Mahasiswi yang Iri-an

Rende, 30 Maret 2013. 12:12 CET

Gw termasuk di dalam kelompok manusia yang bila ingin mendapatkan sesuatu harus bekerja keras dan banyak berdoa, gak cuman dengan menunggu keajaiban atau meminta ke orang tua.

Dulu, sehari setelah gw lulus sidang dan akhirnya menerima gelar sarjana Ilmu Komunikasi gw dan beberapa sahabat gw langsung meluncur ke ITB job fair untuk hunting lowongan kerja. Dan saat itu, perjuangan baru dimulai sampai sekitar dua bulan kedepan (bagi gw) sampai akhirnya gw diterima di perusahaan biskuit di dalam program Management Trainee.

Perjuangan mencari kerja adalah hal yang sebenernya ngebuat gw paling males kalau harus diulang-ulang lagi; harus membuat CV yang bagus, apply lamaran kemana-mana dan gak lupa nyatet perusahaan dan posisi apa yang gw lamar (biar ketika gw ditelepon sama HRDnya gak akan terjadi percakapan, “Maaf Bu, saya ngelamar posisi apa ya di perusahaan Ibu? Hehe..” Lalu si Ibu menutup telepon dengan kesal), naik turun bus di Jakarta dan Bekasi, dan deg-degan nunggu hasil tes atau interview. Nyaris setiap hari.

Dulu, sebulan sebelum gw dan Niken sidang, kita liat-liat FB temen yang counting days di status Fbnya. Kita kira si temen ini sedang counting days menuju hari sidang. Tapi ternyata, setelah kami sama-sama disidang, si temen ini sedang menghitung hari keberangkatan dia ke Eropa sebagai hadiah kelulusan. Hahaha. Gw dan Niken waktu itu cuman bisa menatap iri foto-foto Eropa si temen, “dia lulus langsung ke Eropa buat liburan. Kita ke ITB buat cari kerja, Nya! Kita gak punya liburan!”

Dan sekarang, setelah 3 tahun lebih berselang, si temen udah setaun lulus kuliah dari Belanda dan sekarang sedang bekerja di Jakarta, Niken sekarang bekerja di Google Singapore, dan gw sedang kuliah di Italy dan sudah mendatangi tempat-tempat yang dulu sempat gw iri-in di foto-foto si temen itu. Ternyata kerja keras gw dan Niken membuahkan hasil yang bagus, apa yang kita inginin waktu itu alhamdulillah pelan-pelan kecapai.

Kadang mungkin perlu sedikit iri dengan kondisi orang lain selama kita bisa mendorong rasa iri itu ke hal yang lebih positif. Dulu mungkin karna gw iri dengan foto-foto temen tersebut, gw jadi sering melihat-lihat album Eropanya dan tanpa gak sadar gw memasukkan niat ke otak gw sendiri agar suatu hari nanti gw harus bisa ke tempat-tempat yang ada di foto. Dan hasilnya, gw jadi makin termotivasi untuk mencari beasiswa di Eropa.

Dan sekarang gw sedang iri dengan banyak hal lain. Iri dengan orang-orang yang akhirnya bisa berkumpul lagi dengan keluarga mereka. Iri dengan orang-orang yang seenaknya bisa makan bebek goreng, tempe, mie aceh, gorengan pinggir jalan kapan aja mereka pingin. Iri dengan sahabat-sahabat gw yang udah berhasil settle secara finansial. Dan iri dengan mereka yang akhirnya sudah settle down dengan pasangan mereka.

Dan gw akan mengubah rasa iri ini ke hal-hal yang positif. Semoga semuanya bisa pelan-pelan tercapai dalam waktu dekat. Bismillah.. :)

Soekarno Hatta - 18 bulan yang lalu

Soekarno Hatta – 18 bulan yang lalu

Saatnya Berpisah :)

Pagi ini gw mendapatkan kabar dari seorang sahabat baik gw di Rende mengenai tanggal kepulangannya ke Indonesia, for good. Dan ketika melihat tanggalnya, gw langsung mengecek berapa hari tersisa yang bisa gw gunain untuk ngabisin waktu bareng dia.

Kedengeran posesif ya? Hahaha.

Tapi gw benci perpisahan, walaupun sebenernya setelah kita jauhan kita akan tetap dekat, bisa saling cerita, dan saling mendukung. Tapi akan ada banyak hal yang berubah. Gw gak akan dengan mudahnya mendatangi kamar dia untuk sekedar curhat atau numpang pakai kamar mandi, atau numpang makan, atau nonton film bareng.

Dan sekarang gw jadi berpikir kenapa gw gak terlalu suka sama perpisahan, karena toh sebenernya gw udah beberapa kali mengalami hal seperti itu dan ternyata semua berjalan baik-baik aja.

Ketika gw akhirnya jauhan sama sahabat gw, Niken, misalnya, gw nangis-nangis di bus bandara karena gak sempet menemui dia sebelum flight. Dan setelahnya selama beberapa hari gw masih merasa sedih karena akan ada banyak hal yang berubah. Semua kenyamanan yang gw miliki bareng dia harus sedikit diubah. Dulu gw yang bisa menelpon dia kapan aja gw butuh, menjadi gak bisa, karena international call sangat mahal. Dulu kapanpun gw ngerasa bosen di waktu weekend gw bisa dengan mudahnya ngebujuk-bujuk dia buat jalan bareng menjadi gak bisa lagi karena gw harus nunggu dia balik ke Indonesia. Itu yang dulu sering gw pikirin. Tapi akhirnya beberapa bulan setelahnya giliran gw yang ninggalin dia ke tempat yang lebih jauh. Dan lucunya, gw gak sesedih ketika Niken ninggalin gw beberapa bulan sebelumnya.

