita berubah?