Apa jangan-jangan sebenernya gw sedih karena gw adalah pihak yang ditinggalkan, bukan yang meninggalkan?

Karena ketika kita meninggalkan seseorang atau sesuatu, kita berjalan menuju hal baru yang menarik, sehingga rasa sedih itu gak terlalu terasa. Tapi ketika kita ada diposisi yang ditinggalkan, semua hal akan berjalan sama saja tanpa ada hal baru yang bisa mengalihkan rasa sedih kita dari orang yang udah meninggalkan kita. Tentu aja semua rasa sedih itu akan berangsur-angsur hilang, tapi butuh waktu untuk membiasakan diri dengan rutinitas dan kenyamanan yang baru.

Atau mungkin gw gak suka perpisahan bukan karena jarak yang akan terbentang diantara gw dan orang yang akan pergi itu, tapi karena akan ada banyak hal yang berubah, dan kemungkinan besar KITA yang akan berubah.

Bagus kalau malah membuat kita makin dekat, tapi akan sangat sedih kalau jarak itu akan membuat kita jadi jauh.

Kalau kata Keane, “Everybody’s changing and I don’t feel the same”.

Manusia cenderung untuk berubah, entah itu terjadi secara berangsur-angsur atau BOOM! Mendadak berubah. Hahaha.

Bahkan mungkin gw pernah begitu bagi beberapa orang, gak sama lagi kayak dulu, entah dimata mereka gw berubah menjadi seseorang yang lebih baik atau buruk.

Yasudahlah, bagaimanapun akan selalu ada perpisahan dengan orang-orang yang kita sayang. Akan selalu ada momen dimana kita harus melepaskan sesuatu yang membuat kita nyaman. Dan akan selalu ada masa dimana kita harus siap mengalami perubahan, didiri kita sendiri atau orang yang kita sayang itu :)

Rende, 28 Maret 2013. 14:35 CET

Selamat Datang di Italia! (Bagian 3)

Senin, 25 Maret 2013. 17.09 CET

Banyak temen-temen gw yang berpikir kalau kerjaan gw dan temen-temen Indonesia disini lebih sering jalan-jalan dan belanja dibandingkan belajar. Nah, kalian gak salah, tapi juga gak bener. Karena kita disini berusaha keras untuk bersenang-senang sambil kuliah dan sambil juga mencari jati diri (halah!).

Jadi gw akan menceritakan sedikit mengenai kegiatan anak-anak Indonesia di Rende.

1. Belajar
Keren ya, kegiatan kita banyakan adalah belajar dan kuliah. Gak percaya? Harus percaya. Karena bagaimanapun, kita jauh-jauh dilempar ke Italia karena ingin mendapatkan ilmu. Dan juga kalau kita gak kuliah yang bener, beasiswa kita akan dicabut dan dilempar balik ke Indonesia dengan perasaan malu. Hahaha. Jadi bagi gw, hal yang paling bisa banget ngebuat galau adalah masalah pendidikan apalagi dalam masa-masa thesis kayak gini.

Dulu gw mikir, kenapa ya temen gw galau banget pas thesis, moodnya kadang berantakan, dan sangat butuh support dari banyak orang. Dan sekarang gw ngalamin. Baru 3 bulan gw mulai menjamah thesis daaaan hidup gw berubah menjadi mellow-dramatis. Chat dari temen gw yang cuman nanya gw lagi ngapain bisa berlanjut jadi telepon setengah jam dengan gw yang nangis-nangis sambil nyeritain bab 1 gw yang harus direvisi untuk ke-4 kalinya. Ditambah lagi 3 minggu lalu selera makan gw mendadak hilang. Gw cuman sanggup makan 3-5 suap, lalu mendadak mual (oiya, gak napsu makannya cuma buat makanan Italy, bukan makanan Indonesia). Beberapa temen gw jadi menebak, “kok lo gini sih makannya, Nya? Kepikiran siapaaaa?” Sambil masang muka kepo.
Dan gw cuman termangu dan ikutan mikir, “iya, gw mikirin siapa dan apa sih?” Karena memang banyak banget hal yang berputar-putar di otak gw.

Baru kemarin gw tau jawabannya, karena mood makan gw sudah kembali seperti biasa (ah tidaaaak! Selamat tinggal singset. Ihik) setelah gw menerima email yang berisi, “Isyana, you’ve done a good work. Please continue to the 2nd chapter of your thesis..” Dan saat itu juga gw merasa menjadi wanita terbahagia se-Rende.

2. Makan-makan
Kita disini selalu membuat acara apapun dengan embel-embel makan-makan. Karena kita sama-sama tau kelemahan utama kita adalah makanan enak dan gratis. Hahaha. Acara meeting PPI, misalkan, pasti ada embel-embel ‘ada makan-makannya ya nanti’, atau acara syukuran, dan acara Isra Mi’raj. Dan kita eh gw sangat beruntung karna punya temen-temen yang tingkat kejagoan masaknya sangat super. Dengan bahan masakan seadanya, mereka bisa buat sate, soto, rawon, kari ayam, dan sekarang gw ikutan laper ngebayanginnya.. Bahkan ada 2 temen kita yang bisa ngebuat kecap manis sendiri.

3. Pacaran
… sama internet. Iya, sebagai mahasiswa, kita punya hubungan yang sangat romantis dengan internet yang kalau tiba-tiba koneksi internet kampus bermasalah (kita pakai internet sentral dari kampus), reaksi kita akan selalu:

1) Panik lalu sibuk menelpon semua temen, “internet lo nyalah gak? Internet gw matiiii!”
2) Kalau ternyata internet beneran mati, kita semua akan berkeluh-kesah dan menggalau di sos-med via handphone, “kenapa ya internet pake acara mati pas weekend.. sigh.”
3) Menerima dengan ikhlas internet mati lalu ngebuat acara ngumpul-ngumpul
4) Tetep nanya ke temen-temen dengan harapan internet udah nyalah.

4. Hunting tiket kereta atau pesawat murah
Sayang dong pastinya kalau kita udah jauh-jauh ke Eropa tapi gak jalan-jalan, apalagi kita punya akses yang bernama permesso di soggiorno atau sejenis stay permit di Italy yang ngebuat kita gak perlu repo-repot buat visa lagi untuk memasuki negara-negara Schengen.

5. Memperkenalkan Indonesia atau bahasa kerennya jadi Duta Indonesia
Tinggal di luar negeri membuat rasa cinta negara sendiri lebih besar, apalagi cinta makanan Indonesia-nya. Jadilah kita disini sering mengompori temen-temen negara lain untuk dateng ke Indonesia, gak cuman ke Bali, tapi ke daerah-daerah lainnya. Dan juga kita punya tugas besar untuk menginfokan kepada beberapa orang bahwasanya Bali bukanlah negara, tapi salah satu provinsi di Indonesia.

Kita juga sudah beberapa kali mengadakan acara kebudayaan. Di bulan Mei 2012 kemarin kita membuat acara Indonesian Cuisine di kantin kampus sambil juga menampilkan lagu-lagu dan tarian Indonesia yang ternyata mendapatkan sambutan yang sangat bagus dari temen-temen dari negara lain. Dan di tanggal 15 November kemarin kita membuat acara besar dengan nama Ciao Indonesia, dimana sepanjang hari itu kita membuat seminar mengenai Indonesia, pameran kebudayaan Indonesia, dan di malam harinya kita menampilkan tarian dan fashion show baju-baju adat Indonesia. Serunya, karena ini adalah acara yang cukup besar, kita juga bekerja sama dengan temen-temen dari negara lain yang membuat mereka akhirnya bisa juga menarikan Saman, Lenggang Nyai, Kecak, dan lainnya.

Cucina Indonesiana - Mei 2012

Cucina Indonesiana – Mei 2012

Tari Saman - Ciao Indonesia - Taken by Eka Perwitasari

Tari Saman – Ciao Indonesia – Taken by Eka Perwitasari

6. Ngumpul-ngumpul penting.
Biasanya acara ngumpul-ngumpul ini terjadi karena kita lagi jenuh sama belajar (ciyeee..) lalu kita berkumpul di satu apartemen buat nonton bareng atau main kartu air (siapa yang kalah harus minum air putih berbotol-botol) atau mendadak membuat Harlem Shake. Hahaha.

Kemarin gw mikir-mikir, kalau seandainya gw gak ngambil S2 mungkin gw gak akan pusing thesis dan mungkin sekarang gw udah cukup mapan di Indonesia dan (mungkiiin) lagi siapin pernikahan entah sama pria beruntung manapun itu. Tapi ketika gw mikir lagi, kalau gw gak iseng apply S2 ke Italy, gw gak akan bertemu manusia-manusia lawak Rende ini yang selalu membuat gw ketawa sampai keluar air mata, yang selalu ngebuat gw ngerasa dilindungin dan disayang, yang selalu mensuport gw. Dan juga gw gak akan bertemu dengan banyak orang hebat lagi di sekitaran Eropa yang sekarang menjadi keluarga baru gw :)

Taken by Eka Perwitasari

Taken by Eka Perwitasari

22:22 CET

Hey Belanda apa kabar?

Udah nyaris 6 bulan aku ninggalin kamu, tapi entah kenapa kadang aku merasa aku masih ada disana. Di negara yang dingin, bangun di rumah kecil dilantai 1 dengan badan berat karna penuh tumpukan selimut, dan hanya butuh 10 menit untuk bersiap-siap sebelum aku harus berlari kecil menuju rumah besar yang hanya 5 meter dari rumahku tinggal.
Dan dimulailah hari sibuk seperti biasa. Membersihkan dapur, menyapa si kecil Phil sambil dengan pasrah menerima pelukannya dipinggangku sambil dia menggumam kecil, “Cana!” Buru-buru menyuapi dia roti dan mengajak dia main di halaman rumput yang selalu basah sambil menunggu guru yang setiap hari menjemput jam 9 pagi.

Kemudian kembali kedalam rumah dan menyapa bayi bulat Is yang biasanya hanya akan melihatku dengan matanya yang besar dengan tatapan, “keluarin aku dari penjara iniiii! Aku mau merangkak di lantai!” Lalu aku buru-buru membersihkan lantai agar Is bisa main di lantai.

Ah rutinitas itu. Rutinitas yang sebenarnya selalu aku kutuk-kutuk dan aku harap segera selesai agar aku cepat kembali ke Italy.

Tapi terkadang, ketika aku cuman diam-diam seperti ini kenapa Belanda yang muncul? Kenapa rumah itu yang selalu teringat? Kenapa bayanganmu yang jalan buru-buru didepanku di Amsterdam yang selalu berkelebatan di otakku?

Aku tau aku tidak merindukan perintah-perintah nyonya besar yang selalu freak sama kebersihan dapur atau kamar mandi, atau cakaran Phil yang membuat tanganku penuh bekas luka, atau paniknya aku ketika Is gak mau tidur dan aku harus menggendongnya kesana-kemari sampai dia tidur.

Tapi mungkin aku merindukan pelukan kecil Phil dipinggangku. Cara dia tiba-tiba mendekati mukaku yang waktu itu sedang setengah berjongkok kemudian mencium sudut bibirku dengan tiba-tiba. Bagaimana dia berlari dari jauh dengan tangan terentang sambil berteriak “Cana!”. Atau si kecil Is yang selalu tertawa dengan napas buru-buru setiap dia merasa excited. Yang selalu membuatku harus memutar otak agar gak kalah dengan akal bulusnya tiap dia menolak untuk makan atau pakai baju. Yang kadang membuat mukaku penuh dengan air liurnya karena gak jarang dia mendadak menggigit dagu atau pipiku. Dan juga yang kadang membuat tulang mukaku rada benjol karena ketika dia rewel dia akan menjedutkan jidatnya keras-keras ke mukaku.

Atau mungkin aku merindukan potongan-potongan kenangan itu.
Ketika pertama kali aku melihatmu yang sedang berdiri dengan muka datar sambil menunggu aku naik kereta. Obrolan-obrolan kita di kereta yang gak ada habisnya. Bagaimana kamu yang selalu berjalan meninggalkan aku dibelakang, cara kamu yang ogah-ogahan memegang kamera ketika aku minta foto, atau ketawa terbahakmu yang jelek itu ketika aku balas mengata-ngataimu.

Ingat ketika kita duduk di pinggir kanal untuk makan siang menjelang sore dan kita sibuk bercanda dengan bebek? Kamu melemparkan kentang goreng bersaos A*C pedas ke mereka dan mereka kepedesan dan kita ketawa-ketawa jahil melihat reaksi si bebek. Atau ketika kamu dengan isengnya membuang bungkus saos kosong ke piringku sambil nyengir jail. Atau ketika kamu yang menutup mukamu dengan pasrah sambil menggeleng-geleng mengesalkan ketika mendengar aku yang berbicara hal yang bodoh. Atau ketika kita bersalaman dengan bingung di stasiun karna kita harus pisah kereta dan itu adalah kali terakhir kita ketemu sampai entah kapan.

Aku gak menganggap masa-masa di Belanda itu adalah masa yang paling penting untuk diingat karna setelah itu kita membuat banyak lagi cerita. Tapi kenapa Belanda yang selalu terulang? Kenapa selalu Belanda yang jadi tempat aku ingin kembali?

Karena disitu aku terakhir melihatmu secara langsung  dan benar kata kamu, entah kapan kita akan ketemu lagi.

Katamu perkenalan kita adalah akibat dari konspirasi.
Jadi kalau aku boleh meminta, aku ingin satu konspirasi lagi yang membuat kita bisa bertemu dan aku bisa melihatmu berdiri didepanku. Dan aku benar-benar gak akan peduli kalau kamu akan terus menggeleng-geleng kepala dengan tatapan, “kok lo bodoh bener sih?” Aku gak peduli kalaupun harus mendengar kamu ngomel-ngomel sambil menjelaskan jawaban dari pertanyaan remeh-temehku. Aku gak peduli walaupun kamu selalu meninggalkanku jalan dibelakang sendirian.
Aku cuman pingin ketemu kamu, di satu tempat di dunia ini.

Rende, 17 Maret 2013. 22.22 CET

Leiden

Leiden

Assalammualaikum, Ma

NB: Hai kalian yang menemukan postingan ini setelah googling dengan kalimat yang tidak senonoh, maaf ya postingan ini berisi tentang curhatan seorang anak rantau kepada Ibunya. Jadi tolong, sebelum buka blog ini, baca yang bener dulu judulnya. And seriously why do you have that such nasty imagination to your mothers? Even animals are more polite than you!

Rende, 14 Maret 2013. 19.32 CET

Assalammualaikum Mama,

Lagi apa? Pasti udah tidur ya..

Mama, Nyanya sedih karena sekarang susah buat ngobrol sama Mama. Entah kenapa YM di leptop Nyanya berkhianat dan selalu eror setiap Nyanya klik opsi kirim SMS. Padahal Nyanya pingin cerita banyak sama Mama dan seneng kalau setiap Nyanya nyalahin leptop selalu ada denting pesan SMS-YM masuk dari Mama.

Padahal baru hari Minggu kemarin ya Ma kita skype-an dan Nyanya ngeliat muka Mama di LCD yang gelap banget, yang keliatan cuma gigi Mama saking redupnya cahaya di ruang keluarga di rumah kita. Kenapa posisi taro leptop di rumah gak diubah aja Ma biar Nyanya bisa ngeliat muka Mama dengan jelas tanpa harus disenterin atau tanpa Mama pura-pura sok-sokan nakut-nakutin Nyanya dengan muka yang disenterin dari bawah?

Ma, kalo seandainya Nyanya ada di rumah, pasti sekarang Nyanya lagi ngajak Mama ke kamar, “Ma, Nyanya mau cerita nih.. ke kamar yuk..”

Sekarang baru sadar kenapa Mama sedih Nyanya pergi jauh, karena kita saling membutuhkan untuk share ya Ma… Mama butuh Nyanya yang suka iya-iya aja setiap Mama cerita sambil tiduran manja disamping Mama dengan harapan rambut Nyanya akan dipegang-pegang, dan Nyanya butuh pandangan Mama sebagai wanita dewasa dan Mama Nyanya.

Ma, ada banyak hal yang pingin Nyanya ceritain ke Mama tanpa harus dikepoin pria-pria di rumah kita, Ayah dan Ade. Ada banyak hal yang Nyanya pingin tahu pendapat Mama dan ada juga halhal yang Nyanya butuh persetujuan Mama. Dan banyak lagi hal yang ingin Nyanya minta restu dan doa Mama.

Ma, Mama inget kan dulu setiap Nyanya lagi pingin cerita Nyanya pasti ngikutin Mama kemanapun, lagi masak, lagi habis sholat, sampai walaupun Mama baru selesai mandi. Seneng banget rasanya Nyanya pas cerita apapun sambil nungguin Mama selesai masak dan sambil makanin tempe goreng yang baru aja mateng. Haha.

Ma, tungguin Nyanya pulang ya. In-sha Allah Nyanya tahun ini pulang. Nyanya janji akan goda-godain Mama lagi setiap Mama lagi masak, iseng minta dipegang kepalanya setiap Mama lagi nonton TV, mendadak cium pipi Mama setiap Mama lagi bengong. Dan Nyanya gak akan nolak-nolak lagi kalau Mama lagi iseng minta tidur di kamar Nyanya karena bosen harus dengerin dengkuran Ayah setiap malem.

Pokoknya untuk sekarang Mama tenang aja, Nyanya masih jadi anak baik kok Mam. Mama bisa selalu tenang dan gak was-was karena doa Mama, Ayah, dan Ade udah ngebuat Nyanya enggan jadi anak nakal disini. Lagipula temen-temen Nyanya disini juga selalu ngingetin dan ngelindungin Nyanya dari hal gak baik.

Ma, skypean lagi yuk.

Nyanya kangen.

Mama

Mama

Ramalan Jayabaya

Ini adalah Ramalan Jayabaya bagi gw dan Niken, sahabat gw.

Sebenernya ini bukan ramalan Jayabaya beneran, dan bukan ramalan yang datang dari mbak-mbak atau mas-mas tukang ramal, bahkan kita berdua gak percaya dengan ramalan. Tapi untuk term ‘Ramalan Jayabaya’ yang ini cukup membuat was-was bagi kita berdua.

Oke, kembali ke tahun 2009 awal dimana gw dan Niken masih berstatus sebagai dua mahasiswa yang sedang mengejar kelulusan di Universitas Padjadjaran, Jatinangor. Lingkungan Jatinangor yang memang sangat didesain sebagai kota mahasiswa yang serba dekat kemana-mana membuat kita bebas jalan-jalan ke mall terdekat dengan hanya berjalan kaki dari kosan dan bahkan terkadang kita pergi ke Jatos (Jatinangor Town Square) itu dengan memakai pakaian tidur dan sendal jepit.

Gw dan Niken adalah ummm.. dibilang sepasang kok ya kayaknya keromantisan, dua orang sahabat yang orang-orang selalu bilang, “kalau ada Niken disana, berarti Nyanya ada dideket situ juga,” dan sebaliknya. Singkat kata, kita nyaris selalu kemana-kemana bersama walaupun kita beda kelas di kampus dan beda kosan.

Suatu hari kita berdua pergi ke toko buku di Jatos untuk mencari buku untuk bahan skripsi. Setelah muter-muter mengelilingi toko buku yang luasnya segitu-gitu aja, gw dan Niken tiba-tiba terdiam didepan satu rak buku dan gw iseng mencomot satu buku yang ternyata berjudul, ‘Ramalan dan Zodiak.’
Gw menyikut Niken, “Ken, liat deh..”

Dan memang dasarnya cewek suka iseng liat-liat tentang zodiak, jadilah kita langsung menuju bagian zodiak kita sendiri, yang mana gw adalah Pisces dan Niken adalah Aries, dan kemudian langsung kita baca bagian zodiak pria-pria yang waktu itu sedang kita taksir. Dan langsunglah kita iseng (lagi) menghubungkan kecocokan antara masing-masing zodiak itu. Setelah cekikikan sendiri dengan hasilnya, kita berdua entah kenapa mencari kolom bagian ‘ramalan masa depan pasangan Pisces – Aries’.

Intinya dua zodiak itu akan banyak perselisihan tapi saling memahami, apalagi Aries adalah tipe zodiak yang mudah melupakan sakit hati.
Kita terus membaca dan akhirnya sampai ke bagian,

…hubungan Aries dan Pisces akan berlangsung baik. Aries akan bahagia ketika suatu pagi ketika dia membuka mata orang pertama yang ia lihat adalah sang Pisces yang sedang tertidur lelap.”

Otomatis gw dan Niken langsung liat-liatan dan menutup buku itu sambil bergidik ngeri.

“Astaghfirullah amit-amit, jangan sampe beneran di masa depan kita tidur sekasur dan lo jadi orang yang pertama kali gw liat pas gw bangun, Nya! Hiiii!”
Gw: “Lo kira gw mau lo liatin pas gw lagi tidur???”

Tahun-tahun pun berlalu dan kita masih ingat tulisan di buku itu yang akhirnya kita kasih nama “Ramalan Jayabaya”, yang biasanya selalu kita jadiin bahan becandaaan yang rada horor.

Niken: “Nya, kalo seandainya gw harus nikah sama sahabat gw, mending gw nikahin lo aja..”
Gw: “Hah?”
Niken: “.. lo yang paling ngerti gw, tau cara ngehandle gw, ngapain repot-repot nyari yang lain.. Maksudnya kalo seandainya gw udah desperado banget dan emang lo bisa diubah-ubah jadi cowo..”
Gw: “Gw maunya jadi cewe, Ken.. lo kan lebih cowo dari gw..”
Niken: “Yaudah, gw jadi cowonya..”
Gw: “Tapi lo gak berjakun, gak gagah juga, bahunya gak bidang, gw gak suka..”
Niken: “Ntar gw fitness..”

*gw dan Niken terdiam*

Niken: “Hiiii… astaghfirullah! Jangan sampe Ramalan Jayabaya kejadian, Nya!!!”
Gw: “Lo gak jadi ngelamar gw, Ken?”
Niken: “Gak lah! Gila! Amit-amit!”

Sebenernya gw yakin suatu saat, entah 5 atau 10 atau 20 tahun dari sekarang Ramalan Jayabaya itu akan terjadi. Kita pasti akan bangun di kasur yang sama, tapi gak sebagai pasangan romantis ya, tapi sebagai dua wanita yang lagi liburan dari rutinitasnya sebagai istri dan ibu yang berbahagia.

“… kita harus tetep ada ‘us time’ dong Ken walaupun udah berkeluarga.. sama lo dan sahabat-sahabat kita yang lainnya. Jadi Ibu atau Istri kan bukan berarti kita gak bisa liburan sama sahabat kadang-kadang..”
Niken: “Biarin aja ya sekali-kali suami kita yang ngurus anak..”
Gw: “Iya dong..” :)

Rende, 8 Maret 2013. 22.23 CET.

Keno dan Pipau

Keno dan Pipau

Dua Lima di Dua Satu

Kata Mama dan Ayah, gw lahir ketika azan Isya berkumandang di tanggal 21 Februari 25 tahun yang lalu, karena itulah gw dikasih nama Isyana, yang ‘na’-nya sendiri dalam bahasa Aceh bermakna ‘ada’. Jadi Isyana berarti ‘ada pada waktu Isya’.

Dulu pas gw masih kecil, gw pernah iseng baca-baca notes Ayah, disitu tertulis nama-nama perempuan yang sama sekali gak gw kenal, Nabilla dan Faradilla.
“Yah, mereka siapa?”
“Calon nama Nyanya, tapi karena Nyanya lahirnya pas Isya, yaudah diganti deh namanya.”
Gak kebayang kalo nama gw Nabilla atau Faradilla, kayaknya gak sesuai kepribadian gw yang jauh banget dari kalem dan anggun ini. Hahahaha.

Anyhoo, biasanya gw selalu excited dengan tanggal 21 Februari karena gw selalu menganggap setelah gw melalui tanggal itu gw akan memiliki kebebasan yang lebih. List hal-hal yang ‘legal’ yang bisa gw lakuin bertambah. Tapi ditahun ini, sehari sebelum memasuki tanggal 21 Februari, rasa excited itu sedikit berkurang.

Gw mulai berpikir, sebenernya apa aja yang sudah gw lakukan selama 25 tahun ke belakang.
Apa gw sudah cukup baik menjalani agama?
Apa gw udah membuat bahagia Mama dan Ayah, dan sudah mulai mencicil balas jasa gw ke mereka?
Apa gw sudah menjadi contoh yang baik untuk Nikmal?
Apa gw sudah menjadi sosok yang baik untuk sahabat-sahabat gw?
Apa gw sudah cukup manusiawi sebagai manusia?

Dan sepanjang malam itu gw gak bisa tidur, semua hal dan memori berkelebatan secara random di otak gw. Puncaknya ketika gw akhirnya memutuskan shalat Tahajud kemudian shalat Subuh dan seorang sahabat gw di Jakarta, Ade, mengirimkan ucapan ulang tahun. Gw pun menangis sejadi-jadinya. Mungkin karena hormon atau memang karena gw rindu Indonesia, atau memang perasaan insecure mengenai apakah suatu saat nanti gw bisa berkumpul lagi dengan mereka; Mama, Ayah, Nikmal, dan semua sahabat-sahabat gw. Toh umur hanya Allah yang tahu.

Terlepas dari semua itu, gw sangat bersyukur dengan apapun yang sudah terjadi di hidup gw, semua orang yang sudah menyumbangkan namanya di dalam part hidup gw, dan semua pilihan benar ataupun ‘salah’ yang sudah gw pilih.

Dan di akhir semua kegalauan itu, gw pun akhirnya berjanji untuk terus memperbaiki diri dan menekan egoisme gw sampai batas minimal. Gw juga melist apa-apa saja yang gw harap akan terjadi di tahun ini dan mencoret satu hal dari list tersebut: menikah diumur 25.

Jadi dari jaman dulu gw selalu membully umur 25 ini dengan bualan, “iyaaa, Nyanya ntar nikah diumur 25,” setiap keluarga atau temen-temen gw menanyakan tentang rencana menikah. Dulu gw anggap ketika gw sudah mencapai umur 25 berarti gw sudah 4 tahun bekerja dan berarti sudah cukup mapan untuk membangun keluarga, dan masa’ sih belum punya pasangan?

Ternyata gw sekarang masih sekolah dan masih berjuang untuk mendapatkan gelar. Dan setelah itu gw harus bekerja seenggaknya untuk mengisi tabungan untuk keluarga baru nanti. Baru kemudian gw akan siap untuk memulai chapter besar lainnya dalam hidup gw.
Maaf ya Ma, Yah, punya cucu-nya dipending dulu setahun, in-sha Allah.

Well, I only create my life plan, but at the end Allah is the one who will decide which one I should or shouldn’t do yet.

Bismillah for the upcoming good year, then :)

Happy birthday from Niken

Beasiswa Sekolah Diluar Negeri. Tertarik?

15 Feb 2013

Sejak gw ngelanjutin sekolah di Italy Selatan ini banyak temen-temen gw yang nanya dan penasaran bagaimana caranya gw bisa akhirnya diterima disini. Jadi di postingan ini gw akan compile beberapa pertanyaan yang sering ditanya temen-temen mengenai beasiswa dan gw akan usaha jawab sebisanya.

1. Gimana cara bisa sekolah diluar?

Caranya ada dua: pake beasiswa orang tua atau beasiswa non orang tua. Tapi kalau sekarang kebetulan gw pake beasiswa non orang tua.

2. Cari-cari beasiswanya dimana?

Banyak banget situs beasiswa yang bisa sangat membantu kita untuk mencari lowongan beasiswa. Situs favorit gw adalah: beasiswaindo.com dan edukasi.kompas.com, karena disitus itu dishare informasi mengenai beasiswa khusus untuk pelajar dari Indonesia. Tapi gw juga follow situs-situs lain seperti eastchance.com (yang juga kasih tau info beasiswa dan conference) dan scholarships.com .

Tapi akan lebih baik kalau kamu follow lebih banyak situs pemberi info beasiswa karena semakin banyak lowongan dan pilihan akan lebih baik.

3. Pilihan beasiswanya kebanyakan, gw bingung. Gimana ya?

Menurut gw ada berbagai alesan kenapa kita mau sekolah di luar negeri. Nah tentuin dulu alesan kamu apa. Apakah kamu pinginnya sekolah, misalkan, di Belanda karena disana bahasa inggrisnya bagus dan di Eropa pula jadi bisa jalan-jalan keliling Eropa pakai visa schengen. Nah kalau begitu, kamu bisa fokusin pencarian beasiswa kamu ke beasiswa Belanda aja via: studyinholland.nl , nuffic.nl , nesoindonesia.or.id

Tapi kalau misalkan alesan kamu adalah kampus dengan fakultas ekonomi terbaik kamu bisa googling kampus-kampus dengan peringkat fakultas ekonomi terbaik kemudian kamu cek satu-satu apakah di universitas tersebut membuka lowongan beasiswa atau tidak.

4. Apa aja ya persyaratannya?

Persyaratan untuk apply beasiswa itu beda-beda tergantung institusi pemberi beasiswa itu. Standarnya sih nilai TOEFL atau IELTS, IPK, dan motivation letter. Tapi sebaiknya kamu cek lagi di web pemberi beasiswanya biar lebih jelas.

Oiya, bahasa Inggris adalah bahasa penyelamat kamu dimanapun. Jadi lebih baik kamu latihan bahasa Inggris lebih banyak kalau pingin sekolah diluar.

5. Harus apply universitas sendiri ya setelah kita diterima beasiswa?

Jadi setau gw ada tipe penyelenggara beasiswa yang berasal dari institusi atau lembaga terkait diluar universitas dan ada juga universitas yang langsung memberikan beasiswanya ke mahasiswa. Contoh institusinya itu semacam DAAD atau Nuffic Neso, yang kalau kamu udah berhasil jadi calon penerima beasiswa kamu harus apply ke universitas yang bekerja sama dengan institusi-institusi itu. Setelah kamu berhasil diterima di univ tersebut dan ngedapetin LoA (Letter of Acceptance), baru deh kamu bisa berangkat keluar negeri.

Kalau beasiswa gw ini direct dari kampus. Jadi gw cukup sekali apply ke univ-nya dan begitu diterima dan dapet LoA, gw langsung bisa berangkat ke Italy (setelah dapet visa lah ya pastinya).
Info tentang Univ gw bisa diliat di ppicalabria.wordpress.com

6. Kalau dapet beasiswa, yang di cover apa aja ya?

Ini juga beda-beda, tergantung yang ngasih beasiswa ke kamu. Kalau gw dapet beasiswa langsung dari kampusnya, Universita della Calabria. Dan awalnya gw dapet half scholarship, jadi yang di cover cuman tempat tinggal dan makan selama 2,5 tahun. Tapi setelah diterima jadi mahasiswa gw bisa ajuin beasiswa uang saku yang juga cover tution fee.

7. Biaya hidupnya mahal gak ya diluar negeri?

Tergantung lokasi, kebutuhan, dan gaya hidup kalian. Di Eropa pasti mahal lah ya secara currencynya aja udah tinggi dibanding Rupiah. Tapinya di Italy Selatan kebetulan biaya hidupnya memang cukup murah, kayak misalkan harga tiket busnya lebih murah dibandingkan di Italy Utara atau Belanda dan Jerman. Dan karena gw juga udah dapet beasiswa makan, gw belanja cukup untuk cemilan dan kadang belanja baju pas lagi sale haha. Tiap bulannya gw bisa ngabisin 50 – 100 Euro, tapi itu beda ya sama biaya hidup temen-temen gw yang mungkin punya kebutuhan lainnya.

8. Keunggulan sekolah diluar negeri dibandingin didalam negeri apa emangnya?

Pengalaman.
Dan pengalaman yang akan kamu dapetin selama sekolah diluar akan sangat berbeda dan menantang dibandingkan didalam negeri. Kami disini dichallenge untuk bisa belajar sembari beradaptasi dengan lingkungan dan orang-orang yang bener-bener beragam dan berbeda, dan juga dengan bahasa yang sering buat pegel pas ngomong. Pas dulu gw sekolah di Unpad, gw harus beradaptasi dengan temen-temen dari berbagai daerah yang watak dan tingkah lakunya berbeda. Sekarang di Italy gw harus beradaptasi dengan anak-anak Indonesia yang dateng dari berbagai daerah dan juga dengan mahasiswa lain dari berbagai negara. Selain itu, kami disini juga jadi pengontrol diri sendiri, karena gak ada keluarga yang bisa mengontrol kita dari dekat. Hidup di lingkungan yang super bebas sebenernya kalau gw nakal, bisa aja gw ikut-ikutan bebas kayak temen-temen bule lainnya. Tapi entah kenapa, semakin jauh dari keluarga dan negara sendiri, rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri dan temen senegara makin besar. Jadilah kami disini saling mengingatkan dan melindungi.

Disini kami juga dipaksa untuk berpikir kreatif untuk memecahkan masalah. Gak ada orang tua yang bisa kita manjain kan untuk minta tolong, jadi harus kita yang bisa mecahin masalah sendiri.

Oiya, keunggulan lainnya pastinya jalan-jalan dong, ketemu orang-orang baru, ngeliat tempat baru, dan kenalan sama budaya baru.

9. Kalau duitnya kurang, bisa part time gak?

Oh bisa dong pastinya. Ini juga serunya sekolah diluar, kami disini mendadak seneng-seneng aja ngelakuin kerjaan ‘kasar’, kayak jadi pencuci piring, baby sitter merangkap asisten rumah tangga, pengumpul buah di kebun, pengambil telur ayam, dan lainnya. Bayarannya juga lumayan, pengalamannya apa lagi.

10. Kalau ada info sekolah diluar kasih tau ya..

In-sha-Allah akan gw share kalau ada info beasiswa. Biasanya via twitter. Tapi karena gw bukanlah pemburu beasiswa lagi, gw gak terlalu fokus ngeliatin beasiswa jadi kamu yang HARUS lebih aktif.

Lowongan beasiswa yang akhir-akhir ini sempet gw temuin:
– Beasiswa Univ of Utrecht -> kom.ps/AD5N4w
– Orange Tulip Scholarship -> kom.ps/AD7QHg

Hokay, selamat berburu beasiswa dan good luck! :)

Salju di Rende :)

Selasa, 12 Februari 2013.

Gw selalu suka salju, sebagaimana gw suka sama hujan.
Salju dan hujan sama-sama, menurut gw, romantis dan menenangkan.

Akhirnya di tanggal 10 Februari kemarin, Rende kedapetan jatah salju.
Setelah berbulan-bulan ngarep dan sebel karna di kasih harepan palsu terus sama web ramalan cuaca, hari bersalju-putih-cantik itu datang juga.

Jadi bagi yang ga tau dimanakah Rende itu, mari gw sedikit ceritain.
Rende adalah kota kecil yang ada di provinsi Calabria, Italy Selatan.
Kalau liat peta dibawah, kota tempat gw tinggal ada di deket-deket titik Calabria dan udah lumayan deket sama Sicily yang terkenal sama kota mafianya, yang berarti juga deket sama benua Afrika.

Rende ada di Calabria

Maka dari itulah summer kita bisa mencapai 40 derajat celcius lebih dan winternya ga lebih dari -10 derajat celcius.
Tapi alhamdulillahnya, salju selalu ada di Rende setiap tahun walaupun frekuensinya ga sesering Roma atau Milan, atau negara-negara Eropa lainnya.

Nah di tahun ini, saljunya lumayan deras dan akhirnya kita bisa main PERANG SALJU!!!

Jadi di hari Minggu pagi kemarin awalnya salju turun lumayan deras selama sejam tapi berhenti mendadak. Gw dan dua temen gw yang memang heboh banget sama salju langsung manyun dan berdoa lagi minta salju karena kita waktu itu belum sempet foto-foto, buat boneka  salju, apalagi perang salju heboh.
Dan alhamdulillah doa kami terkabul. Sekitar jam 1 siang salju turun lagi dan lebih deras. Sembari nunggu salju semakin tebal, gw berusaha baca-baca bahan tesis. Tapi ga konsen! Hahaha. Gw buka jendela gw lebar-lebar dan gw pun sibuk mengagumi cantiknya butiran putih yang turun dari langit. Dan biar lebih kayak di film-film yang biasanya banyak orang yang nikmatin salju dengan secangkir coklat panas, gw buka kulkas gw dan gw ambil es krim coklat. Keputusan yang kurang cerdas sih sebenernya karna setelah itu gw bersin-bersin.

Jam 3 sore gw dan Henny-pun pergi ke apartemennya Emon, anak Indonesia lainnya yang sama aja noraknya tiap ngeliat salju. Dan mulailah sesi foto-foto heboh sama salju. Dan tiba-tiba, “Buk!”, temen Sudan kita mulai ngelemparin kita pake salju. Wah yaudah, berarti perang salju dimulai!

Dan akhirnya kita bertiga terjebak di perang salju temen-temen berbahasa Arab yang tenaganya berlipet-lipet lebih kuat dari kita. Kita bertiga dipojokin, diserang, dilemparin, dan Henny ‘disuapin’ salju sama salah satu temen Sudan. Hahaha.

Tahun lalu, salju pertama musim winter juga turun di Rende di tanggal 10 Februari. Dan waktu itu, kami, anak-anak Indonesia khusyuk ngebuat Udin, manusia salju Indonesia. Setelah sejam lebih ngeruk-ngeruk salju, tiba-tiba terdengar suara huru-hara dan teriak dari lapangan bawah. Ada banyak orang-orang lari dan bola salju berterbangan. Ternyata geng Spanyol dan Tunisia ‘nyerang’ semua manusia salju buatan tim berbagai negara. Anak-anak Indonesia panik, “gimana ini caranya ngelindungin si Udin??”

Sambil ngebuat peralatan perang alias bola salju, kita was-was ngeliat tim China yang udah dikalahin sama tim Spanyol + Tunisia.

“Eh, anak-anak China kalah! Bentar lagi mereka nyerang kita ini!!!”

Dan bener aja, tiba-tiba para penyerang bar-bar itu muncul dan langsung nyerang kita membabi-buta. Alhasil ga sampe 5 menit si Udin hancur dan anak-anak Indonesia kabur entah kemana. Hahaha.

Begitulah cerita salju di Rende yang selalu ngebuat gw mendadak olah raga karna harus lari-lari buat ngindarin bola salju.

Semoga salju masih mau turun di Rende di bulan Februari ini karena kemungkinan besar(dan gw harap), bulan ini adalah bulan bersalju terakhir gw di Rende sebagai mahasiswi.

But I’m sure we will meet again, dear snow, someday in somewhere but not as a student :)